Cerita Dewasa Permainan Seks Aku Dan Mamah

Cerita Dewasa Permainan Seks Aku dan Mama - Cerita Seks Terbaru, M“ah, kemana saja sih kok sudah sebulan ini baru datang?”, tanyaku sengit ketika Mama ku datang mengunjungiku di Bandung. “Mama sudah dapat pacar baru ya? sampe enggak sempet datang? Pokoknya aku enggak mau kalo Mama dapat Papa baru”. Mama ku terlihat kaget ketika aku marah, padahal beliau baru saja datang dari Jakarta hari jumat sore itu. Tetapi ketika kepalaku di elus-elusnya dan mama mengatakan minta maaf karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan sekaligus juga mengatakan kalau mama tetap sayang denganku, perasaan marahku pun jadi luluh. “Masak sih Mas (namaku sebenarnya Pur tetapi mama selalu memangggilku Mas sejak aku masih kecil), kamu enggak percaya sama mama? Mama terlalu sayang padamu, jadi kamu jangan curiga kalau mama pacaran lagi”, katanya terisak sambil menciumi pipiku dan akhirnya kami berpelukan. Setelah makan malam, lalu kami berdua ngobrol di ruang tamu sambil melihat acara TV. “Mas, rambutmu itu sudah mulai banyak lagi yang putih… sini mama cabutin”, kata mama yang biasanya selalu mencabuti ubanku bila datang ke Bandung. Segera saja aku bergegas ke kamar untuk mengambil cabutan rambut lalu duduk menghadap kearah TV di lantai sambil sandaran di sofa yang diduduki mama. Terus terang, aku paling senang kalau mama sudah mulai mencabuti ubanku, soalnya bisa sampai ngantuk. “Banyak betul sih Mas ubanmu ini?”, komentar mama sambil mulai mencabuti ubanku. “Habis sih… Mama sudah lama enggak kesini… cuman ngurusin kerjaan melulu.” “Ya sudah, sekarang deh mama cabutin ubanmu sampai habis.” Kami lalu diam tanpa berkata kata. “Mas””ngomong2 kamu sudah punya pacar apa belum?”, tanya mama tiba2, sambil masih tetap mencabuti ubanku di kepala bagian belakang. “Belum kok Ma”..masih dalam penjajakan”, sahutku. “Tuh… kan. Kamu ngelarang mama cari pacar, tapi kamu sendiri malah mau pacaran.”, sahut mama dengan nada agak kesal. “Pokoknya, mama enggak mau lho kalau kamu mulai pacaran, apalagi masih sekolah bisa2 pelajaranmu jadi ketinggalan dan berarti kamu juga sudah enggak sayang lagi sama mama”, tambahnya. “Enggak kok Ma, aku masih sayang kok sama mama.” “Sudah selesai Mas yang belakang, sekarang yang bagian depan”, perintahnya. Lalu kuputar dudukku menghadap ke arah Mama dan tetap duduk dilantai diantara kedua paha mamaku serta Mamapun langsung saja meneruskan mencabuti uban-ubanku. “Mas, kamu kan sekarang sudah tambah dewasa, apa enggak pingin punya pacar atau pingin meluk atau dipeluk seorang perempuan?”, kata mama tiba2. “Atau kamu sudah jadi laki-laki yang enggak normal barangkali ya, Sayang?”, lanjut Mama. “Ah, mama ini kok nanyanya yang enggak2 sih?”, sambil kucubit paha mama yang mulus dan putih bersih. “Habisnya selama ini kan kamu enggak pernah cerita soal temen wanita kamu, Mas.”, sahut mama. “Aku ini masih laki-laki tulen Mah. Kalau mama enggak percaya, boleh deh dibuktiin atau di test ke dokter.”, tambahku sambil kuelus-elus paha mama. Kata Mama, aku enggak boleh pacaran dulu, tambahku. “Naaah… gitu dong Mas. Pacarannya nanti-nanti saja deh Mas, kalau kamu sudah lulus”. “Tapi, kamu kan sudah dewasa, apa enggak kepingin meluk dan mencium lawan jenis kamu”, tanyanya lagi. “Kadang-kadang sih kepingin juga sih Ma, apalagi banyak teman-temanku yang sudah punya pasangan masing- masing. Tapi ngapain sih Ma, kok nanya2 gituan?” “Ya… enggak apa apa sih, mama cuman pingin tahu saja.”, sahut mama sambil tetap mencari ubanku. Karena aku duduk menghadap mama dan jaraknya sangat dekat, tanpa kusadari mataku tertuju kebagian dada mama dan karena Mama ku hanya memakai baju tidur putih yang tipis sekali, maka tetek dan puting susunya secara transparan terlihat dengan jelas. “Mah… ngapain sih Mama pake baju tidur ini?” “Lho… memangnya kenapa mas dengan baju tidur mama ini? emangnya kamu enggak suka ya Mas?”, tanya mamaku, tanpa menghentikan kerjanya mencabuti ubanku. “Emangnya Mama enggak malu?”… tuh kelihatan?”, sambil kututul puting tetek mama yang terlihat menonjol keluar dari balik baju tidurnya dengan ujung jariku. “Huuuusss, teriak mama kaget. Mama kirain kenapa? wong enggak ada orang lain saja kecuali kamu dan bibi dirumah ini. Lagipula mama kan enggak keluar rumah. Memangnya kamu enggak suka ya Mas?”, sahut mama menghentikan kerjanya dan memandang mataku. “Wah”… ya suka bangeet dong Mah. Apalagi kalau boleh megang…”, senyumku. “Huussss…”, sambil menjundul dahiku. “Wong kamu ini masih kecil saja”, tambahnya. “Mah. Aku ini sudah mahasiswa lho.. bukan anak TK lagi, masak sih aku masih kecil? kalo ngeliat sedikit kan enggak apa apa kan mah… boleh kan Mah?”, rengekku. Mama tidak segera menjawab dan tetap saja meneruskan mencabuti ubanku seolah olah enggak ada apa-apa. Setelah kutunggu sebentar dan mama tidak menjawab atau melarangku, akhirnya kuberanikan untuk menjulurkan tanganku kearah kancing baju tidurnya didekat dadanya. “Sebentar aja lho Mas ngelihatnya”, ujarnya tanpa menghalangi tanganku yang sudah melepas 3 buah kancing bajunya. “Aduh Mah…putih betul sih tetek mama.” komentarku sambil membuka baju tidurnya sehingga tetek mamaku tersembul keluar. Aku enggak tahu ukurannya, tetapi yang pasti tidak terlalu besar sehingga kelihatan tegang menantang serta berwarna merah gelap di sekitar puting nya. “Sudah ah Mas, tutup lagi sekarang”, katanya sambil tetap mencabuti ubanku. “Lho… Kok malah bengong, tutup dong Mas?”, katanya lagi ketika kata-kata mama enggak aku ikutin dan tetap memandang kedua tetek mama yang kupandang begitu indah. “Bentar dong Mah… aku belum puas nih Mah, melihat tetek mama yang begitu indah ini. Boleh ya Mah pegang dikit?” “Tuh kan… Mas ini sudah ngelunjak. Katanya tadi cuman mau ngelihat sebentar, eeeh sekarang pingin pegang.”, sahut mama sambil tetap melanjutkan mencabut ubanku. “Sebentar aja lho…”, sahutnya tiba2 ketika melihatku hanya bengong aja mengagumi tetek mama. Setelah Mama mengizinkan dan dengan penuh keraguan serta tanpa berani melihat wajah Mama, segera saja kuremas pelan kedua tetek mama dengan kedua telapak tanganku. “Aahh… sungguh terasa halus dan kenyal tetek mama”, gumanku dalam hati. Lalu kedua tetek mama kuelus2 dan kuremas2 dengan kedua tanganku. Karena asyiknya meremasi tetek mama, baru aku sadar kalau tangan mama sudah tidak lagi mencabuti ubanku lagi di kepalaku dan setelah kulirik, ternyata mama telah bersandar di sofa dengan mata tertutup rapat, mungkin sedang menikmati nikmatnya remasan tangan ku di tetek nya. Melihat mamaku hanya diam saja dan memejamkan matanya, lalu timbul keberanianku dan segera saja kumajukan wajahku mendekati tetek kirinya dan mulai kujilat puting teteknya dengan ujung lidahku. Setelah beberapa kali teteknya kuremas dan tetek satunya kujilati, kudengar desahan mama sangat pelan “ssshhh… ssssshhhh… aaaahh.. Maaaass… suuuudaaaahh…” Desahan ini walaupun hampir tidak terdengar membuat ku semakin berani dan jilatan di puting teteknya dan kuselingi dengan hisapan halus serta remasan di tetek mama sebelah kanan pun kuselingi dengan elusan elusan lembut. Tiba2 saja terdengar bunyi “kling” di lantai dan itu mungkin cabutan ubanku yang sudah terlepas dari tangan mama, karena bersamaan dengan itu, terasa kedua tangan mama sudah meremas remas rambutku dan kepalaku di tekannya kearah badannya sehingga kepalaku sudah menempel rapat di tetek mama dan nafasku pun sedikit tersengal. Desahan dari mulut mamaku pun semakin keras. “Ssssshhh… ooooohh… aaaaahhh… Maaaaaassss…” Desahan yang keluar dari mulut mamaku ini menjadikan ku semakin bersemangat dan kugeser kepalaku yang sedang dipegangi mama kearah tetek yang satunya dan tangan kananku kuremaskan lembut di tetek kiri mama dan tak henti2 nya desahan mama terdengar semakin kuat dengan nafas cepat. “Maaasss… aaaaahhh”, desah mama dengan keras dan tubuhnya meliuk liuk, seraya mendekap kepalaku sangat kuat sehingga wajahku tenggelam kedalam teteknya. “Aaaahhhh”, teriaknya dan diakhiri dengan nafasnya yang cepat dan tersengal- sengal. “Maaas, mama lemes sekali”, kata mama dengan suara yang hampir tidak terdengar dengan nafasnya yang masih tersengal-sengal. “Maass, tolong bawa mama ke kamar”, tambahnya dengan nafasnya yang masih cepat. “Ayoooo Maas. Cepat bawa mama ke kamar”, katanya lagi dan tanpa berfikir panjang akhirnya kubopong mama dan kuangkat ke tempat tidurnya dan dengan hati2 kutidurkan terlentang di tempat tidurnya dan mata Mama masih tetap merem tapi nafasnya yang cepat sudah sedikit mereda. Aku enggak tahu harus berbuat apa, jadi aku hanya tiduran saja disamping mama sambil ku elus elus dahi yang berkeringat dan rambutnya serta pandanganku tidak pernah lepas dari wajah mama karena takut terjadi apa2, tapi sering juga mataku tertuju ke tetek mama yang menyembul keluar dari baju tidurnya yang terbuka. Nafas mama makin lama semakin teratur. Tak lama kemudian mata mama mulai terbuka pelan-pelan dan ketika melihatku ada disampingnya, mama tersenyum manis sambil tangannya dieluskan ke wajahku. “Kenapa Mah. Aku sampai takut”, kataku sambil kuciumi tangan yang sedang memegang wajahku. “Mama lemes sekali sayang… kaki mama gemetaran, tolong kamu pijitin mama”, perintahnya dengan suara yang hampir tidak terdengar. Tanpa membantah, segera saja aku berpindah ke dekat kaki mama dan ketika kedua kakinya di geser kearah berlawanan, lalu kutempatkan dudukku diantara kedua paha mama yang sudah terbuka lebar. Kulihat mama sudah menutup matanya kembali. Penisku yang tadi sudah tidur karena rasa takut, kembali mulai bangun ketika baju tidur mama yang tersingkap dan cd nya terlihat jelas. Benar-benar merupakan pemandangan yang sangat indah, pahanya yang putih mulus serta padat berisi itu membuat jantungku serasa mau copot. Karena enggak pernah tahu bagaimana caranya memijat, akhirnya kedua tanganku kuletakkan di kedua paha mama dan kupijit-pijit dari bawah ke atas. Aku enggak tahu, apakah pijitanku itu enak apa tidak, tetapi kelihatannya mama tetap memejamkan matanya tanpa ada protes. Demikian juga ketika kedua tanganku kusodokan di cdnya beberapa kali, mama pun tetap diam saja. Memang godaan syahwat bisa mengalahkan segalanya. Penisku pun sudah begitu tegang sehingga kugunakan salah satu tanganku untuk membetulkan arahnya keatas agar tidak terasa sakit. “Mah… celana mama mengganggu nih. Aku buka saja ya mah?”, tanyaku minta izin sambil memandang ke arah nya. Mama enggak segera menjawab, tapi kuperhatikan mama mengangguk sedikit. Tanpa berlama-lama walaupun aku masih ragu, segera kutarik turun cdnya dan ketika bagian bawah pantat mama sulit kutarik, mama malah membantunya dengan mengangkat badannya sedikit sehingga cdnya dengan mudah kupelas dari kedua kakinya. Lalu sekalian saja kulepas beberapa kancing baju tidur nya yang tersisa dengan salah satu tanganku dan dengan cepat, kupelas juga kaos dan celana yang melekat di tubuhku. Sambil kembali kupijati paha mama, mataku enggak lepas memandang memek mama yang baru pertama kali ini kulihat. Bulu jembutnya terlihat hanya beberapa lembar sehingga bentuk memeknya terlihat dengan jelas dan dari celah bibirnya kulihat sudah berair. Detak jantungku menjadi kian kencang terpacu melihat bagian-bagian indah milik mamaku. Karena enggak tahan cuma memelototi lubang kenikmatan mama, lalu kuselonjorkan badanku kebelakang sehingga wajahku pun sudah berada tepat diatas memek mama tapi tanganku pun masih memijati pahanya walaupun itu hanya berupa elusan elusan barangkali. Awalnya sih aku hanya mencoba membaui memek mama dengan hidungku. Ah, ada bau yang meruap asing di hidungku, segar dan membuatku tambah terangsang. Eeeh… kuperhatikan mama tetap tenang saja, walaupun nafasnya sudah lebih cepat dari biasanya. Ketika lidahku mulai kumainkan dengan menjilat di seputar belahan bibir memeknya yang sudah terlihat basah dari tadi dan terasa asin tapi enak, pinggul mama tergelinjang keras sehingga hidungku basah terkena cairan mama. “Aduuuuh Mas!”, teriak mama tiba2 dengan suara serak dan tersendat sendat diantara nafasnya yang sudah memburu. tetapi mama kembali diam dan aku artikan mama setuju saja dengan apa yang aku lakukan dan walaupun kedua tangannya memegangi kepalaku. Tanpa minta izin, segera saja jari- jariku kugunakan untuk membuka bibir vagina dan memainkan bibir vagina serta daging kecil yang sudah menyembul dari sela-sela bibir vaginanya. “Aduh… aaaaaah… aaahhh… Maaaaas”, kudengar desahan mama agak keras. Dapat kurasakan cairan lendirnya yang sudah semakin membasahi vagina mama yang indah itu. Betapa nikmat rasanya, apalagi dengan desahan mama yang semakin lama semakin keras, membuatku semakin bersemangat dan mulai kujilati, kuendus dan kumasukkan hidungku kedalam vaginanya serta kumainkan lidahku di lobang memek mama. Mungkin karena keenakan, desahan mama sudah menjadi erangan yang keras dan rambut kepalaku pun sudah diremas remas mama seraya di tekan tekannya kepalaku dan pantatnya pun digoyangnya naik turun sehingga seluruh wajahku terasa basah semua terkena cairan yang keluar dari memek mama. Aku terus saja memainkan lidahku tetapi tidak berapa lama kemudian bisa kurasakan goyangan tubuh mama semakin cepat dan nafasnya pun sudah terdengar cepat dan keras sekali. Tubuh mama mengejang dan akhirnya dia mendesah keras, “Maaaas… addduuuuh… aaaaaah… ssssh. teee..ruuuuusss..maaas”, sambil kepalaku ditekannya dalam dalam kearah memeknya. Lalu mama terkapar melepas tangan nya dari kepalaku dengan nafas ngos2an yang cepat dan aku yakin sekali kalau mama sudah mencapai orgasmenya lagi. Tanpa disuruh aku segera naik dan tiduran miring menghadapnya disamping mama yang terlentang dengan nafasnya yang masih cepat. “Aduuuh”maaas, kamu nakal sekali ya? kamu bikin mama jadi keenakan sampe lemes sekali”, katanya setelah nafasnya agak normal sambil memencet hidungku. “Mah… booo leeeh enggak aaaa kuuuu?”, tanyaku tapi enggak berani meneruskan kalimatnya, sambil ku usap2 dahi mama yang masih berkerigat. Mudah2an saja mama mengerti maksudku itu, soalnya penisku sudah tegang sekali. “jangan ya sayang…”, jawab mama seraya mengecup pipiku dan jawaban itu tentu saja membuatku menjadi sedikit kecewa. Mungkin mama melihat perubahan wajahku dan karena merasa kasihan, lalu katanya “…Mas, boleh deh, tapi hanya digesek gesekin saja ya di luar?”. Mendengar jawaban itu membuat hatiku agak lega. Yah… dari pada enggak boleh sama sekali, padahal rasa kepinginku sudah sampe diujung. “Sini sayang naiklah”, lanjut nya sambil meraih tubuhku untuk naik di atas tubuh mama dan dari rasa sentuhan dikakiku, terasa mama juga sudah membuka ke dua pahanya, tapi tidak terlalu lebar. Tanpa berkata kata, lalu kunaiki tubuh mama dengan penisku yang sudah siap tempur dengan kepalanya yang mengkilap tegang. Tangan mama sudah memegangi penisku dan mengarahkan batang kemaluanku ke memeknya. Lalu, penisku yang sedang dipegangnya di gesek2an keatas dan kebawah secara perlahan-lahan di memeknya yang memang sudah licin dan kupergunakan kesempatan ini untuk menjilati leher mama. Aku pun harus bersabar sedikit dan menunggu agar nafsu mama naik kembali karena sentuhan penisku dimemeknya dan jilatan2 ku di lehernya. Sesekali kuperhatikan wajah mama dan kulihat mama sedang memejamkan kedua matanya yang mungkin sedang menikmati gesekan2 penisku di memeknya. Suatu ketika, mama menghentikan gerakan tangannya dan melepaskan pegangan tangannya di penisku. Kedua tangan mama lalu memegangi kepalaku dan melepaskanku dari dadanya yang sedang kujilati serta memandangku dengan mata sayu. “Gimana… sayang, enak enggak?”, tanyanya. “Ya enak dong maaaah… tapiii…”, jawabku di telinganya tanpa berani meneruskan. “Tapi… kenapa Maaas?”, tanya mama pura2 enggak mengerti kata- kataku tadi. “Boo.. leh ya maaaah dimasukin?”, jawabku agak gugup didekat telinganya lagi. Belum sampai kata-kata yang aku ucapkan itu selesai, terasa ibu telah berusaha merenggangkan ke dua kakinya pelan2 lebih lebar lagi dan kulihat ibu tidak berusaha menjawab, tapi malah terus menutup matanya. Dengan tanpa melihat, karena aku sibuk menjilati telinga dan leher mama dan kedua tangan mama hanya dipelukannya di punggungku, kutekan pantatku sedikit dan mama lalu menggeser pantatnya sedikit saat penisku sudah menempel di memeknya, sepertinya mama yang memang sudah lebih berpengalaman, sedang berusaha menempatkan lobang memeknya agar penisku mudah memasukinya. Ketika mama sudah tidak menggerakkan tubuhnya lagi, pelan2 kutekan penisku ke memek mama, tetapi sepertinya kepala penisku terganjal dan tidak mudah masuk atau mungkin salah tempat, walau aku tahu memek ibu sudah basah sekali dari tadi. Tetapi ketika kuperhatikan wajah mama yang lagi merem itu, sepertinya mama agak menyeringai, mungkin sedang menahan rasa sakit sewaktu penisku kutekan ke memeknya… “Peel.. laaan.. pelaaan sayyy…aang, saaa…kiiitt, mama sudah lama enggak pernah lagi”, kudengar bisik mama didekat telingaku. Karena kasihan mendengar suara mama yang kesakitan, segera saja kuangkat pelan2 penisku tetapi tangan mama yang dari tadi ada di punggungku sepertinya berusaha menahannya. “Nggggak aaapppaa aapa Maaas”, terdengar bisik mama lagi. Aku nggak menjawab apa2, tetapi kemudian terasa tangan mama sepertinya menekan pantatku, mungkin menyuruhku untuk mencoba memasukan penisku, lalu kutusukkan lagi saja penisku pelan2 ke memek mama dan “..ssssrreeeeeeeet”, terasa kepala penisku seperti menguak sesuatu yang tadinya tertutup rapat dan langsung saja kuhentikan tusukan penisku ke memek mama, karena terlihat mama menyeringai menahan sakit dan terdengar lagi mama merintih. “Aduuuuhh… maaaaas…”, sambil kedua tangannya menahan punggungku sedikit dan kembali tekanan pantatku kebawah segera kuhentikan. Aku jadi kasihan melihat wajah mama selalu menyeringai seperti kesakitan. Tetapi beberapa saat kemudian, “Teken lagi mas, tapi pelan pelan ya…”, sambil kedua tangan mama menekan pantatku pelan-pelan, langsung saja aku mengikuti tekanan tangan dipantatku menekan pelan2 dan tiba2 “..sssrrrrreeett… bleesss…”, terasa kepala penisku masuk ke memek mama. “…Maaaaasss!..”, teriak mama pelan bersamaan dengan masuknya kepala penisku. “Sudah maaass..suuuuukk… saaa… yaang…”, lanjutnya sambil melepas nafas panjang tapi tangan mama malah menahan tekanan pantatku. Aku diamkan sebentar pergerakan penisku sambil menunggu reaksi mama, tetapi dalam keadaan diam seperti ini, aku merasa penisku sedang terhisap kuat di dalam memek mama dan tanpa kusadari terucap dari mulutku, “..Maaah… maaah… terr… uuusss… Maaah e…naaaaak.’ Saking enaknya, aku sudah nggak memperhatikan tangan atau wajah mama lagi, lalu kegerakkan pantatku naik turun pelan2 dan mamapun mengimbanginya dengan mengerakkan pantatnya seperti berputar-putar. “Maaasss.. terus… maaas.. enaaakk… aduuuhhh… enak Mas…”, kudengar kata-kata mama terbata-bata dan kubungkam bibir mama dengan mulutku sambil lidahku kuputar didalam mulutnya, serta kedua tanganku kucengkeram kuat diwajah mama.. Sedang kan kedua tangan mama masih tetap di posisi pantatku dan menekan pantatku apabila pantatku lagi naik. Goyangan dan gerakan aku dan mama semakin cepat dan kudengar bunyi “Crreeettt… creeettt.. creeetttt.” Secara teratur sesuai dengan gerakan naik-turunnya pantatku serta bunyi suara mama, “Hhhmmm… aaahhhh… aaahhh…”, yang nggak keluar karena bibirnya tertutup bibirku. Tiba2 saja mama menghentikan gerakan tubuhnya dan mengatakan, “berhenti sebenar sayang”. “Kenapa Ma?” “Maasss, tolong cabut punyamu dulu, mama mau mengelap punya mama supaya agak kering sedikit, biar kita sama sama enak nantinya”, katanya. Bener juga kata Mama, kataku dalam hati, tadi memek Mama terasa sangat basah sekali. Lalu pelan2 kontolku kucabut keluar dari Memek Mama dan kuambil handuk kecil yang ada di tempat tidur sambil kukatakan, “Maaam, biar aku saja deh yang ngelap..boleeeh kan Maaam?” “Terserah kamu deh Maasss”, jawab Mama pendek sambil membuka kedua kakinya lebar2 dan aku merangkak mendekati memek Mama dan setelah dekat dengan memek Mama, lalu kukatakan, “Aku bersihkan sekarang ya maaaaa?”, dan kudengar Mama hanya menjawab pendek. “Boleh sayaaang”. Lalu kupegang dan kubuka bibir memek Mama dan kutundukkan kepalaku ke memeknya lalu kujilat- jilat itil dan belahan memek mama dan pantat Mama tergelinjang keras mungkin karena kaget sambil berseru, “Maaas… kamu… nakal yaaaaa!”. Tanpa menjawab, aku teruskan isapan dan jilatan di semua bagian memek Mama dan membuat Mama menggerak- gerakkan terus pantatnya dan kedua tangannya kembali menekan kepalaku. Beberapa saat kemudian, terasa kepalaku seperti ditarik Mama sambil berkata, “Maas… sudaaaah sayaaaaang. Mama nggak tahaaan. Kalau kamu gituin terus. Sini… yaaaang”. Lalu kuikuti tarikan tangan Mama dan aku langsung naik diatas badan Mama dan setelah itu kudengar mama seperti berbisik di telingaku, “Mas, masukin lagi… punyamu… sayaaang… Mama sudah ngak tahan… ya aang”, dan tanpa membuang-buang waktu, kuangkat kedua kaki Mami dan kutaruh diatas pundakku sambil ingin mempraktekkan seperti apa yang kulihat di blue film yang sering kulihat dan sambil kupegang batang kontolku, kuarahkan ke memek Mama yang bibirnya terbuka lebar lalu kutusukkan pelan2, sedangkan mama dengan menutup matanya seperti pasrah saja dengan apa yang kuperbuat. Karena memek Mama masih tetap basah dan apalagi baru kujilat dan kuisap-isap, membuat memek mama semakin basah sehingga sodokan kontolku dapat dengan mudah memasuki lobang memek Mama. Mama mulai meggerakkan pantatnya naik turun mengikuti gerakan kontolku yang keluar masuk memeknya. “Mas, terus teken yang kuat”, desah mama dan tanpa perintah kedua kalinya, akupun menggenjot memeknya lebih kuat sehingga terdengar bunyi “crroooooot… croooott”, mungkin akibat memek mamaku yang sudah basah sekali. “Ayyooo maaasss”, serunya lagi dengan nafasnya yang sudah tersengal sengal. “Maas… turunkan kaki mama”, mintanya dan sambil kontolku masih kusodok sodokkan kedalam memek mama, satu persatu kakinya kuturunkan dari bahuku dan akupun sudah menempel tubuh mama serta mama mulai menciumi seluruh wajahku sampai basah semua… Nggak lama kemudian gerakan pantat mama yang berputar itu semakin cepat dan kedua tangannya mencengkeram kuat2 di pantatku dan… tiba-tiba mama melepas ciumanku serta berkata tersendat- sendat agak keras “.. Maaaaassss… mama.. haam.. piirr.. maaaas… aa… yyoooo ..maass.. cepppaaaat..’ Moment ini nggak kusia-siakan, karena aku sudah nggak kuat menahan desakan pejuku yang akan keluar. “Ayyooo maaaah… Aduuuh… maaah…”, sambil kutekan kontolku kuat2 kedalam memek mama dan kurasakan cengkeraman kuat kedua tangan mama di pantatku makin keras dan agak sakit seakan ada kukunya yang menusuk pantatku. Kuperhatikan mama dengan nafas yang masih ter-engah2 terdiam lemas seperti tanpa tenaga dan kedua tangannya walau terkulai tapi masih dalam posisi memelukku, sedangkan posisiku yang masih diatas tubuh mama dengan kontolku masih menancap semuanya didalam memeknya. Karena mama hanya diam saja tapi nafasnya mulai agar teratur, aku berpikir mama mau istirahat atau langsung tidur, lalu kuangkat pantatku pelan2 untuk mencabut kontolku yang masih ada di dalam memek mama, eeehh… nggak tahunya mama dengan kedua tangannya yang masih tetap di punggungku dan memiringkan badannya sehingga aku tergeletak disampingnya lalu dengan matanya masih terpejam dia berguman pelan, “Maaas… biarkan.. Mas. Biarkan punyamu itu didalam sebentar. Rasanya enak… ada yang mengganjel didalam…”, sambil mencium bibirku mesra sekali dan kami terus ketiduran sambil berpelukan. Entah berapa lama aku sudah tertidur dan akhirnya aku terbangun karena aku merasakan ada sesuatu yang menghisap-hisap kontolku. Ketika kulihat jam diding, kulihat sudah jam 5 pagi dan kulihat pula mamaku sudah berada di bagian bawah lagi asyik mengulum dan mengocok ngocok kontolku. Aku pura2 masih tidur sambil menikmati kuluman mulut mama di kontolku. Mama mengulum kontolku dan memainkan dengan lidahnya, aku terasa geli. Sambil mengulum, terasa kelembutan jari jemari mama mengusap dan membelai batang kontolku. Diusap dan diurutnya keatas dan kebawah. Terasa mau tercabut batang kontolku diperlakukan seperti itu. Aku hanya mendesis geli sambil mendongakkan kepala menahan nikmat yang luar biasa. Setelah itu, giliran pangkal paha kananku diselusurinya. Lidah mama mengusap-usap pangkal pahaku, terus menyusur ke paha dan terus naik lagi ke buah zakar, ke batang kontolku, ke kepala kontolku, enuaaaknyaa. Tetapi lama lama tidak tahan juga sehingga mau tak mau pantanku pun mulai kugerakkan naik turun dan yang membuat mama nengok kearahku dan melepas kuluman di kontolku tapi tetap masih memeganginya. “Sudah bangun saayaaang.”, katanya dengan suara lembut. “Terus maaah, enaaaaakk”, kataku dan kembali mamaku mengulum kontolku sehingga terlihat kontolku keluar masuk mulut mama. Setelah beberapa lama kontolku dikulum dan mengurut batang kontolku, tiba-tiba saja mama melepas kontolku. Kini, lidah mama sudah naik menyusuri perutku, menjilat-jilat pusarku, terus naik lagi ke dada kanan, melumuri puting susu kananku dengan air liur yang hangat, lalu ke leher, dan akhirnya ke mulutku. Lidah mama ketika memasuki mulutku, kugigit sedikit dengan gemas… Tiba-tiba, aduuhhhh… aku merasa batang kemaluanku memasuki jepitan daging hangat, kenyal dan berlendir…. memek mama. Rupanya saat mulutku asyik menikmati lidahnya, mama menyodokkan vaginanya ke kontolku yang memang sudah tegang sekali. Tanpa mengeluarkan lidahnya dari mulutku, mama mulai menekan pantatnya ke bawah. “Blesssss…”, kontolku menerobos masuk kedalam memek mama. Hangat rasanya. Mama terus melakukan gerakan memompa. Aduhhhhh batang kontolku merasakan elusan dan remasan dinding vagina mama… Akupun menggelepar sehingga lidah mama keluar dari mulutku. Tapi lidah mama terus mengejar mulutku sehingga bisa kembali masuk ke dalam mulutku. Sementara pantatnya tetap memompa dan terdengar bunyia “crooot… croott…” “Aduhhhh… enaaaknya”, seruku tanpa sadar. “Enaaak sayaaaaang?”, tanya mama. “Terruuss maaaaah, enak sekali…” Tiba-tiba saja mama melepaskan mulutnya dari mulutku. Lalu tangan mama diletakkan dan bertumpu di dadaku, serta mulai naik turun memompa dan memutar-mutar pantatnya. “Serrrr… serrr…” Batang kontolku pun serasa ikut terputar seirama dengan putaran pantat mama. “Addduuuuuuhhhh, maaaaah, aku nggak tahaannn nih…” ,desisku. Mama kelihatannya tidak ambil pusing dengan rintihanku, dia tetap memutar, memompa, memutar, memompa pantatnya, tapi nafasnya pun sudah begitu cepat. Tetek mama yang ada dihadapanku pun juga ikut tergoyang-goyang seirama dengan gerakkan tubuhnya dan kuremas remas keduanya dengan tanganku. Sekitar beberapa menit aku terombang-ambing dalam kenikmatan yang luar biasa, sampai akhirnya ketika ibu mulai mengubah posisi dengan membalik tubuhku sehingga aku sekarang sudah berada diatas tubuh mama dan nafas mama kuperhatikan sudah begitu cepat. “Maaaas… ceeepaaaat, teken yang kuat maaass”, perintahnya sambil memeluk punggungku erat-erat serta menggerakkan pinggulnya naik turun dengan cepat sehingga membuat kontolku terasa sedikit ngilu. “Cepaaaat Maaas”, serunya lagi dengan nada suara yang cukup keras seraya tangannya mendekap punggungku kuat-kuat. Mungkin mama sudah mendekati orgasmenya barangkali, padahal akupun sudah hampir tidak kuat menahan air maniku agar tidak keluar. “Ini maaaah. Ini tahan yaaa maaah…”, sahutku seraya kugenjot memek mama kuat2 beberapa kali. “Ter..rrruss..saaayang terruuuus”, katanya lagi dengan gerakan pinggulnya semakin liar saja. “Maaah…maaaaaaah. Aku gak tahan lagiiiiiii”, teriakku kuat-kuat kutekan kontolku lebih kuat lagi kedalam memek mama dan “crreeeeet…”, air maniku akhirnya jebol dan menyemprot kuat kedalam memek mama dan mungkin setelah menerima semprotan air maniku akhirnya mama pun berteriak, “Maaaaassss, mama juuuugaaaaaaaa”, teriaknya sambil merangkulkan kedua kakinya kuat2 dipunggungku dan cengkeraman tangannya pun membuat punggungku terasa sakit. Akupun akhirnya menjatuhkan tubuh ku disamping mama dan sama2 terengah engah kecapaian. Setelah nafas kami mulai teratur, sambil memelukku mama berkata serasa berbisik dekat telingaku. “Enaaak.. maaaaaasss?” “Enak sekali maaaah.”. “Mas, jangan sampai ada yang tahu soal ini yaaaa? Kamu kan bisa jaga rahasia kita ya”, kata mama. “Iya maaah”. “Dan satu lagi…”, kata mama sambil memandangku tajam. “Apa itu Maaah?” “Yang ini punya mama. Jangan kamu kasihkan ke orang lain ya?”, katanya seraya mencengkeram kontolku yang lagi tidur kecapean dan mengelus elusnya. “Janji ya.. saaaayang?”, tambahnya lagi. “Asal ini semua juga buat saya ya Maaah.”, sahutku sambil kuremas memek mama dan kueluskan jariku dibelahan memek mama yang masih terasa basah oleh air maniku. Akhirnya kami tertawa berbarengan dan tiba2 saja ada ketukan di pintu kamar, “Buuuu… sudah siang!”. Rupanya ketukan dari pembantu karena saat itu sudah jam 9.00 pagi. Setelah itu, mama selalu tidak pernah absen mengunjungiku di Bandung atau kalau mama berhalangan, maka akulah yang datang ke Jakarta.

Related Posts: