Melepas Keperawananku Pada Boss Baru Yang Masih Muda

MELEPAS KEPERAWANANKU PADA BOSS BARU YANG MASIH MUDA - Saat aku baru berusia 23 tahun disitu keperawananku hilang oleh bosku, waktu itu aku bekerja di salah satu perusahaan telekomunikasi, Perkenalkan namaku Tini, sekarang aku aku sudah mempunyai suami yang bekerja sebagai guru, untuk masalah seks diaatas ranjang suamiku terbilang polos, karena belum apa apa sudah ejakulasi duluan.



Dalam benakku mungkin karena belum ada pengalamannya, sedangkan aku kurang lebih sudah banyak melakukan hubungan seks diluar nikah. Seakan akan kalau berhubungan dengan suamiku aku tidak merasa puas, untung saja suamiku polos dalam hubungan seks, ya karena dia tidak bertanya tentang pendarahan saat melakukan hubungan pertama dengan aku, untuk seks pertamaku aku ingin berbagi cerita sedikit dengan bosku.



Hari telah datang saat aku bekerja di kantornya bosku, dengan sangat kecewa dan sedih hari ini ada pengumuman bahwa bossku akan digantikan dengan orang baru, dan mau dipindahkan dari Bandung ke Jakarta, ditempat bekerja aku terlihat paling muda dari karyawan lainnya kira kira terpaut 8-10 tahun dari aku,

karena mulai minggu depan saya mempunyai boss baru, aku harus bisa beradpatasi dengan boss baru ku. Calon boss yang baru juga sudah datang karena hari ini akan menjadi hari serah terima de facto kantor cabang Bandung dari boss lama ke boss yang baru.



Ternyata boss baru ini masih muda, umurnya masih sekitar 26-27 tahun dengan badan yang tinggi besar dan cukup tampan dengan kumisnya yang tebal. Pak Yanto adalah nama boss baruku itu, beliau sudah berkeluarga dengan dua anak ; seorang putri dan seorang putra.



Pak Yanto ternyata membawa gaya kepemimpinan yang sama sekali berbeda dan membawa moderenisasi dalam bekerja. Karyawan-karyawan yang asalnya terbiasa dengan kerja individual sekarang dipaksa kerja secara kolektif dalam suatu team work.



Semua karyawan tanpa kecuali harus melek teknologi dan untuk itu boss baru tidak segan-segan turun sendiri mengajari. Sebagai sekretaris akupun banyak belajar dari beliau tetang berbagai hal dan karena aku adalah karyawan yang paling sering berinteraksi dengan beliau tentunya aku punya paling banyak kesempatan untuk belajar.



Pelahan-lahan mulai muncul rasa kagumku pada pak Yanto dan mulai mengidamkan mendapatkan jodoh seperti beliau atau mendekati kemampuan beliau. Berbeda dengan karyawan pria lain yang suka memandang rendah bahkan melecehkan sesama karyawan wanita, pak Yanto sangat santun kepada wanita baik itu karyawannya maupun bukan. Hal ini membuat muncul rasa sayangku pada pak Yanto karena aku merasa bisa berlindung kepada beliau.



Kombinasi rasa hormat, kagum dan sayang membuat aku merasa selalu ingin dekat dengan beliau, sehingga saat kami sedang berdua aku kadang-kadang bersikap agak manja dan kelihatannya beliau tidak keberatan. Lambat laun aku mulai melihat bahwa pak Yanto pun mulai merasa nyaman kalau dekat dengan aku.

Walaupun demikian kesempatan kami bisa berdua hanya saat berada di kantor saja sehingga semua urusan adalah berkaitan dengan pekerjaan dan pak Yanto tidak pernah mencoba mengajakku keluar berdua selain karena urusan kantor. Hingga pada suatu waktu kantor Bandung harus bertindak sebagai tuan rumah pelatihan produk baru dari perusahaan dan pada akhir acara semua peserta ingin berwisata ke Ciater Subang.



Walaupun aku bukan peserta training, tapi sebagai wakil panitia aku harus menemani mereka berwisata ke sana. Seperti yang aku khawatirkan sebelumnya, sebagai wanita satu-satunya dimana peserta lainnya adalah pria, aku menjadi bulan-bulanan yang cenderung melecehkan.



Untung saja pak Yanto segera melihatnya sehingga bisa menarikku dan mengajakku pulang lebih awal karena teman-teman kantor Bandung yang lain pun tidak bisa diandalkan untuk melindungi aku. Akhirnya aku pulang berduaan saja dengan pak Yanto dan pada kesempatan sepanjang perjalanan kembali ke Bandung kami manfaatkan untuk mengobrolkan hal-hal diluar perkerjaan bahkan ke hal-hal yang agak pribadi.



“Udah hampir sampai Bandung nih …” kata pak Yanto “Enaknya ke mana dulu ya ?”

“Lho … kenapa ga langsung pulang ? ” Kataku keheranan “Bukankah bapak biasa ada acara bersama keluarga kalau malam minggu seperti sekarang ?”



“Saya sudah tanggung nih ijin pulang malam ke istriku untuk nemenin orang-orang tadi” jelas pak Yanto



“Kalau begitu terserah bapa saja deh …” kataku dengan perasaan campur aduk antara senang bisa bersama beliau di malam minggu dengan rasa takut bepergian dengan suami orang.

“Okay … Jadi malam ini kita akan malam mingguan berdua ya ” Sahut beliau sambil tersenyum.



Malam itu kami seperti orang yang baru jadian pacaran, walaupun masih serba canggung tapi penuh dengan gairah yang menggebu. Apalagi beliau juga langsung bergerak cepat dengan tidak ragu-ragu lagi untuk memeluk dan menciumi pipiku setiap ada kesempatan.



Menjelang tengah malam pak Yanto mengantarkanku pulang dan untuk pertama kalinya aku merasakan ciuman bibir dari laki-laki di dalam mobil sesaat sebelum masuk ke rumah.



Semalaman aku hampir tidak bisa tidur karena semua kejadian beberapa jam bersama bossku itu seperti diputar berulang-ulang dikepalaku. Perasaanku sangat bahagia karena langsung dimabuk cinta walaupun itu cinta terlarang. Selama ini aku tidak pernah benar-benar pacaran dengan beberapa pria yang bergantian mencoba mendekatiku, mereka hanya aku jadikan teman dekat sampai mereka menjauh sendiri.



Sejak hari itu pak Yanto selalu mengajakku keluar setiap hari Sabtu, kebanyakan hanya dari pagi sampai sore, jarang sekali bermalam mingguan lagi. Kadang-kadang kami juga keluar malam sepulangnya dari kantor untuk nonton filem di bioskop atau makan malam bareng. Walaupun demikian aku menganggap kami sudah “jadian”, apalagi pak Yanto sudah mengajari aku berciuman bibir dengan permainan lidahnya.



Tidak sampai sebulan payudaraku sudah mulai di remas-remasnya ketika kami berciuman. Waktu pertama kali dilakukan hanya dari luar baju tapi untuk yang selanjutnya sudah merogoh langsung ke balik BHku setelah melepas kancing baju dan mengangkat cup BHku. Terus terang aku sama sekali tidak memberikan penolakan atas aksi bossku yang ini karena aku sendiri sangat menikmatinya, apalagi kalau remasannya diselingi permainan jari-jarinya pada putingku.



Tidak puas dengan meremas payudaraku, beliau juga mulai mengusap-usap vaginaku kalau aku kebetulan sedang memakai rok. Untuk aksi beliau ini aku sempat menolak karena aku masih perawan dan itu yang kusampaikan kepadanya, tapi bossku bilang bahwa dia hanya akan mengusapnya dari luar celana dalam saja tidak sampai menyentuh langsung vaginaku. Walaupun awalnya ragu-ragu tapi akhirnya aku “mengijinkannya” apalagi ternyata sentuhan beliau pada vagina membuat aku mulai mengenal apa yang namanya orgasme.



“Bapaaaa… Tini sudah ga tahaaannnn” itulah teriakan khasku pada saat mencapai orgasme yang terasa seperti sangat ingin pipis tetapi penuh kenikmatan. Kata bossku aku mempunyai libido yang tinggi karena cukup dengan ciuman panjang dengan remasan di payudara dan permainan jari diluar vagina, aku bisa mencapai orgasme berkali-kali sampai celana dalamku basah kuyup seperti ngompol tapi cairannya lebih kental dan sangat lengket.

Sebenarnya aku sangat risi karena kami selalu melakukannya di dalam mobil yang diparkir di tempat umum atau di ruangan beliau di kantor. Apalagi biasanya dalam sekejap pak Yanto bisa membuat bajuku berantakan. Tapi dengan hubungan cinta terlarang seperti kami hampir tidak mungkin melakukannya di rumah sampai akhirnya tiba hari itu …



Pada suatu hari aku beri tahu pak Yanto bahwa pada minggu ini aku hanya hanya sendirian di rumah sampai hari Minggu karena orang-orang rumah sedang mudik ke Bumi Ayu (Jawa Tengah) kampung halamanku. Jadi aku menawarkan ke beliau untuk kencan di rumahku saja sekalian menemani aku menjaga rumah.

Saat itu hubungan kami sudah berjalan hampir tiga bulan dan aku sama sekali tidak memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi kalau hanya berduaan dengan bossku di rumah yang kosong. Hari Sabtu pagi aku sudah tak sabar menunggu pak Yanto di rumahku, ada perasaan senang di hatiku karena akan bisa berkencan dengan beliau tanpa ada rasa khawatir seperti yang biasa kami lakukan.



Rasa senang ini menimbulkan rasa kangen yang amat sangat kepada pak Yanto, padahal baru kemarin kami bercumbu di mobil saat diantarnya pulang. Akhirnya beliau datang juga dengan menenteng satu kantung kecil warna gelap (yang belakangan kuketahui berisi kondom dan pelumas).



Sesuai permintaanku sebelumnya beliau memarkir mobilnya agak jauh dari rumahku supaya tetap memberi kesan rumahku kosong sehingga kencan kami tidak terganggu oleh saudara atau teman yang tiba-tiba datang berkunjung.



Setelah mengunci pagar dari arah luar dan mengunci pintu masuk, aku langsung menubruk dan memeluk pak Yanto yang saat itu sedang meletakkan kunci mobil dan tas kecilnya di atas meja makan. Beliau langsung membalasnya dengan menciumku penuh kehangatan seolah-olah juga baru bertemu kembali denganku.



Dengan tanpa melepaskan pangutan dibibir, kami kemudian bergerak untuk duduk di karpet depan pesawat TV. Pak Yanto sengaja mendudukkan aku di atas bantal-bantal yang ada supaya tinggi kami menjadi seimbang.

Setelah puas melepas kangen dengan berciuman, pak Yanto kemudian melepas bajuku kemudian BHku pun dilepasnya sehingga bagian atas tubuhku kini telanjang. Aku hanya bisa tertunduk malu karena selama ini belum pernah bercumbu sampai benar-benar melepaskan baju. Setelah aku tunggu beberapa saat aku mulai merasa heran karena pak Yanto tidak juga segera beraksi setelah menelanjangi bagian atas tubuhku.



Aku coba memberanikan diri mengangkat mukaku untuk melihat ke arah beliau, ternyata pak Yanto sedang mengamati dengan seksama payudaraku dengan ekspresi kagum. Bossku ini rupanya juga sudah melepas baju atasnya sehingga kami sama-sama bertelanjang dada sekarang.



“Tini, aku baru sadar ternyata besar sekali payudara kamu !” akhirnya beliau berkomentar “Bukan sekedar besar tetapi benar-benar hampir bulat sempurna dengan letak putting di tengah-tengah”



“Ba .. bapa gak suka ?” kataku agak khawatir karena aku tahu ukuran payudara istrinya tergolong normal sedangkan semua perempuan di keluargaku payudaranya memang besar-besar, bahkan ukuran payudaraku masih tergolong kecil kalau dibandingkan mereka.

“Saya suka sekali, terutama karena bentuknya yang benar-benar membulat” Jawabnya “Hanya saja saya kaget karena tidak menyangka sebesar ini terutama kalau dilihat dari ukuran tubuh kamu yang kecil”



“Tapi yang jelas payudara kamu sangat kenyal” lanjutnya sambil tersenyum nakal “Sehingga terlihat selalu membusung walaupun sudah tidak menggunakan BH lagi”



Sambil bicara pak Yanto mulai memegang-megang kedua payudaraku dengan kedua tangannya kemudian langsung memangut bibirku. Ciuman beliau kali ini tidak hanya ke bibir saja, tapi juga pada kupingku leherku, dadaku dan juga putting payudaraku yang berwarna coklat kehitaman. Remasan pada satu payudara bersamaan dengan isapan-isapan yang disertai gigitan kecil pada putting payudara yang lainnya membuat aku dengan cepat merasa melayang.



“Ahhhh… ahhhh…bapaaaa…aaahhh” Celotehku dengan mulut yang menganga dan mata yang susah fokus karena mendapat kenikmatan yang datang tiba-tiba.



Posisi tubuhku kemudian dirubah menjadi setengah berbaring sehingga bossku bisa lebih leluasa mencumbuku. Nafsu berahiku meningkat dengan cepat, aku mulai merasakan celana dalamku menjadi lebih lembab oleh cairan yang keluar di sana.



“Bapaaaaa …. TIni sudah ga tahaaaan ….” Teriakku seperti biasa kalau sudah mencapai orgasmeku. Saat itu aku ingin pak Yanto mengelus-elus vaginaku yang basah dari luar celana dalamku, tapi sekarang beliau tidak melakukannya mungkin kah karena aku masih pakai celana jeans ?



Tapi karena berahiku sudah sampai ke ubun-ubun maka aku tarik tangan kanan pak Yanto ke arah selangkanganku sebagai isyarat keinginanku. Beliau rupanya bisa menangkap maksudku, tapi karena terhalang oleh celana jeans maka beliau berinisiatif membuka kancing celanaku dan resletingnya dengan satu tangannya supaya bisa menjangkau celana dalamku.



Pinggang celana jeansku yang tinggi (sampai pusar) rupanya masih menyulitkan beliau sehingga membuatnya jadi tidak sabar. Beliau lalu berhenti mencumbuku dan dengan gerakan cepat beliau menarik celana jeans dan celana dalamku sekaligus sampai terlepas.



Tidak berhenti di sana, pak Yanto pun kemudian melepaskan celana dan celana dalamnya sendiri dengan masih dalam posisi duduk di karpet sehingga kami berdua sekarang dalam kondisi telanjang bulat. Tubuhku yang telanjang berada dalam posisi badan setengah terbaring di karpet bersandar pada bantal dengan kedua kaki yang mengangkang.



Saat itu aku sudah tidak begitu peduli dengan keadaanku karena yang aku inginkan adalah pak Yanto segera mengelus-elus vaginaku seperti biasanya. Tanpa menunggu lama-lama pak Yanto langsung menindih kemudian menciumi bibirku sedangkan tangan kanannya mengelus-elus vaginaku tanpa terhalang celana dalam lagi.



Sentuhan langsung tangan bossku pada vagina ternyata terasa jauh lebih nikmat dari biasanya sehingga tensi berahiku mulai meninggi lagi setelah orgasme pertama tadi. Apalagi saat pak Yanto menggunakan jari-jarinya mempermainkan kelentitku sambil menggesek-gesek liang vaginaku yang sudah semakin basah.



“Hhhhmmmmpphhh …. Hmmmmmppphhhh…..” jeritanku masih tertahan oleh ciuman pak Yanto.

Beliau kemudian beralih menciumi dan menjilati kedua putting payudaraku secara bergantian membuat tubuhku bergelinjang dengan hebat karena diserang rasa geli yang menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. Jari-jarinya yang ada di vagina juga terus beraksi dengar berputar-putar di sekitar liangnya sehingga vaginaku terasa mulai merekah dan semakin basah.



“Ahhhh….bapa …ahhhh …. Ahhhhh … enaakkk … ahhh “ Aku hanya bisa menjerit-jerit sebagai ekspresi kenikmatan.



Pak Yanto adalah laki-laki pertama yang aku anggap sebagai pacar dan juga yang pertama menyentuh tubuhku. Cara beliau memperlakukanku membuat aku tidak bisa menolak permintaannya, bahkan membuatku selalu ketagihan dan merindukan beliau melakukannya lagi, lagi dan lagi. Walaupun selama tiga bulan perpacaran keperawananku masih belum terusik, tapi kali ini jadi lain ceritanya …



“Ga tahan pa … Tini sudah ga tahan Bapa …. ooohhhhh” Teriakku saat merasakan orgasme lagi.



Setelah mengejang beberapa kali karena kenikmatan luar biasa yang kurasakan, tubuhku menjadi lemah lunglai. Aku mengangkat kedua tanganku ke arah beliau sebagai tanda ingin dipeluk, tapi pak Yanto malah bangun dan berlutut diantara kedua kakiku sambil menarik kakiku sedikit untuk membuat posisiku badanku berbaring secara sempurna. Kedua kakiku dipentangkannya lebar-lebar dan tanpa ragu-ragu beliau langsung memangut vaginaku dengan bibir dan lidahnya sehingga sekarang kepala bossku itu ada diselangkanganku.



“Bapa apa yang ….Uuuuhhhhhh …..akkkkhhhhhhhh…..shhhhhhhh” aku sempat kaget dan ingin bertanya apa yang dilakukannya itu tapi sebelum kalimatku lengkap aku sudah disergap lagi rasa nikmat dari permainan lidah dan bibir beliau di vaginaku.



Bibirnya mulai menciumi kelentitku sedangkan lidahnya menari-nari menjelajahi sisi dalam vaginaku yang sudah mulai merekah. Kadang-kadang ujung lidahnya terasa bergerak keluar masuk kedalam liang vaginaku yang walaupun tidak masuk terlalu dalam tapi mendatangkan sensasi yang luar biasa. Aku mulai menggerak-gerakkan pinggul dan pantatku mengikuti tarian lidahnya sedangkan kedua tanganku meremas-remas rambut bossku dengan gemas.



Pak Yanto seperti tidak memperdulikan cairan vaginaku yang semakin membanjir dan bibir vaginaku semakin membengkak . Beliau bahkan mulai menggigiti kelentitku dan diselingi sapuan lidahnya yang kasar mengelilingi kulit kelentik yang sensitif membuat tubuhku mulai bergetar dengan hebat menahan rasa nikmat yang dahsyat.



“Akkkkkhhhhhhhhhhh……ga tahan… bapa …Tini ga tahan lagi …….akkkkkkhhhhh” Aku mengerang dengan badan hampir melenting karena nikmatnya.



Pada saat nafasku masih memburu dan tersengal-sengal karena dihantam kenikmatan, aku lihat pak Yanto kembali pada posisi berlutut dan masih berada diantara kedua kakiku. Kemudian beliau maju lebih mendekat ke selangkanganku sambil tangan kanannya seperti menggenggam sesuatu yang kemudian diarahkannya pada vaginaku.



Aku belum pernah melihat kemaluan atau penis orang dewasa, aku hanya pernah melihat penis anak kecil keponakanku saat aku diminta memandikan mereka. Walaupun bentuk dan ukurannya jauh berbeda, tapi aku yakin “benda” yang dipegang beliau itu adalah penisnya sendiri. Pengetahuan seksku memang sangat minim kalau tidak bisa dibilang nol, tapi naluriku mengatakan bahwa pak Yanto sekarang sedang berniat menyetubuhi aku.



Seketika timbul rasa takutku dan juga rasa menyesal karena telah mengundang pak Yanto ke rumahku yang sedang kosong supaya kami bisa bercumbu lebih bebas. Tapi badanku sudah sangat lemas karena tiga kali orgasme dan rasa takut membuatku malah semakin lemas saja sehingga akhirnya hanya bisa merasa pasrah kepada keadaan ini.



Aku hanya mencoba memejamkan mata supaya pikiranku tidak merekam memori visual dari peristiwa yang mungkin kuanggap akan kusesali seumur hidup. Kurasakan pak Yanto sudah berada di atas tubuhku dengan bertopang pada tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya membawa kepala penisnya bergesekan dengan kelentitku.



Rasa nikmat yang ditimbulkannya sedikit banyak mulai mengurangi rasa gelisah akibat ketakutanku tadi. Pak Yanto juga kadang-kadang membawa penisnya ke muka liang vaginaku dan melakukan gerakan berputar seolah-olah ingin membesarkan ukuran liangnya yang setahuku sangat sempit.

“Shhhhhhh…shhhhh…shhh…” Tanpa bisa kucegah mulutku mengeluarkan suara desisan nikmat yang seirama dengan gerakan tangan kanan beliau.



Tiba-tiba aku merasakan kepala penis pak Yanto tidak lagi berputar-putar dimulut liang vaginaku, tetapi aku merasakan penis pak Yanto tersebut mulai terasa dijejalkan masuk ke dalam liang vaginaku. Daging penis beliau yang padat terasa menyakitkan saat memasuki liang vaginaku yang sudah merekah basah dan licin.

“Aduuuuuhh….sakiiit …aduuuhhh…bapa…sakit sekali …aduuhhhh” Aku hanya bisa mengaduh pelan-pelan sambil mengangkat kedua tanganku untuk berpegangan pada pinggiran bantal yang menyangga kepalaku sehingga bisa meremas-remasnya saat merasa sakit.



BLESSSSS …. Seluruh batang penisnya akhirnya masuk dengan sempurna dengan tidak terlalu sulit karena sudah “siap” akibat cumbuan-cumbuan luar biasa yang dilakukan tadi.



“Sakit ya sayang ?” Tanya bossku sambil memperbaiki posisi badannya tanpa merubah posisi penisnya dalam liang vaginaku.



Aku hanya mengangguk perlahan dan tanpa terasa ada butir-butir air mata muncul di ujung mataku yang terpejam. Pak Yanto dengan lembut mencium air mata pada ujung mataku dan mengelus-elus rambutku yang panjang dan tebal.



“Uuuuhhhhhh ….” Aku kembali mengeluh pelan saat pak Yanto mulai melakukan gerakan maju mundur pada penisnya dengan perlahan. Beliau lalu memelukku dengan erat sehingga kedua tanganku pun sekarang dalam posisi melingkari punggungnya. Rasa sakit itu lama-lama makin berkurang dan berganti menjadi rasa nikmat jauh melebihi yang pernah kurasakan sebelumnya.



“ Aarkkkhhh … arkkhhhhh ….arkkkhhh….” aku mengeluarkan erangan yang terdengar aneh saat pak Yanto mulai mempercepat gerakannya sambil tetap dalam posisi memelukku.



“Bapaaaa … aduuuhhh…. bapaaa …Tini udah gak tahaaaannn”



Hanya dalam beberapa menit saja aku sudah meneriakan kata-kata orgasmeku yang khas. Pak Yanto membalasnya dengan gerakan yang makin cepat dan diakhiri dengan hujaman yang dalam dan dilanjutkan dengan gerakan penis berputar-putar seolah-olah mau membuka lobang rahimku. Aku sampai mengejang-ngejang kenikmatan sambil mengangkat-angkat pantatku untuk mengimbangi gerakannya, sedangkan kedua tanganku sekarang beralih meremas-remas pantatnya beliau.



“Ooohhhhhhhhh…….” Akhirnya aku kembali tergolek lemas karena kenikmatan, pak Yanto pun menghentikan gerakannya setelah melihat reaksiku.



Aku buka mataku dan memberikan senyumanku yang paling manis kepada bossku yang telah memberikan kenikmatan yang luar biasa dan secara ajaib menghapus sama sekali rasa menyesal yang sebelumnya kurasakan.



Lalu kami berciuman cukup lama sambil saling membelai muka dan rambut masing-masing. Setelah puas berciuman pak Yanto kemudian melepas pelukannya dan duduk tegak tanpa melepaskan penisnya dari vaginaku.



“Tini, coba kamu lihat darah perawan kamu” Ajak pak Yanto



Aku coba mengangkat badanku sedikit dengan ditopang kedua tanganku sambil melihat ke arah selangkanganku. Penis pak Yanto hanya terlihat pangkalnya saja karena sisanya masih berada di dalam liang vaginaku. Selain penuh dengan urat-urat yang menonjol, pada penisnya juga terlihat sedikit cairan berwarna merah pada beberapa bagiannya.



Noda merah yang sama aku lihat juga pada bulu kemaluanku, perutku, paha sebelah dalam dan perutnya pak Yanto. Rupanya itulah yang disebut darah perawan atau darah malam pertama oleh orang-orang selama ini.



Sebagai perempuan suku Jawa, warna kulitku lebih gelap dari wanita suku Sunda, demikian juga dengan kulit kemaluanku yang berwarna merah gelap sampai kebagian dalamnya sehingga bercak-dercak darah itu tidak terlalu terlihat kalau tidak diperhatikan dengan seksama.



Belum sempat aku membuka mulut untuk memberikan komentar, beliau sudah mulai mengerakkan lagi penisnya maju mundur yang membuatku terpaksa berbaring kembali. Kedua kakiku satu persatu beliau naikkan ke atas bahunya sehingga badanku menjadi hampir terlipat dalam tindihan pak Yanto. Dalam posisi seperti itu pak Yanto memompa penisnya makin lama makin cepat sehingga membuat tubuhku terguncang-guncang.



“Oooowww ….ahhhh…aawww” aku menjerit kenikmatan “Bapaaa..aa..aa..aa … nii… iii..kk…mmmaa…aaa..aatttt…sssee …eee…kkkaa…aaa…llliiiii…” suaraku jadi terputus putus karena kerasnya goncangan badanku.

CROK … CROK …CROK …CROK … aku mulai mendengar bunyi seperti air becek yang ditepuk-tepuk dengan keras. Belakangan aku ketahui itu adalah bunyi dari cairan yang telah membanjiri vaginaku dipompa dengan keras oleh penisnya pak Yanto sampai berbuih-buih.



Badan kami kurasakan mulai berkeringat sehingga terlihat mengkilat, setetes dua tetes keringat pak Yanto mulai jatuh ke tubuhku. Tak berapa lama kemudian keringat pak Yanto semakin membanjir dan mengalir deras ke perutku bercampur dengan keringatku sendiri .

CROK…CROK …CROK… CROK …CROK… bunyi itu semakin keras



Rasanya aku hampir tak sadarkan diri karena gelombang demi gelombang nikmat yang makin lama makin besar seolah-olah tidak aka nada batasnya. Tapi tiba-tiba aku merasakan tubuh pak Yanto mulai bergetar, pompaan penisnya makin tidak teratur iramanya.



“TINNNIIII …. Saya mau keluarrrrr …” teriak pak Yanto yang saat itu aku tidak tahu artinya.

Kurasakan pak Yanto menekan kuat-kuat penisnya di dalam vaginaku, tak berapa lama kemudian penisnya terasa berdenyut denyut dengan kuat lalu seperti memuntahkan sesuatu yang hangat berkali kali di dalam tubuhku. Denyutan pada penis beliau yang disertai semburan cairan hangat tersebut melipatgandakan kenikmatan yang tengah kurasakan.



“Bapppaaaaa … Oohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh ……” akupun menyusul mengeluarkan lenguhan kenikmatan yang panjang sampai semburan dari penis pak Yanto berhenti.



Tubuh pak Yanto lalu ambruk kelelahan menimpa tubuhku setelah sebelumnya menurunkan kedua kakiku dari bahunya. Untuk beberapa saat pak Yanto tidak bereaksi sama sekali, sehingga aku coba peluk beliau erat-erat sambil mengelus-elus kepalanya dengan penuh kasih sayang. Beberapa saat kemudian beliau mulai bergerak bangun dan langsung mencium bibirku.



“Tini, kamu bisa merasakan kenikmatannya sayang ?” Tanya beliau dengan setengah berbisik ditelingaku.



AKu hanya mengangguk pelan sambil tersenyum kepada beliau.



“Sekarang bapa sudah mencicipi milik Tini yang paling berharga dan hanya ada satu-satunya” Kataku secara spontan yang dijawab dengan senyuman dan ciuman dari pak Yanto.



“Tapi sebagai gantinya tadi Tini sudah merasakan kenikmatan yang luar biasa” lanjutku “Jadi Tini sebenarnya tidak tahu apakah harus meyesal atau berterima kasih”

Sekali lagi beliau menjawabnya dengan tersenyum sambil memandangku dengan mesra sehingga aku menjadi jengah sendiri hingga tertunduk malu. Kembali aku dihujani dengan kecupan-kecupan kecil dan ciuman-ciuman pendek yang sangat berarti bagiku.



“Aaaaahhhhhhhhhhhhhhh….” Jeritku tertahan ketika tiba-tiba pak Yanto menarik penisnya keluar.



Pak Yanto kemudian berdiri dan berjalan ke halaman belakang untuk mengambil selembar handuk yang sedang dijemur di sana, kemudian dengan halus beliau menyeka keringatku dan keringatnya sendiri dan terakhir menyeka vaginaku dan penisnya.



Hari itu kami bertelanjang bulat seharian selama di dalam rumah, baik itu waktu memasak di dapur, makan siang , nonton TV ataupun saat sekedar mengobrol berdua. Kondisi kami yang bertelanjang bulat membuat kami selalu mudah terangsang lagi untuk bersetubuh, sehingga antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya kami selingi dengan bersetubuh.



Dalam persetubuhan-persetubuhan lanjutannya itu, beliau selalu menggunakan kondom yang dibawanya. Waktu itu aku dengan polosnya memprotes penggunaan kondom karena mengurangi kenikmatan bersetubuh padahal waktu persetubuhan yang pertama beliau tidak menggunakan kondom tersebut.



Sambil nyengir beliau menjelaskan bahwa yang pertamapun seharusnya beliau memakai kondom, tapi beliau khawatir aku keburu sadar dan menolak meneruskan saat beliau sedang memasang kondomnya. Menjelang malam pak Yanto akhirnya pamit pulang setelah total empat kali menyetubuhiku sepanjang hari tadi.



Hubungan kami selanjutnya semakin “panas” karena untuk dua tahun pertama aku benar-benar ketagihan untuk bersetubuh dan untuk itu aku bersedia disetubuhi dimanapun dan dalam segala kondisi, tentu saja hanya dengan pak Yanto saja. Seringkali aku di kantor minta di setubuhi sambil berdiri atau dalam posisi menungging di meja dengan berpakaian lengkap.



Kalau aku sedang menemani pak Yanto ke luar kantor atau saat diantar pulang sorenya, kadang aku suka merengek minta mampir ke hotel melati atau motel untuk memuaskan berahiku. Tidak terhitung pula persetubuhan yang kami lakukan di dalam mobil yang biasanya kami parkir areal parkir umum yang luas tapi gelap.

Pak Yanto tidak pernah menolak permintaanku, tapi beliau mewajibkan aku untuk selalu membawa kondom di dalam tasku karena beliau tidak bisa membawa persediaan kondom yang memadai tanpa ketahuan istrinya.



Tapi nafsu berahiku yang terlalu tinggi ini akhirnya membawa akibat fatal ketika aku memaksa untuk tetap disetubuhi pada saat persediaan kondom telah habis. Saat itu aku meminta bersetubuh dengan posisiku di atas dan pada saat pak Yanto akan ejakulasi aku tidak mengindahkan isyarat pak Yanto untuk mencabut vaginaku dari penisnya karena aku belum mencapai orgasmeku yang ketiga sehingga akhirnya sperma beliau tumpah di dalam tubuhku.



Akibatnya dua bulan kemudian aku dipastikan hamil !



Rasa bersalah membuatku tidak berani langsung membicarakannya kepada pak Yanto sehingga janinku semakin membesar. Pak Yanto akhirnya mengetahui juga setelah beliau merasa heran karena aku bersedia disetubuhi pada tanggal-tanggal biasanya aku mendapat haid dan juga merasakan payudaraku semakin membesar.



Karena kandunganku yang mulai besar, pak Yanto membawaku ke dokter kandungan untuk digugurkan dengan cara yang aman. Dokter tersebut mau melakukan tindakan aborsi karena aku diakui sebagai istri muda beliau yang tidak diijinkan punya anak oleh istri tuanya. Sangat ironis memang …



Kehamilan yang tidak dikehendaki dan aborsi yang aku lakukan membuat Pak Yanto memintaku untuk memasang IUD sehingga kami berdua tidak lagi perlu khawatir akan kebobolan. Sehingga kini aktivitas seks kami berdua terasa makin intensif dan tanpa disadari mulai terlalu demonstratif yang membuat orang-orang kantor mulai bertanya-tanya adanya hubungan istimewa diantara kami.



Akhirnya untuk mencegah kecurigaan orang-orang kantor yang sering melihatku keluar dengan nafas memburu dan lipstik memudar dari ruangan bossnya hampir dua kali sehari, pak Yanto merekomendasikan aku ke perusahaan lain yang dikelola pelanggan perusahaan kami.



Kemudian aku dikontrakkan kamar kos yang memungkinkan beliau datang kapan saja. Hampir setiap sore sepulang dari kantor beliau datang menyetubuhiku sebelum pulang ke rumahnya dan kadang-kadang pagi-pagi juga datang mengantarku ke kantor setelah bersetubuh dulu tentunya. Setelah hampir empat tahun berhubungan dengan pak Yanto tanpa status yang jelas, akhirnya aku menerima lamaran dari teman SMAku yang inginmengajakku menikah tanpa melewati pacaran.



Mulanya pak Yanto keberatan dengan keputusanku, tapi akhirnya beliau mau menerimanya setelah aku berjanji mau tetap melayaninya kalau diminta. Hal itu memang bisa aku buktikan, bahkan saat aku sedang hamil anak pertamaku, aku tetap bersedia bersetubuh dengan beliau.



Aku memang tidak pernah bisa melupakan mantan bossku ini, bukan karena beliau orang yang telah merengut keperawananku, tapi karena aku memang mencintainya. END

Related Posts:

Mesum Dengan Cewek Di Dalam Tenda Dengan Kondisi Gelap Gulita

MESUM SAMA CEWEK DI DALAM TENDA DENGAN KONDISI GELAP GULITA - Awal cerita aku dan teman teman memang berencana untuk berkemah, kita berunding dimana tempat yang paling asik, kemudian tercetuslah salah seorang memilih di pegunungan dieng, semua sepakat untuk memilih tempat itu. Setelah itu kita mengatur rencana karena team kita ada 8 orang , cowok berjumlah 4 dan ceweknya 4 orang.



Masing masing sudah kebagian tugas untuk membawa apa yang dibawa saat berkemah, aku pun dapat bagian untuk membawa tenda berjumlah 2, satu buat cowok, satunya buat cewek. Selang sampainya dipegunungan kami sudah memulai untuk mendirikan tenda karena cuacanya sudah mendung kami bergegas untuk mendirikan tenda, ada dua kemah untuk tidur kami berdua. Kemah satu untuk cowok yang berjumlah 4 orang dan lainnya untuk gadis yang berjumlah 4 orang.



Pada suatu malam, kemah tempat gadis kebanjiran karena hujan yang besar tidak bisa tertampung di saluran yang mengelilingi kemah itu. Tentu saja mereka kalang kabut ditengah tidur lelap kami. Tentu saja kami jadi ikut terbangun dengan kegaduhan suara cewek-cewek itu.



Yang dituju pertama untuk melindungi diri dari hujan deras tentu kemah kami para cowok. Kami sepakat untuk malam ini kami tidur masal. Walaupun cukup sempit tetapi masih cukuplah kami tidur berhimpit-himpitan. Setelah diatur, maka muatlah ketujuh orang itu dengan posisi tidur, dengan catatan tidak boleh bergerak yang memang tidak bisa bergerak karena sempitnya.

Vita, memilih tidur di dekatku, karena ia kebagian di tempat paling pinggir terkena kain kemah yang menggantung dan basah.

Sementara aku sendiri berada di pinggir juga. Ia membisikkan sesuatu kepadaku, jangan macam-macam.. Tetapi hal ini justru kutafsirkan suatu tantangan untuk memulai suatu gerilya.



Setelah lentera padam, yang ada hanya gelap gulita. Teman-teman yang lain tampaknya sudah tertidur. Vita memiringkan badannya sehingga menghadapku, sedangkan kakinya menindih pahaku. Nafas ringannya terasa di pundakku.



Mataku terus melotot di dalam kegelapan, lalu timbul niat isengku. Pelan-pelan tangan kiriku kuangkat dan kutindihkan pada pinggulnya, sedangkan siku kuletakkan sedemikian rupa sehingga hampir menyentuh payudaranya. Sehingga apabila Vita bergerak sedikit saja payudaranya akan tersenggol oleh lenganku.

Aku menanti dengan hati berdebar-debar.

Sementara tidur Vita nampaknya makin pulas. Aku menjadi kurang sabar, kugeser sedikit sikuku agar menyentuh payudaranya. Oh, rupanya payudaranya dilindungi oleh kedua tangannya. Usahaku sia-sia. Aku putar otak mencari posisi yang menguntungkan.



Selagi aku hampir kehabisan akal mencari strategi, tiba-tiba Vita bergerak, mengambil lenganku dan menariknya ke dalam pelukannya. Dalam keadaan yang gelap gulita aku memang merasa menyenggol benda yang halus.



Tapi aku tidak tahu benar bagian tubuh mana itu, perut apa dada. Walaupun demikian cukuplah untuk pemanasan, pikirku. Senjataku yang sejak siang tadi mengkerut kedinginan mulai bangun. Sebelum besar benar, kubetulkan posisi kemaluanku agar bisa mengembang dengan sempurna tanpa ada bulu yang tertarik oleh tegangnya kemaluanku.



Gerakanku agaknya membuat Vita semakin mendekapkan tanganku ke dalam pelukannya, entah secara refleks atau apa aku tak tahu. Sebelah kaki yang menindihku dinaikkan lebih ke atas sehingga nyaris menimpa kemaluanku.

Lenganku masih dalam pelukannya. Tapi jari-jariku masih bebas, aku berusaha meraih apa saja yang ada di dekatnya, tetapi sia-sia.

Gerakan-gerakan kecil kemaluanku pasti terasa juga oleh Vita, seandainya ia tidak tidur. Kembali Vita lebih memeluk tanganku dan ditekankannya ke dadanya.



Kini aku merasakan lembut dan hangatnya bukit kembar Vita yang terbungkus jaket tebalnya. Dalam gerakan itu kuberanikan diri memegang pangkal pahanya. Vita hanya menggeliat dan menaikkan kakinya sehingga menindih kemaluanku. Aduh, enak sekali.



Burungku semakin menggeliat dan bergerak-gerak. Oleh gerakan-gerakan itu diangkatnya kaki Vita, kemudian diletakkan lagi pada tempat yang sama. Nah, di sinilah aku baru merasa bahwa Vita masih belum tidur dan semua gerakannya masih dilakukan dalam keadaan sadar.



Sebelah tanganku yang didekap kugeser-geser mencari sasaran, yang kutuju adalah kemaluannya. Namun sebelum sampai pada sasaran dicubitnya dengan pelan. Aku dan Vita tidak berani saling bersuara. Cubitan halus ini tidak menyurutkan niatku, dengan agak memaksakan diri akhirnya sampailah telapak tanganku bersandar di selangkangannya.



Setiba di daerah itu tanganku justru dijepit oleh kedua kakinya. Kamaluannya yang empuk kurasakan meskipun masih tertutup Jeans. Namun oleh jepitan kakinya yang kencang aku tidak bisa berbuat banyak. Namum sebelah tanganku masih bebas leluasa, dengan gerakan yang super hati-hati takut Vita kaget dan membangunkan teman di sebelahnya.



Tanganku mulai menerobos double cover-nya. Vita merenggangkan kedua tangannya yang membentuk double cover itu. Dan mendaratlah tanganku di atas payudaranya. Kuelus-elus dan kuremas-remas, membuatnya keenakan.



Setelah beberapa lama aku mengarahkan tanganku untuk mengelus perutnya yang mudah disingkapkan. Pelan-pelan kuselipkan ke bagian dadanya. Akhirnya sampai juga ke arah BH-nya. BH yang terbuat dari nilon halus itu memang lebih nikmat rasanya untuk diremas-remas.

Tetapi dasar pikiran yang sudah kotor, maka kucari pengait BH yang ada di punggungnya. Aku agak kesulitan membuka pengait itu. Vita dengan gerakan yang pelan membantunya.

Dan, lepaslah pengait itu, membuat buah dadanya sangat mudah untuk disentuh secara langsung kulitnya. Ada rasa hangat, ada rasa lembut, ada rasa nikmat dan ada getaran aneh yang menjadikan kemaluanku, yang tanpa kuduga sudah ada di genggaman Vita, semakin besar.



Aku remas-remas kekenyalan payudaranya, kupencet-pencet putingnya menjadikan nafas Vita semakin memburu. Akhirnya untuk lebih memberikan ruang gerakku, dia mengambil posisi terlentang. Kini tanganku dengan bebas mempermainkan payudaranya yang sudah tidak terlindungi lagi oleh jaketnya, tetapi masih dalam selimut tebalnya. Sekali-kali ada kilat, dan kulihat wajah Vita yang polos kelihatan setengah merem menikmati permainan itu.



Kepalaku menerobos masuk ke dalam selimutnya. Kuciumi kulit payudaranya yang mulus, tidak ketinggalan putingnya yang kecil itu. Membuat nafasnya makin naik turun saja. Sementara tanganku menggosok-gosok kemaluannya.



Dia setuju saja, hal ini terbukti dengan lebih mengangkangkan kedua kakinya. Setelah kubuka reitsleting, kupelorotkan ke bawah sekalian dengan celana dalamnya. Dengan demikian kemaluannya yang ditumbuhi rambut tipisnya sudah basah oleh lendir karena kuusap-usap dengan halus.



Begitu kumasukkan sebuah jari tengahku ke dalam liang vaginanya, terasa sempit, dan berdenyut-denyut. Wah, aku sudah tidak tahan lagi. Apalagi tangan Vita sudah menerobos masuk ke dalam celana training-ku yang longgar. Mengocok-ngocok dengan halus. Aku agak kesulitan melepas celana jeans dan celana dalamnya, namun Vita membantunya diangkatnya pinggulnya tinggi-tinggi sambil memelorotkan celananya.



Sementara teman-teman lain tertidur, kutindih dia, kuarahkan kemaluanku ke arah kemaluannya. Kupelorotkan celanaku sampai ke lutut. Aku mengambil posisi di atasnya, sambil kubetulkan selimut di punggungku. Ia bimbing kemaluanku ke arah lubang yang benar lalu, «Bless…» batang kenikmatanku menerobos masuk dalam kehormatannya yang sangat disembunyikan itu.



Kupompa beberapa kali kemaluanku ke dalam kemaluannya yang sempit, terasa dinding vaginanya bergetar menjadikan kemaluanku makin nikmat, kupercepat gerakanku, sampai akhirnya sampailah perasaan yang sulit dirasakan, tubuhku menegang perasaan nikmat, setengah ngilu berada di ujung kemaluanku dan menjalar ke pinggul lalu ke seluruh tubuh.



Sepersekian detik menjelang keluar spermaku, sekilas kuingat sesuatu, dan kucabut penisku dari rahimnya. Sehingga muncratlah spermaku ke atas perutnya, kugesek-gesekkan ke perutnya yang mulus.



Ada beberapa kali semprotan sebelum habis sama sekali. Sejenak kunikmati perasaan yang sangat indah ini, sampai kudengar suara batuk di tengah kegelapan. Aku agak terkejut dan segera kembali pura-pura tidur di sebelah Vita dengan manisnya.



Kudengar Vita tertawa namun ditahan. Ia pegang kemaluanku yang sudah mulai lemas dan mencium pipiku. Lalu memungut pakaiannya dan memakainya lagi. Paginya sesuai rencana kami bersiap-siap untuk pulang, Vita bersikap seperti biasa terhadapku.

Seperti tidak ada apa-apa semalam. Aku juga demikian. END

Related Posts:

Ngentot Teman Yang Lagi Galau Karena Putus Dengan Pacarnya

Cerita Ngentot Teman

Ngentot Teman Yang Lagi Galau Karena Putus Dengan Pacarnya - Perkenalkan nama aku Ben, bukan nama sebernarnya aku sekarang umur 25 tahun, kami sangat akrab dalam hubungan sahabat, kami adalah teman satu kuliah dan satu angkatan, Yuni adalah wanita yang dahulu waktu SMA yang sempat aku sukai, karena dia waktu SMA sudah punya pacar jadi aku tidak mau mengganggu hubungannya, saat dipertemukan di sebuah universitas kami setiap hari bertemu, kami sering mengerjakan tugas tugas bersama.

Secara fisik Yuni cukup menarik. Wajahnya berbentuk oval dan manis. Tidak terlalu cantik tapi jelas tidak bisa dikatakan jelek. Tingginya sekitar 160 cm, beratnya seimbang. Rambutnya dipotong pendek dgn poni di dahinya. Kulitnya cukup putih untuk ukuran orang Indonesia.

Pokoknya tidak memalukan lah kalau kita ajak jalan dia di tempat umum. Sayang ada satu kekurangannya, Yuni kurang bisa bersolek, kesannya malah agak tomboy. Ke-mana² dia hampir selalu pakai celana jeans dgn kemeja agak longgar. Padahal perilakunya sangat feminin, jadi agak kontras dan kurang cocok.

Sore itu aku sedang mengerjakan tugas di perpustakaan kampus. Yuni juga kebetulan ada disana, tapi dia di meja lain dgn beberapa teman. Aku asyik mengerjakan tugasku sendiri sehingga aku tidak memperhatikannya. Tiba² ada orang yg duduk di seberang meja. Aku lihat ternyata Yuni.

“Ngerjain apa Ben? Kok asyik banget”

“Eh … ini tugas makalah metodologi. Kamu udah selesai Yun?”

“Yuni mah udah kelar kemarin².”

“Enak dong udah bisa santai, aku juga udah hampir selesai kok.”

“Ben ke kantin yuk … haus nih.”

Aku bereskan kertas² tugasku lalu aku kembalikan buku² referensi ke raknya. Kami berdua berjalan bareng ke kantin. Obrolan kami lanjutkan di kantin sambil minum.

“Yun, aku kok udah lama ndak liat kamu sama Mas Robby. Kemana dia?”

Mas Robby adalah pacar Yuni. Dia sudah bekerja tapi biasanya suka menjemput Yuni di kampus. Aku tidak terlalu kenal dia cuman sebatas “say hello” saja. Mendengar pertanyaanku tadi Yuni cuma menghela napas panjang. Wajahnya yg manis tiba² tampak muram. Dgn agak lirih dia menjawab,

“Kami sudah putus Ben.”

“Oh … sorry Yun. Kalau boleh tahu, kenapa Yun?”

Yuni kembali menghela napas panjang. Aku tahu mereka sudah pacaran cukup lama,

mungkin ada lebih dari 3 thn. Jadi aku tahu bagaimana perasaan Yuni saat itu. Pasti berat buat dia. Akhirnya Yuni bercerita kalau Mas Robby ternyata dekat dgn wanita lain. Ketika Yuni minta penjelasan dari dia ternyata Mas Robby malah marah².

Akhirnya dua minggu yg lalu Yuni tidak mau lagi ketemu dgn dia. Sungguh malang nasib Yuni, padahal mereka sudah begitu dekat dan mereka sudah melakukan hubungan layaknya suami istri. Secara eksplisit memang Yuni tdk pernah bicara ttg hal ini kepadaku, tapi dari gelagatnya aku yakin itu.

Pembicaraan kami sore itu jadi melankolis dan kelabu. Seperti mendung kelabu yg menggelayut di langit. Satu hal yg aku kagumi dari Yuni, dia begitu tegar menerima kenyataan ini. Tak ada setitik air mata pun yg mengambang di matanya saat menceritakan perpisahannya dgn Mas Robby.

Langit sudah agak gelap pertanda datangnya senja ketika kami keluar dari kantin untuk pulang. Aku tawarkan Yuni untuk mengantarnya pulang dan dia setuju. Dalam perjalanan pulang, Yuni yg duduk di boncengan motorku tak berkata sepatah pun. Kami pun sampai di rumah Yuni.

“Masuk dulu yuk Ben,” ajak Yuni sambil membuka kunci pintu rumahnya.

Beberapa kali aku pernah mengantar pulang Yuni tapi aku tidak pernah mampir ke rumah Yuni. Kali ini kebetulan aku kebelet kencing, jadi aku mau diajak masuk rumahnya.

“Aku mau numpang ke kamar mandi Yun.”

“Disitu Ben,” Yuni menunjuk ke salah satu pintu.

Aku segera menuntaskan urusanku di kamar mandi. Rumah Yuni sangat sederhana tapi sangat bersih dan tertata rapi. Keluarga Yuni memang bukan golongan orang yg berada. Senja itu suasana rumah Yuni sepi² saja.

“Kok ndak ada orang Yun. Orangtuamu kemana?”

“Sudah 2 hari di rumah Mbak Dewi di Solo. Dia kan baru saja melahirkan anak pertama.”

Yuni pernah cerita kalau dia hanya dua bersaudara. Kakaknya, Mbak Dewi, sudah menikah dan tinggal di Solo. Jadi saat itu Yuni sendirian di rumah. Aku baru saja hendak berpamitan dgn Yuni ketika tiba² mendung tebal yg sedari tadi menggantung di langit turun menjadi hujan yg cukup lebat.

“Pulang ntar aja Ben, Hujan tuh. Yuni bikinin kopi ya.”

Tanpa menunggu jawabanku Yuni segera ke dapur dan aku dengar detingan cangkir beradu dgn sendok. Aku duduk di sofa di ruang tamu yg sekaligus berfungsi sebagai ruang keluarga itu. Tak berapa lama Yuni muncul dgn secangkir kopi yg masih mengebul di tangannya.

“Kamu ngopi dulu Ben. Yuni mau mandi dulu bentar.”

Yuni kembali ke dalam dan sejenak kemudian aku dengar deburan air di kamar mandi. Aku duduk santai sambil menghirup kopi hangat yg dibuatkan Yuni. Di luar hujan semakin bertambah lebat sambil sesekali terdengar bunyi guruh di kejauhan. Suasana sudah bertambah gelap, apalagi lampu rumah belum dihidupkan.

Tiba² lampu jadi hidup terang benderang menerangi ruang tamu itu. Ternyata Yuni yg telah selesai mandi menghidupkan lampu. Aku menatap Yuni dgn pangling. Sekarang dia mengenakan kaos ketat berwarna biru tua dipadu dgn celana pendek yg sewarna.

Aku melihat Yuni yg lain dari yg aku kenal. Kaos ketatnya memperlihatkan lekuk tubuhnya yg nyaris sempurna yg biasanya tersembunyi di balik kemeja longgarnya. Kulit pahanya yg putih mulus biasanya terbungkus celana jeans. Tanpa aku sadari dari mulutku terlontar kata,

“Kamu cakep dan seksi sekali Yun.”

Yuni tampak tersipu mendengar kata²ku. Dia sedikit tersenyum, guratan kepedihan sudah tak tampak lagi di wajahnya.

“Ngerayu apa ngerayu nih …,” Yuni mencoba menutupi ketersipuannya dgn canda.

“Bener kok Yun … kamu cakep banget.”

Yuni duduk di sofa di ujung yg lain. Kebetulan aku duduk di ujung sofa yg dekat dgn bagian dalam rumah, sedang Yuni di ujung satunya yg dekat pintu. Kami duduk ngobrol sambil mataku tak hentinya mengagumi kemolekan tubuh Yuni. Yuni pun kayaknya suka aku perhatikan seperti itu. Entah sengaja atau tidak, kakinya disilangkan sehingga pahanya yg mulus makin tampak jelas.

Kami masih ngobrol ngalor ngidul ketika kami dikagetkan dgn bunyi guntur yg begitu keras. Seketika itu pula suasana jadi gelap gulita. Ternyata listrik mati. Secara reflek aku berdiri. Aku beranjak ke pintu hendak menyalakan lampu motorku yg aku parkir di teras untuk menerangi sementara. Belum selangkah aku beranjak, aku merasakan tubrukan dgn tubuh Yuni yg ternyata juga sudah berdiri hendak masuk ke dalam.

Tubrukan itu pelan saja sebenarnya, tapi krn terkejut Yuni jatuh tertelentang di sofa dgn kakinya menjuntai ke lantai. Aku pun kehilangan keseimbangan dan menindih tubuh Yuni. Untung siku kiriku masih sempat berjaga di sandaran sofa sehingga Yuni tidak tertindih seluruh berat tubuhku.

Aku rasakan tubuh hangat Yuni menempel di tubuhku. Tanpa sadar dan semuanya terjadi begitu tiba², aku peluk Yuni sambil kukecup keningnya dgn lembut. Yuni tidak bereaksi menolak, dia malah melingkarkan kedua lengannya ke leherku. Aku cium lembut pipi kiri Yuni, dia pun membalas mencium pipi kananku tak kalah lembutnya. Dalam gelap gulita itu, secara alami dan terjadi begitu saja, bibir kami saling bertemu.

Aku cium bibir Yuni dgn sangat lembut. Tidak ada penolakan dari Yuni, dia malah membalas mengulum bibirku. Bibir kami saling berpautan dan melepaskan kemesraan. Aku mulai berinisiatif menjulurkan lidahku dan membelai gigi seri Yuni.

Yuni pun membuka mulutnya lebih lebar dan menjulurkan lidahnya saling beradu dgn lidahku. Kami terus berciuman dalam gelap. Petir yg me-nyambar² sudah tidak kami hiraukan lagi. Lidah Yuni yg masih menjulur ke mulutku aku kulum dgn mesra. Sesaat ganti Yuni yg mengulum lidahku.

Entah berapa lama kami saling menikmati ciuman mesra itu. Rasanya aku sangat ingin kejadian itu berlangsung selamanya. Perlahan aku alihkan sasaran ciumanku. Aku mulai menciumi bagian bawah dagu Yuni. Kemudian secara sangat perlahan ciumanku mengarah ke lehernya yg jenjang itu.

Aku tidak bisa melihat reaksi Yuni karena gelap, yg aku rasakan hanya belaian lembut di rambutku. Belakang telinga kanan Yuni aku ciumi dgn mesra sambil sesekali aku gigit lembut daun telinganya. Yuni sedikit meronta kegelian.

Dia bereaksi dgn mendengus pelan di dekat telinga kananku. Hembusan nafasnya membuat aku kegelian. Lalu aku rasakan benda lembut yg hangat menggelitik lubang telingaku. Ternyata itu lidah Yuni. Sungguh geli rasanya tapi sangat menggairahkan. Bagi yg belum pernah mengalaminya sendiri tentu susah menggambarkannya. Kami masih saling menggelitik telinga dgn lidah.

Aku agak mengangkat tubuh sedikit ketika tangan Yuni aku rasakan mencari ruang untuk membuka kancing kemejaku. Dalam posisi sulit dan gelap seperti itu Yuni berhasil membuka dua kancing kemejaku yg paling atas. Dia agak merubah posisi sehingga kepalanya tepat berada di bawah dadaku yg sudah terbuka sebagian.

Dgn lembut Yuni mulai menciumi dadaku. Tangannya sambil beraksi membuka semua kancing kemejaku. Sekarang dadaku sudah terbuka lebar tanpa terhalang kemeja yg masih aku pakai. Jari² lembut Yuni mulai menggerayangi punggungku. Bibirnya masih menciumi seluruh permukaan dadaku.

Aku agak meronta kegelian ketika kedua bibir Yuni mengulum puting kiriku. Aku belum pernah diperlakukan seperti ini oleh wanita manapun. Biasanya aku yg melakukan ini terhadap wanita. Sensasinya sungguh sulit di gambarkan.

Birahiku mulai bangkit. Tangan kananku mulai meremas lembut payudara kiri Yuni dari luar kaosnya. Buah dada Yuni terasa sangat kenyal dan padat.

Yuni terus menciumi, menjilati dan mengulum kedua putingku, menghantarkan kegelian dan rangsangan ke seluruh tubuhku. Aku masih me-remas² buah dada Yuni. Waktu terus berlalu tanpa kami sadari.Tiba² mata kami dibutakan oleh terang yg menerpa retina kami.

Ternyata listrik telah hidup kembali. Secara reflek kami melepaskan diri satu sama lain. Sambil mengerjapkan mata aku berdiri dan melihat Yuni masih dalam posisi seperti tadi, telentang di sofa dgn kaki menjuntai di lantai. Yuni menatapku dgn penuh kemesraan, tatapan yg belum pernah aku lihat di mata Yuni ditujukan kepadaku. Untuk sesaat aku tak tahu harus berbuat apa.

“Di kamarku aja yuk Ben.” Suara Yuni memecah kebuntuanku.

Yuni bangkit menutup pintu depan dan kami berjalan bergandengan tangan masuk kamar Yuni. Yuni mematikan lampu utama kamarnya lalu ke meja riasnya dan menghidupkan lampu kecil disana. Suasana jadi agak temaram dan makin syahdu.

Kali ini aku ambil inisiatif. Aku peluk Yuni dari depan, aku cium lembut bibirnya. Tanganku memeluk punggungnya. Dengan ibu jari dan jari tengah tangan kananku aku pegang kaitan BH Yuni dari luar kaosnya, dgn gerakan sedikit mengatup dan memelintir lepaslah kaitan BH Yuni. Sepertinya Yuni cukup terkesan dgn “keahlianku”, dia makin mempererat pelukannya sambil mulut kami masih saling berpagut.

Dengan lembut tangan kiriku aku selipkan di balik tepi bawah kaos Yuni lalu aku raba punggungnya. Aku belai² punggung Yuni yg rata, aku nikmati kehalusan kulitnya yg seperti sutera itu. Yuni sedikit meronta sehingga aku melepaskan pelukanku.

Kesempatan itu digunakannya untuk melepas kemejaku dgn kedua tangannya. Tak ku sia² peluang itu, aku pun menggamit tepi bawah kaos Yuni menariknya ke atas bersama dgn BH hitam yg sudah lepas kaitannya. Sedetik kemudian kami berdua sudah bertelanjang dada.

Apa yg aku lihat di hadapanku sungguh luar biasa. Sepasang payudara yg benar² indah bentuknya. Penerangan lampu yg redup makin memepertegas silhouette dari buah dada yg padat berisi. Putingnya yg kecil dan bulat menyembul di puncak bukit yg menantang itu.

Harus aku akui bahwa sampai saat itu payudara Yuni adalah yg terindah yg pernah aku lihat. Ukurannya tidak terlalu besar meskipun tidak bisa dikatakan kecil. Tapi bentuknya sungguh luar biasa. Seperti sepasang mangkuk yg ditangkupkan di dada tanpa ada kesan melorot sedikit pun.

Rupanya Yuni sadar kalau aku sedang mengagumi payudaranya. Tanpa canggung dia menyangga buah dada kanannya dgn telapak kirinya sambil lengannya menyangga yg kakan. Dgn jari² yg menangkup di dekatkannya kedua bukit indahnya. Tangan kanannya terangkat diletakkan di belakang lehernya. Tubuhnya sedikit meliuk ke belakang.

Gerakan ini makin mempertegas keindahan bentuk buah dadanya. Ditambah terpaan sinar lampu lembut dari arah samping, sungguh pemandangan yg tidak pernah aku lupakan sampai hari ini. Tanpa sepatah kata pun terucap dari mulut Yuni, tapi aku tahu dalam hati dia pasti berkata: “Nikmatilah pemandangan indah buah dadaku Ben.”

Sebenarnya aku masih ingin terus menikmati pemandangan itu, tapi aku tahu aku harus mulai berbuat sesuatu. Aku duduk di tepi ranjang Yuni, aku tarik Yuni mendekat sehingga dadanya tepat ada di hadapanku. Aku ciumi buah dada Yuni secara bergantian. Kadang aku katupkan kedua bibirku di putingnya dan aku pelintir dgn gerakan bibirku ke kiri dan kanan.

Yuni menggelinjang penuh kenikmatan. Tangannya me-remas² rambut di kepalaku. Dadanya semakin dibusungkan tanda dia menikmati apa yg aku lakukan. Aku perhatikan ternyata Yuni bukan orang yg “ribut” kala bercinta. Mulutnya tidak bersuara apa² kecuali desahan lembut nafasnya yg semakin cepat.

“sssssshhhhh …. sssshhhhh …. ssssshhhhhh”

Kedua tanganku me-remas² kedua buah dada Yuni dan mulutku masih sibuk dgn putingnya.

Liukan tubuh Yuni semakin menggila tanda rangsanganku semakin tak bisa ditahannya. Sambil masih mengulum putingnya, tanganku menggapai kancing celana pendeknya.

Tanpa banyak kesulitan aku berhasil membuka kancing itu krn Yuni juga membantu dgn mengecilkan perutnya sehingga tugasku semakin mudah. Perlahan aku turunkan ritsleting celananya terus aku tarik ke bawah sampai celana pendek Yuni terlepas dan tersangkut di kedua lututnya.

Kemudian kami pun melakukan sebuah adegan bercinta di sofa, si Yuni pun membuka celana dalamnya , aku pun tanpa banyak pikir kemudian mengeluarkan rudalku yang sudah menganga untuk memasukan rudalku kedalam guanya si Yuni, tanpa basa basi aku langsung malahap, vaginanya yang masih dikatakan sempit masih bisa aku masukin dengan rudalku.

Dengan desahan ahhhhhhhhhhhhhhhh,……….

Yuni berkata pelan pelan ben…aku pun mengiyakan dengan pelan pelan rudalku masuk mendekati ke vaginanya semakin dalam semakin dalam tubuh Yuni mengolet tidak karuan apa karena sudah orgasme dia. Dengan posisi dia duduk di pangkuanku dengan genjotan bokong dari Yuni tak lama rudalku mau mengeluarkan crotttnya, saya pun angkat bokong Yuni dari pangkuanku.

Yun……sudah keluar crottku..Yuni pun langsung mengambilakan tisu untuk membersihakan bekas crott yang menempel di sofa. Yuni pun senang dengan apa yang kami lakukan, kejadian ini belangsung dikemudian hari dengan tempat yang berbeda kandang di rumahku, kadang juga di tempat kos kosan teman aku.

Related Posts:

Bersetubuh dengan tante dan kakak kandung sendiri

Bersetubuh Dengan Tante


Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri. Nama saya Roy (nama samaran) berumur 25 tahun saat ini, bekerja di sebuah Hotel di Jakarta, sejak kecil kehidupan saya tidak lurus-lurus amat, waktu SD pernah nonton Film Biru bersama teman-teman, tetapi sampai SMA saya belum pernah pacaran dikarenakan saya adalah seorang yang tidak Supel dalam bergaul, akibat dari nonton film tersebut saya mulai berubah tanpa saya sadari dan orang lain tidak tahu bahwa saya sering 'ngelonjor' (ngelamun jorok) tidak peduli di kelas, di bis dan di mana saja, malah kerapkali saya melakukan pelecehan seksual di dalam bis, dengan menempelkan alat vital saya ke pantat seorang gadis tetapi jika dalam keadaan yang berdesak-desakan saja.

Sebaiknya saya langsung mulai cerita, waktu SMP kelas 3, kami kedatangan tamu dari Jogya yaitu Tante Wulan. Pada saat itu dia berumur 26 Tahun dan baru 1 tahun menikah tetapi malangnya dia ditinggalkan oleh suami yang tidak bertanggung jawab, dikarenakan alasan mertua (nenek saya, red). Saya memang akrab dengannya (Tante Wulan) karena orangnya ramah, lembut dan cantik. Dan diantara banyak keponakannya, sayalah yang paling dianakemaskan olehnya. Dia sering berkata, "Kamu itu orangnya baik, nggak suka nakal-nakal seperti anak-anak yang lain yang suka berkelahi, mencuri dan lain-lain.." Nah, pada saat kedatangannya kebetulan kedua orang tua saya sedang berlibur di Bali, tinggal saya dan kedua kakak wanita saya serta ditemani seorang pembantu.

"Ehh Tantee!" teriak kakak saya yang pertama bernama Riska, saya dan Risma berlomba menuruni tangga dari lantai 2 (tempat menjemur pakaian). Risma adalah kakak kedua saya, singkatnya kami menyambut kedatangannya dengan hangat tapi sayang kamar dikeluarga kami hanya ada 3. "Tante Wulan pakai saja kamar saya, biar saya tidur di ruang tengah," kata saya sambil membawa kopernya ke dalam kamar. Kamar saya yang tak terlalu besar, hanya ada tempat tidur yang tidak terlalu besar, meja belajar dan lemari kecil.

Pada tengah malam.. "Ssstt.. Bayu pindah saja ke dalam," sambil menunjuk kamarnya.
"Ahh nggak usah Tante, Tante khan.." balasku tertahan.

"Eh di sini kan banyak nyamuk," selanya, dengan langkah gontai saya masuk ke kamar. Ketika saya merebahkan diri, teryata dia ikut masuk dan menutup pintu, saya pikir dia menggantikan saya tidur di ruang tengah, ini membuat saya malah menjadi canggung dan tidak bisa tidur, pikiran pun melayang kemana-mana, sebentar-sebentar saya memandang ke sebelah.
"Haa.. cepet banget Tante Wulan tidurnya.. ya ampuun, kenapa otak gua jadi ngeres gini." Saya teringat kembali semua yang telah saya tonton (Film Biru) lalu saya duduk dan memandangi pahanya yang tersingkap sampai daerah sekitar perut.

"Woww! seksi banget.." kata saya dalam hati. Tante Wulan memang seorang yang sangat cantik, tinggi badannya 166 cm dengan tubuh yang proporsional kulit kuning langsat, rambut hitam pekat, panjang sebahu mirip seorang model, leher jenjangnya yang putih bersih, hidung mancung dengan bentuk yang manis sesuai dengan ukuran wajahnya, bibir yang sensual dengan warna merah natural, membuat setiap orang yang melihatnya ingin mengecupnya. Pokoknya ia adalah wanita seperti idaman saya, kadang saya berfikir, "Coba kalau ia bukan tante saya."

Tanpa disadari tangan saya mulai meraba betis. "Iiihh lembut banget (sambil dikecup sedikit)," kata saya dalam hati, baru kali ini saya memegang betis seorang wanita, dan tangan saya menjalar ke pahanya yang membuat darah muda saya mendidih, perasaan yang tidak karuan, takut dan nafsu birahi yang tak dapat dibendung. "Ya ampun, kenapa saya bisa sekurang ajar ini," saya berhenti sejenak untuk memperhatikannya apakah ia benar-benar tertidur? Untuk mengetahuinya saya tarik bantal yang berada di kepalanya secara mendadak, benar saja ia tertidur pulas.

Kemudian saya melanjutkan aksi dengan membuka tali piyamanya, pemandangan luar biasa yang belum pernah saya lihat sebelumnya, lalu saya merebahkan diri di sampingnya sambil saya dekatkan mulut saya ke mulutnya, terasa hembusan nafasnya yang hangat membuat saya makin terangsang untuk mencium bibir indahnya dan saya beranikan diri untuk melumat bibirnya.

"Eemmuuaahh.." tiba-tiba mengalirlah perasaan aneh dalam tubuh saya, membuat saya lupa akan semuanya dan saya tak dapat menahan lebih lama lagi, saya hisap bibirnya, saya cium hidungnya yang indah, pipinya dan kembali lagi ke bibir manis itu, saya berlama lama di sini sebentar, saya mencoba memasukkan lidah saya ke mulutnya. "Eeehhmm.." gumamnya, "Masa bodo ketahuan apa nggak!" kata saya dalam hati, lalu dengan tangan kanan, saya meraba payudara yang kenyal itu sambil sesekali meremas-remasnya mesra (tanpa membuka BH-nya).

"Begini saja tidak bakalan puas," pikir saya. Dengan gemetar lalu saya memiringkan tubuh indah itu. "Uuuhh susah banget," tetapi akhirnya berhasil juga dan saya buka kancing BH-nya. "Haa.. luar biasa indahnya," kataku kagum dan kurangkul tubuh indah itu sambil saya menindihnya dari samping karena ia dalam posisi miring, kaki kananku kusilangkan diantara pahanya, menciumi seluruh wajahnya sambil meremas-remas buah dadanya, tapi tiba-tiba dia mendorongku, aku kaget bukan main sepertinya jantung ini berhenti berdetak. Saya berhenti sebentar sambil mengatur nafas dan memperhatikannya. Beruntung, ternyata dia masih dalam keadaan tidur dan tetapi posisinya kali ini sangat memudahkan bagiku untuk mengadakan operasi selanjutnya, yaitu telentang.

Perlahan saya mendaratkan wajah saya diantara gunung kembar itu, dan saya mulai menjilatinya dengan lembut, dengan gemetar saya meremas-remas, sesekali mengisap-isap puting susunya yang berwarna coklat muda dan kemerahan itu sambil memainkan ujung lidah saya, nikmat sekali benda kenyal ini yang perlahan-lahan mulai mengeras dengan diiringi suara rintihan. "Aahh.. uuggh.." terlihat sekilas olehku, ia mulai tidak tenang, kepalanya bergoyang ke kanan dan ke kiri, tangannya yang meremas-remas sprei, sepertinya ia juga merasakan nikmatnya, tapi dasar orang yang sudah dikendalikan nafsu birahi, hal itu tidak menyusahkannya, malah menimbulkan sensasi tersendiri, semakin gencar saya melakukannya, bahkan kini tanganku berani menyelinap ke dalam celana dalamnya.

"Wahh.. bulunya lebat amat," kataku dalam hati, lalu saya mulai mengusap-usap bulu tersebut sambil menciumi seluruh buah dadanya disertai gigitan kecil di puting susunya yang membuatnya bergetar dan terasa olehku bahwa setiap kali aku membelai bulu di selangkangannya, pantatnya agak terangkat sepertinya berbicara, "Masukkan jarimu," dan setelah kulepaskan CD-nya, kuberanikan diri untuk menyelipkan jari tengahku ke dalam goa kenikmatannya. Kontan saja dia menggumam, "Uuuggh.. sszztt.. ahh.. ahh.. aauuhh.." tak henti-hentinya ia merintih sambil meremas-remas rambutnya. Dalam hati saya berfikir apa ia benar-benar tidur?

Tiba-tiba pantatnya agak terangkat sampai seluruh jari saya masuk ke dalam liang kewanitaannya sambil ia meregangkan kedua pahanya lebar-lebar membuat saya ingin melihat lubang kemaluannya secara dekat. Lalu saya merubah posisi, saya seperti orang yang sedang bersujud, kubenamkan hidungku di liang senggamanya sambil kugesek-gesekkan dengan hidungku, "Uuhh.." baunya membuat sensasi seksku meningkat, "Sssrruupps.." (seperti menjilat ice cream) Sambil memegang kedua pahanya, aku menjilat-jilat bagian dalam liang kenikmatan tanteku itu, jujur saja rasanya aneh asin, sedikit gurih dan pokoknya nikmat, tak bisa kulukiskan dengan kata-kata.
Tiba-tiba saya dikagetkan oleh kedua tangan, yang tiba-tiba saja memegang kepala saya. "Ehhmm.. siapa kamu?" sambil mengangkat kepala saya, "Mati gue!" dalam hati saya berkata dengan perlahan saya mengangkat kepala saya dari liang sorganya, saya hanya terdiam.
"Roy apa yang telah kamu lakukan.. kenapa kamu, berani..?" kata Tante Wulan.

Dengan gemetar saya berkata, "Maaf kan saya Tante."

"Maaf lagi, enak aja.. nanti Tante bilangin Ibu.. baru tau rasa!" ancamnya.

Saya hanya pasrah, saya sudah kehilangan seribu bahasa, saya hanya diam dan diam ketika saya hendak melangkah keluar kamar, ia melompat dan mengunci pintu membuat saya kaget bukan main, kupikir ia mau menghajarku, "Tidur sana!" perintahnya sambil membiarkan tubuhnya terlihat olehku yang hanya mengenakan baju tidur yang telah kubuka talinya dan saya membaringkan badanku membelakanginya dan ia mematikan lampu kamar. Saya telah berusaha untuk memejamkan mata tapi tidak dapat. "Gimana nih, gua bisa diusir dari rumah," dalam hati saya berbicara.
Satu jam setelah itu, saya dikagetkan oleh tangan yang memegang alat vital saya, kontan saja ini membuatnya bangun (dongkrak antikku). Awalnya hanya meraba-raba saja dan akhirnya sampai masuk ke dalam celana dalam dan kurasakan tubuh hangat itu memelukku sambil berkata, "Tante tau Kamu belum tidur," tapi saya terus pura-pura tidur, dan ia menelentangkan tubuh saya, sedikit saya mengintip rupanya ia melepaskan piyamanya dan benar-benar telanjang bulat. Sebenarnya saya ingin melongo tapi takut ketahuan.

"Astagaa.. teryata ia tadi itu cuma pura-pura," saya menahan nafas ketika ia menelungkupkan tubuhnya di atasku sambil berkata, "Ini rahasia kita." Lalu menghujani bibirku dengan ciuman rakusnya, "Emmuuahh.. eemmuuaahh.." sambil tangannya memegang kepalaku dan memutar-mutar kepalanya. "Jangan salahkan saya, jika sekarang perjakamu kuambil," katanya lagi sambil mencium bibirku dengan nafsunya dan menggoyangkan pantatnya, lalu saya tak tahan lagi, saya bangun tapi hanya sebatas duduk dan membiarkan ia berada di atas pangkuanku sambil saling melilitkan lidah, tanteku membuka t-shirt yang kukenakan dan, "Ahh, sialan ia menggigit lidahku," kataku. "Maaf.." katanya singkat dan meneruskan aksinya, dan ia menggiring tanganku untuk memegang payudaranya karena aku masih agak malu, "Roy silakan lakukan apa saja yang kamu suka," katanya "Ya Tante," jawab saya. "Ssstt.. jangan pangil Tante ketika bercinta," katanya lagi.
Kami benar-benar larut dalam gejolak nafsu birahi, saling berlomba untuk merebut hadiah kenikmatan, sekarang sudah benar-benar bebas, mulut saya menjelajah ke seluruh wajah sampai leher, belakang telinganya kujilat dan kuciumi dan kembali ke bagian leher sampingnya membuat kepalanya menengadah ke atas. "Aaahh.. uuhh teruuss Roy," katanya, "Uuugghh.. belajar dari mana kamu?", lanjutnya dengan nafas yang terengah-engah. "Sudahlah jangan tanya-tanya," kata saya dengan suara bergetar, tangan kita masing-masing saling menjalar ke bagian tubuh yang paling sensitif.

Kemudian Tante Wulan mendorong tubuh saya dan menarik celana pendek serta CD yang saya kenakan. "Tooeewww.." tugu kenikmatan berdiri dengan tegak seraya menyombongkan dirinya. "Tahan sedikit ya," katanya sambil ia meraih batang kemaluan saya dengan cepat dan mengulumnya. Gila, masuk semua ke dalam mulutnya, bahkan topi baja saya sampai menyentuh tenggorokannya. Tante Wulan dengan rakusnya melahap seperti hendak menelan habis, ia bukan seperti tante saya yang saya kenal, di sini ia tampak liar, seperti orang kesurupan "Aaauuwww.." teriak saya waktu ia menghisap dengan seluruh kekuatannya, sepertinya tenaga saya turut dihisapnya sambil ia menempelkan gigi-giginya di topi baja saya. "Besar sekali punyamu dan panjang," bisiknya lirih. Sekedar informasi saja, alat vital saya berdiameter 16 cm, den panjangnya 12 cm (jika sedang tegang) menurut saya itu biasa saja, bagaimana menurut pambaca?

Tiba-tiba Tante Wulan berdiri dan menyambar piyama tidurnya dan keluar kamar begitu saja. "Haa.." saya hanya melongo dibuatnya kali ini apa yang akan dibuatnya? Terdengar suara agak gaduh di luar, sepertinya ia sedang mencari sesuatu. Kemudian saya bangun dan mengintip dari balik pintu, rupanya ia mengambil sesuatu dari kulkas dan menyembunyikan di balik badannya, dan melangkah ke arah saya. "Ssstt ayo masuk," bisiknya dan ia menunjukkan sesuatu tepat depan wajah saya. "Haa, Tante untuk apa ketimun itu," tanyaku heran. "Aahh aku tauu! Dasar!" lalu dia memelukku dan menjatuhkan diri bersama-sama ke atas tempat tidur setelah ia membuka kembali piyamanya. "Nih, pegang..!" teryata ketimun ini sudah diberi baby oil, licin dan basah. Sekedar informasi, ketimun itu adalah ketimun import 'Cucumber Pickling' Berwarna hijau tua berukuran seperti alat vital orang dewasa.

Beberapa saat kita berguling-guling di atas kasur sampai akhirnya ia berada di bawah saya dan membimbing tangan saya untuk memasukkan ke dalam liang senggamanya. "Aaauugghh.. teeruuss.. yang dalam.. uuhzz.. yeeaah.. pompa terus Roy.. ya begitu.. terus.. aahhggh.. nikmat Roy.. puter.. puter.. yaa.. sodok.. sodok lagi.. aauuhh.. niikmaatt.. agak ke atass.. ya begitu.." ocehan Tante Wulan makin menjadi sambil ia mengocok senjata pusakaku. Tante Wulan membalikkan badan saya dan menduduki tugu kenikmatan yang sudah mengeras dan membimbingnya masuk. "Srruup.." amblas, tapi hanya setengahnya saja dan Tante Wulan mulai menaikturunkan pantatnya dengan perlahan sambil berpegangan pada lututnya. "Uuuhh.. batangmu hangat sekali.. lebih enak punyamu.." sesekali ia membenarkan letak rambutnya.

"Kraak.. kraakk.. kraakk.." suara ranjangku seakan berteriak karena menahan beban tubuhku dan tubuh Tante Wulan. Malam itu menjadi malam yang sangat istimewa dan gaduh, suara rintihan, erangan, kenikmatan berbaur menjadi satu seperti hendak sengaja mempertontonkan adegan yang mencengangkan. "Astaga pintu kamarku belum ditutup," tetapi Tante Wulan sedang asyik bermain di atas tubuhku, aku pun tak ketinggalan, menjamah, meremas buah dadanya sehingga membuat Tante Wulan semakin liar saja. Samar-samar ada empat mata yang memandang dari kegelapan, apakah itu cuma khayalanku yang timbul karena rasa takut? Ah masa bodoh, selama mata itu tak menggangu acaraku.

Lalu saya bangun tapi hanya sebatas duduk, Tante Wulan masih berada di atas pangkuanku. Bibir kami saling bertemu dan berpagutan, saling menjilat dan saling memompa, berpelukan. Kemudian saya bangun dan berdiri sambil menggendong Tante Wulan agar batang kejantananku tetap menancap di liang senggamanya, dan kunaikturunkan dengan kedua tanganku. "Enaak.. Roy.." Tante Wulan semakin memelukku dengan erat. Lalu tak kusadari kakiku melangkah keluar sambil tetap pada posisi tadi, sampailah di ruang tengah dan kuletakkan tubuh Tante Wulan di atas meja, tanpa kucabut batang kemaluanku yang bersarang indah di liang sorganya.

Aku mulai memompanya lagi, "Aauugghh.. lebih cepat Roy.. ya teruss.. begitu," desah Tante Wulan sambil melingkarkan kedua kakinya di pantatku. Aku mengayun dengan sekuat tenaga, meja bergetar dan pot bunga, gelas berjatuhan akibat getaran kenikmatan yang kukeluarkan. "Roy lebih cepatt.. mau keeluarr nih.." Aku pun semakin mempercepat dorongan dan pompaanku," Aaahh.." teriakku sambil mengumpulkan tenaga yang tersisa, mulai terasa olehku ada suatu cairan hangat yang memenuhi liang senggama Tante Wulan dan menyelimuti seluruh batanganku, membuat seakan berkumpul kembali tenagaku, bersamaan itu Tante Wulan bangun dan memelukku erat sambil melumat bibirku dan tak lama kemudian aku pun tiba-tiba merasa tergoncang hebat sambil memacu dengan gencarnya, "Croot.. croot.. croott.. croot.." empat kali tembakanku, lalu lunglailah tubuh kami. Nafasku tersengal-sengal, Tante Wulan memandangku dengan penuh rasa bangga dan puas, lalu ia menarik dirinya dari pelukanku sambil memberikan kecupan lembut di bibirku, dan ia melangkah menuju kamar mandi.
Keesokan harinya, pukul 11.00 aku bangun dan aku melihat mata kedua kakakku merah dan bengkak seperti orang habis begadang, karena memang pertempuran semalam selesai ketika matahari mulai nampak. Hatiku bertanya-tanya, "Apakah mereka menontonku? tapi dari sikap mereka terlihat biasa saja. "Roy kenapa kamu bangunnya siang begini tak seperti biasanya?" tanya Risma curiga. "Ehh.. karena.. kecapean kali.." Aku pun bingung, tetapi aku jadi malu jika menatap wajah tanteku itu, ada perasaan bersalah tapi ia tenang dan mengusap-usap bahuku dan kepalaku dan seperti biasanya kami melakukan aktifitas kami masing-masing, Riska kuliah dan Risma sekolah di sebuah SMA Negeri di Jakarta, dan aku sendiri sekolah tak jauh dari rumah.

Pukul 17.00 aku tiba di rumah, aku menengok ke kanan dan ke kiri, sepi sekali di dalam rumah, pintu tidak dikunci terlihat olehku pintu kamar Riska agak terbuka, dengan berjingkat aku masuk dan mengintip. "Ahh.. baju.. rok dan celana dalam kakakku bertebaran di lantai, lalu mataku mulai menjelajah ke setiap sudut ruangan. "Astagaa," jantungku berdetak keras melihat Riska tanpa busana membelakangiku sambil tangan kanannya berpegangan pada lemari dan tangan kirinya maju mundur seperti sedang memasukkan sesuatu ke dalam kemaluannya, hal ini membuat darah mudaku mendesir. Dia mengerang, meringis. Kepalanya menengadah ke atas langit-langit, lalu ia merebahkan diri ke atas kasur, sambil terus memompa sesuatu di liang kemaluannya.
Perlahan setelah kulepas sepatuku, aku masuk dan menutup pintu, aku tak tahan dan kukeluarkan kejantananku, tetapi sayang ia membalikkan badannya ke arahku, terpaksa aku masuk ke dalam kolong ranjang. "Ahh sial.." kataku. "Aaa.." jeritan Riska menyudahi kenikmatannya, entah sudah berapa lama ia melakukan itu (martubasi dengan ketimun), tapi tak terdengar apa-apa, semuanya menjadi sunyi, aku tak berani keluar dari kolong dan setelah 2 jam aku mulai keluar dan memperhatikan sekelilingku. Oh, rupanya ia telah tidur dengan mengenakan selimut.

Perlahan-lahan kutarik selimut itu. Mataku terbelalak melihat pemandangan yang satu ini, tubuh molek kakakku yang dihiasi dengan keringat semakin indah kelihatannya, ia teryata lebih seksi dari Tante Wulan, payudaranya lebih kencang, tubuhnya padat berisi. Uhh, pokoknya diatas segala-galanya jika dibandingkan dengan Tante Wulan. Lalu kutangalkan semua pakaianku dan kukunci pintu.

Perlahan kuhampiri tubuh kakakku yang sedang tertidur, lalu aku menyentuh bulu-bulu tipis yang tumbuh di sekitar kemaluannya dan kusisir dengan lidahku perlahan-lahan, sambil tanganku menggapai-gapai buah dada milik Riska dan kuambil kembali ketimun itu dan kumasukkan perlahan. "Ehm, pantatnya agak terangkat sedikit dan kupompa perlahan, masih tertinggal bekas cairan memeknya di ketimun yang ia gunakan tadi. Aromanya lebih tajam dari milik Tante Wulan. Riska tampak menggeliat-geliat sambil bergumam, "Ohh.. oohh.." tangannya tak bisa diam menjambaki rambutnya dam meremas-remas payudaranya, kupercepat pompaanku tapi aku tidak tega dan kutarik kembali ketimun itu dan kugantikan dengan punyaku sendiri.

"Ssleephh.. Ooohh.." Riska merintih panjang dan astaga membuka matanya dan kaget melihatku yang ada di atas tubuhnya dan mendorongku, tapi tanganku lebih kuat. "Rooy jangann.. tolong Roy jangan," katanya, tapi kusumpal dengan mulutku. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, menghindari ciumanku dan kutahan kepalanya, kupaksa ia untuk menerima ciumanku. "Aaaihh teryata bibir Riska lebih manis dari Tante Wulan." Aku semakin bernafsu saja. Ia terus berontak, berontak. Semakin ia berontak, aku semakin kencang mengayun batanganku. "Auu.. uughh.." Riska menggigit bibirnya, tak kusadari bahwa setiap hentakanku turut dibantunya dengan menggoyangkan pantatnya, membuat semakin nikmat walau punya kakakku lebih sempit dari milik Tante Wulan, ini tak menjadi penghalang bagiku, kali ini sepertinya ia sudah kehabisan tenaga dan pasrah.

"Roy jangan kau tumpahkan manimu di dalam ya," katanya memelas, aku hanya menganggukkan kepala saja dan kuciumi bibirnya, ia tidak menolak bahkan lidahnya masuk ke dalam mulutku dan ikut menikmatinya, karena takut ketahuan yang lain aku memacunya lebih cepat dan kulihat senyuman dari bibir kakakku. Ia melingkarkan kakinya di pantatku agar tak terlalu kencang getaran yang ditimbulkannya. "Aaa.." kita berteriak bersamaan, dan tiba-tiba ia memelukku dan menciumi bibirku sambil menekan pantatnya hingga terasa olehku menyentuh dinding kemaluannya bahkan klitorisnya, dan "Croott.. crroot.." untung saja aku cepat mengeluarkan dan tertumpah mengenai wajah Riska, dan saat itu juga ia meraih dan mengulum batanganku dan menyedot habis mani yang tersisa di sekitar topi kepala bajaku. Terlihat juga ada lava putih mengalir dari dalam liang senggamanya yang disertai aroma yang merangsang. Sebetulnya aku masih ingin bercinta dengannya tapi sudah agak petang dan karena itu aku tadi mempercepat genjotanku, dan aku mengambil bajuku dan keluar menuju kamar mandi, beruntung ketika aku mandi, Tante Wulan dan Risma pulang sehingga mereka tidak mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi.

Related Posts:

Nikmatnya Kesucian Pembantu Mudaku Yang Masih Perawan

zonanoveldewasa.blogspot.com - Malam itu aku menginap di rumah Mbak Kristin, karena saking ngantuknya aku tertidur di atas sofa. Sekitar jam 4 pagi aku terbangun, aku masih dalam keadaan telanjang bulat tapi tertutup selimut, tapi Mbak Kristin sudah tidak ada di sofa ah mungkin, dia pindah ke kamarnya dan tidur bareng anaknya.

Aku berdiri dan mencari celanaku karena suasana gelap aku menghidupkan lampu. Saat lampu menyala ada suara seorang wanita menjerit, ternyata seorang perempuan masih remaja umurnya sekitar 15 tahun, dia kaget mungkin karena melihatku telanjang bulat, aku menutup mulutku dengan jariku, maksudnya menyuruhnya diam.

Kudekati dia, kujelaskan bahwa aku temannya Mbak Kristin, semalam aku menginap disini, diapun memahami dan memberitahuku bahwa dia spontan kaget karena belum pernah melihat pria dewasa telanjang, katanya dia adalah pembantunya Mbak Kristin, namanya Ulfa. Ulfa tidak sekolah semenjak lulus SMP, dia ikut Mbak Kristin baru sekitar 3 bulan. Aku Tanya dia kenapa kaget melihat aku telanjang memangnya belum pernah punya pacar. Dia mengaku sudah punya pacar tapi belum pernah melihatnya telanjang.

Kutanya lagi, terus kalau pacaran ngapain, jawabnya jujur katanya pernah ciuman dan diraba-raba susunya oleh pacarnya, tapi belum pernah sampai telanjang bulat. Ah berarti masih perawan? Dia menganggukkan kepala dengan malu-malu. Kuperhatikan matanya sedikit melirik ke arah kontolku tapi masih malu-malu. Aku pura-pura tidak tahu dan cuek saja serta sengaja tidak segera mengenakan celanaku. Aku masih telanjang bulat dan memintanya untuk mengambilkan celanaku, aku duduk di ruang makan yang hanya berbatas sebuah bifet dari ruang tamu.

Dia membawakan pakaianku dan perlahan aku ambil celana dalamku aku sengaja memakainya di depan Ulfa. Dia melewatiku menuju ke dapur sambil melirik ke arah kontolku lagi. Dia tidak melihat di depannya ada baju dan celanaku, dia tersandung gesperku dan tertanting ingin jatuh, aku langsung menangkap tangannya, dan menarik tubuhnya hingga aku sendiri hampir saja ikut jatuh. Dengan kondisi itu tak sengaja kami sedikit berpelukan, wajahnya dan wajahku dekat sekali, aku ingin menciumnya tapi masih takut.

Kulepaskan pelan tubuhnya dia menyempurnakan berdirinya aku juga, tapi tak sengaja tangannya menyentuh kontolku, dia minta maaf, aku tersenyum dan malah menyuruhnya menyentuh lagi, dia tersipu malu, aku mengambil tangannya dan kuarahkan ke kontolku, ayolah Ulfa, ga papa, ga usah malu, katanya kamu belum pernah lihat kontol kan? Sekarang kamu boleh pegang sepuasnya, dia malu dan menutup matanya dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya dengan malu memegang kontolku.

Akupun merasa nikmat disentuh oleh tangan seorang ABG, kuarahkan tangannya maju mundur mengurut kontolku, kuajari dia cara mengocok kontolku. Dia kemudian terus mengurut-urut kontolku perlahan tapi malu untuk melihatnya, tapi biarlah yang penting aku merasakan nikmatnya diurut sama tangan yang masih halus, meski pembantu tapi dia lumayan cantik, mungkin kalau dia anak orang kaya dan terawat rajin ke salon, wajahnya tak kalah cantik dibanding asmirandah. Kulitnya kuning langsat, bersih, dadanya besar untuk ukuran anak remaja, pantatnya juga seksi dan montok.

Kulihat dia sepertinya menikmati untuk terus mengurut-urut penisku, sekarang dia mulai tidak malu melihat kontolku, tangan kiri yang tadinya buat menutup matanya, kini kutarik ke leherku. Sehingga kamipun semakin berdekatan, kutarik pinggulnya kudekatkan tubuhnya ke tubuhku, dadanya menyentuh dadaku, jantungnya berdebar, dia sepertinya agak takut. Kubisikkan ke telinganya, ke kamarmu yuk, ga enak kalau disini entar Mbak Kristin bangun, entar aku ajarin yang lebih enak. Tanpa banyak protes, dia berjalan menuju kamarnya aku mengikutinya dari belakang, kuperhatikan bokongnya yang begitu sintal, pahanya yang begitu mulus nampak terlihat karena dia mengenakan baju tidur terusan dan panjang roknya di atas lutut. Warnanya juga transaparan dan tipis sehingga tali BHnya dan juga celana dalamnya samar-samar terlihat.

Sesampai di kamarnya kututup pintu dan aku kunci dari dalam. Aku menyandarkan tubuhku di depan pintu kutarik tubuhnya dan kembali kuambil tangannya untuk terus mengocok-ngocok kontolku, kini tubuhnya bersandar di tubuhku, sambil terus mengocok kontolku, tapi gerakan mengocoknya masih sangat pelan dan lembut, mungkin karena baru pertama tapi aku malah menikmatinya.

Tolong diemut dong kontolku, dia menggelengkan kepala, kupegang kepalanya dan kududukkan di depanku, kuarahkan kontolku ke mulutnya, kutekan pipinya agar mulutnya terbuka dan perlahan kumasukkan kontolku ke dalam mulutnya, dia masih terlihat risih dan malu, tapi beberapa saat kontolku sempat masuk juga dalam mulutnya meski sebentar, tapi aku gak mau memaksa karena ini pengalaman pertama baginya. Kutarik tubuhnya dan kupeluk erat, kemudian perlahan kucium bibirnya, dia cantik juga meski pembantu aku tidak risih mencium bibirnya, karena menurutku Ulfa cantik juga dan aku beruntung seandainya Ulfa mau aku entot, soalnya dia masih perawan.
Kupeluk tubuhnya erat, dan kuciumi bibirnya sementara tanganku mulai aktif menggerayang ke pantatnya, dari belakang kuangkat dasternya, sehingga aku menemukan lipatan celana dalamnya, kuselipkan tanganku dan kuremas-remas pantatnya, tangannya menahan tanganku, tapi aku cuek saja sambil terus meremas-remas pantatnya, perlahan kuturunkan celana dalamnya sambil terus kuremas dan kutarik pantatnya ke depan, sehingga kontolku sekarang bersentuhan dengan memeknya, tangannya berhenti mengocok kontolku kemudian memegang pinggulku, kutarik tangannya ke atas leherku agar tidak mengganggu kontolku yang sedang menyentuhnya memeknya yang mulai terasa hangat, kuangkat tubuhnya dengan sedikit kugendong, sehingga kontolku tepat berada di depan lubang memeknya, kugesek-gesekkan kontolku ke memeknya, kudorong dia hingga sebelah tempat tidur, dan kurebahkan dia di atas kasur sekalian aku menindihnya, kugesek-gesekkan semakin cepat kontolku, dia terpejam, kunaikkan dasternya ke atas hingga terbuka kedua belah dadanya, kulepas BHnya, dan kulum-kulum putingnya, Ulfa diam dan terus memejamkan matanya.

Aku tak menyia-nyiakan kesempatan itu, takut terlalu lama pemanasan malah nanti Ulfa sadar dan berhenti melayani nafsu bejatku, aku langsung membuka pahanya lebar-lebar, kulihat vaginanya yang mungil terlihat hanya seperti daging dengan garis tipis di bagian tengah, tidak ada rambut sama sekali, itilnya juga belum nampak keluar, kuarahkan kontolku ke pintu memeknya, kugesek-gesek dengan bantuan tanganku sambil mencari lubang senggamanya, setelah ketemu kudorong kontolku masuk ke dalam, tapi susah kutarik lagi dan kudorong pelan lagi, kini kepala kontolku sudah mulai masuk ke memek Ulfa, kukeluarkan pelan dan coba kudorong lebih ke dalam lagi, Ulfa memelukku erat dan minta kepadaku untuk pelan-pelan, sakit katanya.

Kukeluarkan lagi perlahan dan coba kumasukkan lagi, tapi memang memeknya kecil dan sempit, tapi kontolku sudah merasakan sedikit kehangatan, kugoyangkan pantatkan naik kemudian turun sehingga kontolku sudah agak lebih ke dalam lagi, sepertinya kontolku menyentuh sesuatu, mungkin ini selaput dara, aku semakin hati-hati menggoyangkan pantatku, kasihan kalau Ulfa kesakitan, kemudian aku mengeluarkan kontolku.

Aku ambil bantal di samping Ulfa kuletakkan di bawah pantat Ulfa, dengan posisi seperti ini perut dan memek Ulfa terangkat naik, ini akan membantuku memasukkan penisku jauh lebih dalam di dinding memek Ulfa, kembali kuarahkan batang penisku ke memek Ulfa, kumasukkan setengah dan menyentuh lagi selaput dara yang tadi belum berhasil kutembus, kudorong lebih dalam dengan hati-hati, tubuh Ulfa menegang kedua tangannya menggenggam erat ujung bantal, matanya terpejam seperti menahan sakit.

Ku beri tenaga sedikit dibantu dorongan pantatku, dan slep… aku berhasil menembus selaput dara Ulfa, dan kontolku merasakan sensasi dari kehangatan yang luar biasa, aku berhasil menembus benteng pertahanan dari dinding vagina Ulfa. ah… benar-benar nikmat, aku kemudian mengocok-ngocok kontolku keluar masuk vagina Ulfa, dinding vagina yang begitu sempit membuat kontolku mendapatkan kenikmatan yang begitu hebat, kulihat Ulfa mengeluarkan air mata, mungkin karena tadi merasakan sakit, tapi sekarang dia mulai ikut sedikit menggoyangkan pantatnya, oh dia sudah menikmati permainanku. Tiba-tiba ohhhh….
Ternyata memek perawan ini membuat benteng pertahananku tidak terbendung, hanya beberapa menit berada di dalam memek Ulfa spermaku sudah mau keluar, secepatnya kutarik kontolku dan kugesek-gesekkan di paha Ulfa yang mulus, kugesek-gesek terus dan ohhhh spermaku muncrat juga….

Croootttt….. ohhhhh nikmat sekali, aku puas sekali malam ini, aku telah berhasil merenggut keperawanan Ulfa, memek nya nikmat sekali, ahhhh terima kasih Ulfa. aku kembali mengenakan pakaianku, kulihat Ulfa masih terdiam terkapar lemas tak berdaya, perlahan aku keluar dari kamar, dan melanjutkan tidur lagi di atas sofa, takut mbak Kristin besok pagi terbangun, kalau aku masih di kamar Ulfa, wah apa kata dunia?

Kutarik selimutku dan kembali tidur, tapi aku membayangkan betapa nikmatnya memek perawan, oh terima kasih Ulfa. END

Related Posts:

Ketagihan Dipijit Oleh Adik Iparku

zonanoveldewasa.blogsot.com - Aku punya seorang istri berusia 31 tahun yang memiliki adik kandung masih lugu dan pemalu. Sebut saja namanya euis, baru berusia 17 belas tahun. Euis adalah adik ke 3 istriku. ikut tinggal bersamaku karena ingin bersekolah di jakarta. Mertuaku di sukabumi.

Aku ikut senang iparku tinggal bersamaku karena sekalian menunggu dan mengurus rumahku yang kosong hanya tinggal pembantu akibat kami berdua bekerja. Aku punya kebiasaan dan kegemaran yang kubawa sejak remaja. Yakni senang di pijat. Hampir seminggu sekali orang tuaku memanggil tukang pijat langganannya, dan sekalian pula aku ikut minta di pijat.

Tak heran, setelah menikah, minimal hampir seminggu dua kali aku selalu minta dipijat istriku. Aku juga punya pembantu. Terkadang pembantuku yang sudah tua juga membantu memijat tatkala istriku sudah kelelahan. Istriku juga bekerja di bank swasta sebagai teller.
Kisahnya berawal dari suatu hari aku pulang kemalaman karena lembur. Badanku terasa sakit sekali. Aku ingin sekali di pijat. Tetapi istri dan pembantuku sudah tidur. Saat itu aku lihat iparku Euis masih belum tidur dan mengerjakan PR sekolah SMA-nya di ruang keluarga. Karena sudah tak tahan sakit semua badanku, aku coba minta tolong Euis untuk memijat pundakku.

Euis menurut saja karena memang dia patuh denganku. Awalnya dia ragu karena tak pernah memijat orang. Lalu ku bilang : ” Tak apa lah, Euis.. asal-asalan aja !. yang penting sakit Aa hilang !”. (Aa adalah panggilanku). maka Euis pun mau melakukannya. Mulailah dia memijat bagian pundakku dan Aku tetap mengenakan baju. Sama sekali aku tak punya pikiran macam-macam karena aku mencintai istriku dan menghormati keluarga mertuaku.

Aku rasakan ternyata pijitan Euis enak juga. Aku mulai menikmatinya. “Enak juga pijitan si Euis !”, pikirku. Setelah badanku agak enakan, aku minta Euis untuk menghentikan pijitan dan ku minta dia untuk segera kembali ke kamarnya.
Esok paginya aku ceritakan ke Istriku kalau semalam badanku sakit sekali dan minta maaf terpaksa aku minta tolong Euis adiknya untuk memijatku. Istriku tampak seperti biasa saja karena sangat percaya kalau aku tidak bakal macam-macam ke adiknya.

Suatu hari, aku merasakan kembali sakit pegal-pegal dibadanku. Mungkin karena kebiasaan di pijat, capek sedikit saja serasa tak hilang kalau tidak di pijat. Cepat-cepat aku bawa kendaraanku ke rumah malam itu. Saat tiba di rumah, aku minta tolong istriku– yang memang biasanya sudah pulang duluan– untuk memijat seperti biasa. Tapi dia bilang sedang capek sekali dan tidak sanggup memijatku. Dia memintaku untuk membangunkan bu sumi saja, pembantuku. Tetapi bu Sumi sudah tidur.

Aku lapor ke istriku kalo bu sumi sudah tidur. Tiba-tiba istriku bilang : ” ya sudah minta tolong aja sama euis, tapi pijatnya di sini !”. (Di kamarku dan istriku)

Lalu aku memanggil euis yang kebetulan memang belum tidur. Istriku tiduran di sampingku, ikut menyaksikan kalau aku sedang di pijat tanpa buka baju oleh adik kandungnya. sambil mengajari euis memijat dan ngobrol, istriku lama-lama tertidur pulas.

Sejak hari itu kebiasaanku berlanjut. Aku makin sering di pijat oleh Euis di kamarku. Di saksikan oleh istriku. Frekwensinya kini malah lebih banyak Euis yang memijatku ketimbang Istriku sendiri. Sama-sekali tidak terlintas pikiran kotor untuk macam-macam karena Euis anaknya memang baik dan kuanggap masih kecil.

Aku juga sering menasehatinya dalam agama meski aku juga bukan orang alim, lalu menasehatinya juga agar hati-hati dalam bergaul supaya tidak terlibat pergaulan bebas. Lama kelamaan aku makin keenakan di pijat Euis dan mulai berani di pijat dengan buka baju. Akupun mulai berani minta di pijat dengan menggunakan minyak pijat seperti apa yang memang sering dilakukan Istriku.

Aku rasakan pijatan tangan euis memang tidak kalah dengan pijatan istriku. Sampai beberapa bulan berlalu aku makin ketagihan dengan pijatan Euis iparku. Ohya, Tak lupa setiap kali di pijat, aku selalu memberikannya uang Rp.100.000. Sesuatu yg istriku juga mengizinkan aku di pijat Euis karena melihat aku juga memberinya uang.

Sampailah di suatu malam yang hujan deras, istriku sedang tertidur pulas saat aku baru tiba di rumah malam hari. Badanku pegal sekali. aku meminta euis untuk memijatku. Di tengah pijatan, aku merasakan tiba-tiba muncul gairah ingin sekali berhubungan seks dengan Istriku. Tetapi istriku sudah tidur.

Aku pusing sekali, mungkin karena gairah yang naik tiba-tiba, kini aku jadi mulai terangsang oleh sentuhan pijatan Euis. Malam itu setan membawaku untuk mencari rangsangan lebih. Karena gairah seks ku sedang naik. Tak seperti biasanya, aku yang paling-paling hanya minta di pijat di bagian kaki, kepala dan pundak tanpa buka baju. Kali ini minta lebih… Aku minta Euis untuk memijat bagian dadaku !.

Semula Euis ragu-ragu karena tak biasanya aku minta pijat di bagian itu.

“Ayo is, gak apa-apa sekali-sekali, tumben nih bagiaan ini (dada) Aa agak pegel banget !”. Pintaku. Akhirnya Euis menuruti permintaanku. Aku menarik nafas dalam-dalam menikmati kulit tangan iparku yg dilumuri minyak sedang memijat sensitif dadaku untuk pertama kalinya. Aku jadi sering menelan ludah malam itu. Sungguh aku kian terangsang setiap telapaknya mengenai bagian puting di dadaku.

“Euis.. !” Kataku. “Agak di-lama-in yah pijatnya di bagian itu. Abis lagi pegal !”. Kataku. Jam menunjukkan pukul 23.00. Selesai sudah pijatan Euis. Aku minta Euis untuk tidur ke kamarnya. Aku yg di kondisi gairah memuncak, sudah tak kuasa lagi menahan. Ku bangunkan Istriku. Tetapi dia ogah-ogahan.

Seperti biasa kalau sudah begini, aku punya sedikit kelainan seks. Ku buka celana Istriku dalam kondisi dia tertidur, ku baringkan tubuh istriku dalam keadaan tengkurap, ku tuntaskan hajatku malam itu dengan bermasturbasi menggejot-genjot pantat istriku yg kadang akhirnya jadi terbangun dan membantu menggoyang-goyang pantatnya.. “Crooott…. Crooot… !”, air maniku tumpah di pantat Istriku.
Waktu terus berjalan. Setiap kali aku pegel, aku minta di pijat Euis, aku kini selalu minta dia berlama-lama memijat di bagian dada.

Terutama saat istriku mulai tertidur. Semakin lama aku makin menikmati. Sensasinya semakin lain. Dalam keadaan terpejam mata, aku mulai berpikir aneh-aneh.

Ada satu hal yang membuatku heran, ketika itu, saat memijat di bagian dada, aku merasa Euis memperlambat dan memperlemah tangannya seperti mengelus memberi rangsangan. Aku sudah tak memperdulikan lagi rasa malu saat putingku membesar dan mengeras dibuatnya. Mungkin dia sudah tahu kalu aku terangsang.
Mataku tetap terpejam menikmati sensasi hebat itu seolah tidak tahu apa yang di lakukan oleh tangannya. Aku juga merasa setiap euis memijat bagian dadaku, nafas Euis juga ikut makin memburu dan seperti tersengal-sengal. Sesekali aku intip dari keremangan lampu kamar yg ku redupkan, payudara Euis makin membesar.

Lama-kelamaan tiap di pijat aku mulai punya pikiran kotor. Nafsu sudah menguasaiku. Aku ingin sekali Euis bukan saja mengelus dadaku, dalam khayalanku aku ingin dia bisa memainkan jarinya di putingku. Bahkan menjilatinya.

Aku mulai mikir-mikir, mencari-cari rencana, bagaimana caranya agar Euis bisa memainkan putingku dengan leluasa dan bebas, tanpa kehadiran istriku di sampingku seperti biasanya. Sesuatu keliaran yang tak pernah terbayangkan. Adik ipar yang aku kasihani dan sayangi sebelumnya. Masih remaja pula.

Di kantor aku jadi sering terbayang-bayang pijatan dan elusan tangan Euis di dadaku. Sampailah Suatu hari sengaja aku pulang kantor duluan. Sekitar jam 2.30 siang dimana Euis biasanya memang sudah pulang dari sekolah.

Hari itu ternyata benar. Euis sedang menonton TV. Tanpa ragu Aku minta Euis memijatku. Pembantuku di kamarnya tidak curiga sama sekali karena memang dia sudah tahu kebiasaanku yang di pijat Euis di kamarku. Karena pernah satu kali mereka berbarengan memijatku malam-malam. Siang itu Aku minta Euis untuk memijat lebih lembut lagi di bagian dadaku. Aku sengaja menutup gorden dan memadamkan lampu agar jadi lebih remang-remang meski matahari masih tinggi.

Siang itu Aku rasakan tangan Euis begitu leluasa dan bebas seolah memberi rangsangan ke dadaku tanpa takut di ketahui kakaknya. Selama di pijat Aku merasa Euis tidak lagi memijat dadaku tapi seolah membelai-belainya. Aku makin tidak tahan. Lalu nekat aku bilang : “Euis, boleh pijatin puting Aa pake jari-jari Euis nggak ?” Kataku nekat.

“Hah.. ? Gimana caranya, A ? Kok pijat putingnya ?, ” Katanya heran atau mungkin pura-pura heran.

“Aa paling suka kalo Teteh (panggilan istriku) pijatin puting Aa. Gampang kok !.” Sambil ku pegang tangan dan tuntun jarinya untuk menunjukan caranya. Entah karena lugu, atau pura-pura tidak tahu, dia menurut saja dan meneruskan memainkan putingku dengan jarinya.

Aku bilang : “enak sekali, Euis. lebih pelan yah, tapi tolong jangan bilang-bilang Teteh, ya !”
“Memang kenapa, Aa ?”

“Gak apa-apa, khawatir nanti Teteh marah dan salah sangka “, kataku.

“Ya iya, Aa, Euis juga malu !”. Katanya dengan wajah lugu.

“Euis tahu gak, Aa paling suka kalau dimain-mainkan gini putingnya. Teteh juga paling suka kalau di giniin putingnya,” kataku.

Euis diam saja mendengarnya. “Gini Euis, kayaknya posisi Aa kurang nyaman deh, gimana kalo Euis sambil tiduran juga pijatin puting Aa ?,” Pintaku. Entah kenapa Euis menurut saja dan ikut merebahkan tubuhnya sehingga kini aku berhadap-hadapan dengannya sambil tiduran.

Jarinya terus saja memijat putingku. Aku makin kehilangan akal sehat. Dengan nekatnya aku bilang : “Euis, sini Aa ajarin kamu gimana caranya memijat puting Aa yang bener, karena kalau cara pijat Euis kayak gini lama-lama puting Aa jadi perih !.” Kataku

Kemudian ku lanjutkan kalimatku : “Tapi… Euis sendiri harus ngerasain di pijat !, nanti Aa mau praktekin memijat Euis, supaya nanti kalo pijetan Euis makin enak, Aa akan kasih uang yg lebih banyak !”.

“Maksud Aa ?”, tanya Euis.
“Sini deh Aa langsung pijetin Euis aja. Euis rasain aja !”

“Ntar kalo teteh tahu gimana ?”
“Ya jangan kasih tahu dong, ini rahasia kita aja”. Kataku

Tanpa buang kesempatan aku langsung nekat memijat telapak kaki Euis. Agar dia tidak langsung curiga. Aku pura-pura pijat dari telapak kaki agak lama. Trus menjalar ke betis. Kemudian ku minta Euis untuk duduk. Lalu ku pijat di bagian leher, pundak dan kepala tanpa Euis membuka baju.

Lama-lama setelah Euis mulai merasa enak, aku mulai berani memakai minyak pijat. Aku memulainya dari bagian leher. Pelan-pelan dan sesekali kusentuh bagian bawah kupingnya, agar dia terangsang. Aku pijat pelan-pelan dan lama-lama di bagian itu. Euis mulai menikmati dan tak ada penolakan sama sekali. Trus aku mulai memijat turun ke bagian pundak belakang.
Dengan sangat hati-hati, jemariku mulai meraba memijat bagian pundak depan. Ku lihat Euis makin terlena, meski matanya terpejam, aku tahu dia tidak tertidur. Agar lebih leluasa tanganku memijat dari belakang, Aku mencoba meminta Euis untuk membuka kancing bajunya.
“Euis… ! Kancing bajunya buka satu ya !, supaya Aa gampang pijat dada atas Euis !.”

Dan… Euis menuruti !. ” Yess… !”, senangnya hatiku !.

Jariku makin menurun memijat ke wilayah dada, di bagian atas payudara. Aku bisikkan kata-kata untuk meminta euis terus memejamkan mata dan menikmati musik lembut yg sengaja aku putar.

Tanganku makin turun memijat ke bawah. Seolah sedang berenang di dada dengan dengan gaya katak. Jari-jariku mulai merasakan bagian atas bukit payudara. Wow… Sudah meninggi dan mengeras. Nafas Euis makin tersengal-sengal. Semakin ke bawah… Ke bawah… Dan…

Inilah kesempatan yang tepat. aku sapu dengan lembut bagian paling vital di payudara seorang perempuan. Dengan begitu lembut sekali aku sapu putingnya dengan jemariku. Euis seperti tak menolak sama sekali. Tapi sedikit mendesis, seperti agak takut.

Karena tak ada penolakan berarti, ku sapu saja putingnya beberapa kali. Tak juga ada penolakan berarti, akhirnya kumainkan terus jari telunjukku di atas putingnya saja. Euis melipat bibir tanda keenakan sambil sesekali menyapu bibir dengan lidahnya.

“Euis…”, bisikku. ” Yang enak kalau nanti main-mainin puting Aa.. ya kayak gini !. Enak banget, kan ?”.

Euis mengangguk tanpa kata-kata. Lidahnya sesekali keluar dari bibirnya.

“Euis mau yg lebih enak lagi nggak ?” Kataku.
“Buka ya kancingnya semuanya”, kataku
Aku lihat Euis sudah terangsang sekali. Entah karena lugunya, saat kubuka semua kancingnya dia diam saja. Lalu ku buka juga BH-nya meski sempat sedikit menolak. Akhirnya ku rebahkan badan euis dengan posisi telentang, lalu aku mainkan jemariku di atas puting yg merah coklat muda itu.

“Euis tidur aja ya, nikmatin aja sesuatu yang paling dahsyat enaknya, euis pasti ketagihan deh !”

“Euis mau diapain Aa ?”
“Ssst…. Rasain yah”, sambil ku belai-belai rambutnya

Tanpa panjang kata lagi……
Ku jilati saja puting yang masih sebesar kacang hijau itu….!!!

Tubuhnya menggelinjing. Ku mainkan ujung lidahku dengan lembut di atas putingnya. Euis mendesis seperti ular : “sssssstttt….

Eeeeeehhhh… Euuuuhh !”

“Enak kan, Euiiiiis ?” Tanyaku
Euis diam saja. Matanya tetap terpejam kuat-kuat. Mulailah Ku jilati seputar payudaranya, kemudian turun ke bagian perutnya. Di pusarnya ku mainkan lidahku agak lama. Sambil tanganku meremas-remas payudaranya. Mulutku kini naik ke bagian lehernya.

Dia tampak keenakan ku hisap-hisap tiap lekuk lehernya. Kembali ku hisap setiap sudut bagian sensitif di dadanya. Ku sedot di pangkal payudaranya sampai meninggalkan tanda merah. Ya.. Aku sengaja mencupangnya sampe ada 4 tanda. Kulitnya kuning langsat nan bersih.
Aku jelajahi setiap lekuk-lekuk tubuhnya dengan kecupan dan sedotan-sedotan lembut. Ku jilat dan ku hisap juga ketiaknya pelan-pelan sekali. Aku coba mengayati kenikmatan tiada tara ini. Akhirnya ku cium bibirnya. Dia menolak tak mau. Aku terus berusaha. Aku rangsang kembali di putingnya agak lama. akhirnya.. Euis pasrah menyerahkan mulutnya. Ku sedot dengan penuh penghayatan bibirnya.

Kuminta Euis mengeluarkan lidahnya. Tanpa ragu ku kecup dan ku hisap lembut lidah gadis 17 tahun itu. Aku sudah lupa kalau euis adalah adik kandung istriku. Euis mulai lancar belajar berciuman denganku. Kuminta euis menyedot lidahku. Hanya dalam tempo beberapa menit Euis makin pandai beradu sedot. Ludahnya tidak berbau sama sekali. Pelan pelan jariku sudah mulai meraba bagian bawah selangkangan. Tapi dia selalu saja menepisnya.
Aku sudah tak kuat lagi. Lalu ku buka celanaku. Euis seperti ketakutan. “Ngapain Aa ?, jangan !, Euis takut !”.

“Gak apa-apa Euis. Aa gak akan merawanin kamu. Sungguh. Ayo pegang punya Aa aja !”.
“Jangan Aa !, Euis takut !”.

“Sumpah Aa gak bakalan merawanin Euis, Aa mau minta tolong di pijetin barang Aa. Pake minyak pijat !”

Euis seperti mau nangis. Akhirnya dengan merayu dan sedikit paksaan, tangan Euis mulai berani memegang. Awalnya takut-takut. Lalu kuminta euis untuk memijat alat vitalku. Aku ajari mengocok dengan istilah memijat.

“Ya gitu Euis… Aa cuma mau Euis giniin Aa aja kok, Aa juga takut merawanin Euis. Kalo Euis hamil nanti gimana !”. Kataku.

Makin lama Euis makin tenang. Sehingga makin lancar mengelus-elus alat vitalku. Lalu aku ajari cara mengocok alat vitalku. Sambil berciuman, aku terus mengurut payudara euis dengan lembutnya. Tapi aku merasa kocokan Euis belum pas dan tidak enak. Aku coba dengan berbagai posisi tangan Euis. Tetap saja tidak enak.

Lalu Aku minta dia nantinya tidur tengkurap saja. Buka celana jeans tapi tidak membuka celana dalam. Aku jelaskan caraku onani di pantat kakaknya. Cukup lama aku merayunya, akhirnya dia setuju. Sebelum tidur tengkurap. Aku ciumi lehernya dari belakang. Lalu sesekali sambil menghisap lidah. Tanganku memijat payudaranya dari belakang. Aku sudah tak kuat lagi. Kini Ku minta dia tidur tengkurap saja.
“Maaf Euis, Aa mau onani di pantat Euis aja ya. Euis buka celana jeeans Euis tapi gak usah buka celana dalam. Aa pijam belahan pantat Euis aja. Aa gak bakalan sodomi !.”.

Lalu ritual kelainan seks-ku dimulai. Ku jilati pantat Euis. Lalu akhirnya ku tindih pantat yang masih sekel itu. Aku tempelkan penisku di belahan pantatnya. Aku genjot pantatnya. Ku peluk tubuh Euis sambil tanganku meremas payudaranya dari belakang. Hampir di ujung puncak orgasme, ku tingkatkan frekwensi genjotan. Dan :

“croooot… Crooot… Crooot… !” Keluar air cintaku banyak sekali membanjiri bagian atas pantat adik iparku.

Dia kaget sekali. merasa aneh dengan cairan yang baru pertama kali dilihatnya. Ku lihat matanya memerah. Ya… Euis menangis, meski tangis tak bersuara !. Mungkin dia menyesal melakukannya, apalagi menghianati kakaknya, pikirku. Akupun merasa menyesal juga saat itu. Kenapa sampai bisa aku berbuat begitu hina kepada adik iparku sendiri.

Tapi namanya nafsu memang sangat sulit terbendung. Memang benar, perang terbesar di dunia adalah perang melawan hawa nafsu. Dan aku kalah. Setelah kejadian itu aku tak pernah pijat lagi. Dan Euis tidak mau. Sampai di tiga bulan kemudian, aku diminta tolong oleh istriku mengantar uang ke rumah mertua di sukabumi dengan di temani euis berdua saja.

Entah setan apa kok tiba-tiba kami sudah berciuman di mobil. Tak terduga sama sekali. Perang melawan nafsu tak terkendali lagi, aku lagi-lagi kalah. aku sempatkan mampir ke sebuah hotel di perjalanan. Kami ulangi lagi peristiwa yg sama, meski hanya check in 3 jam saja.

Sejak peristiwa itu, kami sering bercinta tanpa melakukan coitus. Paling penisku di peting, di kocok, di jepitkan ke pantat, di jepit ke payudara, bahkan di oral. Akupun sering meng-oral Euis karena dia sukanya memang di oral.

Hingga kini, euis masih tetap perawan. Euis sudah kuliah di salah satu perguruan tinggi atas biayaku. Dia belum mau pacaran dengan orang lain meski banyak yang mau. Euis juga jadi ketagihan untuk menikmati seks denganku, sering tiba-tiba dia meneleponku untuk mengajak “istirahat” di hotel.

Apalagi kalau bukan minta dilayani kebutuhan seks-nya dengan cara masturbasi. Ada banyak pria keren yang datang ke rumahku untuk mendekati Euis, aku sering cemburu. Kalau sudah begitu nafsuku suka naik, Biasanya aku lampiaskan dengan mengajak check in dia di hotel esoknya.

Untunglah aku masih bisa menahan diri untuk tidak memperawani nya.Tapi entah sampai kapan. END

Related Posts: