cerita selingkuh dengan bu RT

Usia Ibu Harini, istri RT, mendekati kepala empat. Namun, daya tariknya sebagai seorang wanita tetap terpancar, kontras dengan kondisi kesehatan suaminya yang kerap kurang sehat dan akan segera memasuki masa purnabakti. Sebagai seorang pemuda yang seringkali membantu urusan lingkungan, aku, Raditya, memiliki kedekatan yang cukup baik dengan keluarga Bapak Harini. Siapa sangka, kedekatan ini akan mengarah pada hubungan gelap dewasa yang tak terduga.

Suatu waktu, Bapak Harini jatuh sakit parah dan dirawat intensif dalam keadaan tidak sadar. Putri semata wayang mereka sedang berada di luar pulau, sehingga Ibu Harini memintaku untuk menemaninya di rumah sakit. Permintaan ini pun mendapat dukungan dari para sesepuh lingkungan. Tanpa ragu, aku bersedia membantu. Di tengah suasana duka, benih-benih nafsu terlarang mulai tumbuh.

Beberapa hari pertama di rumah sakit terasa penuh kesibukan. Aku membantu Ibu Harini mengambil obat dan berbagai keperluan lainnya. Terlihat jelas raut kelelahan di wajahnya, bahkan ia tampak belum sempat membersihkan diri karena cemas menanti suaminya sadar. Dokter mendiagnosis Bapak Harini mengalami peradangan lambung akut yang diperparah oleh penyakit gula. Proses pemulihannya diperkirakan akan memakan waktu yang tidak singkat. Aku sering mencoba menenangkan Ibu Harini dan menyarankannya untuk beristirahat sejenak di rumah. Namun, sentuhan terlarang dewasa sudah di ambang pintu.

Suatu siang, ketika rekan-rekan Ibu Harini dari tempat ia mengajar datang menjenguk, ia meminta mereka untuk menemani suaminya. Ia berencana pulang sebentar untuk menyegarkan diri, dan aku mengantarnya dengan sepeda motor milik Bapak Harini. Di tengah perjalanan, saat aku melakukan pengereman mendadak, tubuh Ibu Harini tersentak ke depan dan tanpa sengaja tangannya mencengkeram pahaku. Punggungku merasakan sentuhan lembut dari bagian dadanya. Pikiran tentang cerita dewasa selingkuh mulai terlintas, membayangkan ukuran dada wanita yang sedang memboncengku. Pikiran yang seharusnya tidak hadir mengingat Bapak Harini adalah RT yang sangat kuhormati, apalagi sampai terbayang Selingkuh dengan istri teman.

Setelah mengantar Ibu Harini, aku segera kembali ke rumah Bapak Harini setelah mengambil pakaian ganti. Di meja makan telah tersaji kopi dan beberapa potong kue. Terdengar suara Ibu Harini dari kamar mandi, mempersilakanku menikmati hidangan tersebut. Tidak lama kemudian, ia keluar dari kamar mandi hanya dengan sehelai handuk melilit tubuhnya yang masih basah. Sekilas, aku menangkap pemandangan yang membuat jantungku berdebar. Handuknya tampak kurang sempurna menutupi tubuhnya. Benar dugaanku, bentuk dada Ibu Harini terlihat berisi dan seolah hendak keluar dari lilitan handuk. Ia kemudian mengencangkan ikatan handuk di bagian dadanya. Sementara bagian bawah tubuhnya, dari balik handuk yang hanya menjangkau pangkal paha, tampak kaki jenjangnya yang sempat menarik perhatianku. Bahkan saat ia melangkah masuk ke kamar, terlihat jelas gerakan pinggulnya yang berisi tanpa penutup kain. Ukuran dadanya mungkin memerlukan ukuran bra 38 atau lebih. Lingkar pinggangnya memang tidak seramping gadis belia, namun lekuk pinggulnya yang melebar menciptakan siluet yang memukau. Kaki panjangnya masih menyimpan pesona tersendiri. Jantungku berdegup kencang menyaksikan bagian-bagian tubuh Ibu Harini yang indah. Inilah awal dari kisah selingkuh ibu RT yang tak terhindarkan.

Kejadian itu terulang kembali. Belum reda debar di dadaku, ia kembali keluar kamar tanpa mengganti pakaiannya. Ia berjalan menuju lemari di dekatku untuk mengambil beberapa barang. Beberapa kali ia membungkuk, memperlihatkan dengan jelas kehalusan pahanya hingga bagian atas. Bahkan saat ia membungkuk cukup lama, bagian belakang tubuhnya yang penuh menjadi fokus pandanganku. Sekilas terlihat samar bagian pribadinya dari balik batas pahanya. Perasaanku menjadi tidak menentu. Aku bertanya-tanya apakah Ibu Harini menganggapku seperti anak kecil sehingga tidak merasa risi berpenampilan seperti itu di hadapanku, ataukah ia merasa usianya sudah tidak muda lagi sehingga mengira tubuhnya tidak lagi menarik bagi pria seusiaku, atau bahkan secara tidak sadar memancing ketertarikanku pada kehangatan tubuh dewasa.

Sejak saat itu, perhatianku terhadap Ibu Harini berubah drastis. Aku seringkali mencuri pandang, mengagumi setiap lekuk tubuhnya. Terlebih lagi setelah ia mandi dan berganti pakaian, ia kerap mengenakan celana panjang dan blus ketat yang memperjelas bentuk tubuhnya. Hasratku semakin berkobar, meskipun tetap kusimpan rapat. Hubungan kami pun semakin dekat dari hari ke hari, menuju cerita dewasa hot yang tak terduga.

Suatu malam, pada hari kelima di rumah sakit, hujan deras mengguyur sejak sore. Orang-orang yang menunggu pasien di ruang ICU mulai mencari tempat berteduh di teras luar. Malam itu, area untuk beristirahat menjadi sempit karena air hujan yang masuk. Aku dan Ibu Harini yang baru saja selesai makan malam di kantin tidak mendapatkan tempat. Setelah mencari cukup lama, aku mengusulkan untuk menggelar alas tidur di dekat kamar jenazah. Awalnya Ibu Harini menolak karena lokasinya yang kurang nyaman, namun akhirnya ia setuju karena memang tidak ada pilihan lain dan aku berjanji akan berjaga sepanjang malam. Di sinilah babak baru cerita dewasa selingkuh di rumah sakit dimulai.

Ternyata, area dekat kamar jenazah cukup nyaman. Kami bisa beristirahat dengan tenang tanpa terganggu lalu lalang orang. Meskipun gelap tanpa penerangan, kami terlindung dari hujan. Sambil berbaring agak berdekatan karena keterbatasan ruang, Ibu Harini bercerita tentang kerinduannya pada putrinya dan kondisi kesehatan suaminya. Ia mengungkapkan bahwa suaminya telah menderita penyakit gula sejak delapan tahun yang lalu, yang memperburuk kondisi peradangan lambungnya.

“Katanya penyakit gula bisa menyebabkan pria menjadi kurang perkasa ya, Bu?” tanyaku dengan nada hati-hati. “Siapa bilang, Radit?” jawabnya pelan, lalu membenarkan informasi yang pernah kubaca. Ia menambahkan bahwa penyakit itu tidak hanya menyiksa suami tetapi juga berdampak pada istri. Aku merasa tidak enak dan memilih untuk diam. Aku membalikkan badan memunggunginya, meskipun aku merasa senang bersentuhan dengannya, aku tidak ingin dianggap tidak sopan. Namun, tiba-tiba tangannya menyentuh pinggangku. Desahan ibu-ibu dewasa hampir saja lolos. “Jangan tidur membelakangiku begitu. Menghadap ke sini, Ibu takut,” ucapnya lirih.

Aku kembali ke posisi semula. Karena posisi tidur Ibu Harini terlalu dekat, lenganku tanpa sengaja menyentuh dadanya saat aku berbalik. Ia tidak menjauh, justru semakin mendekat. Dengan keberanian yang kupaksakan, aku mengubah posisi menjadi miring menghadapnya. Tubuh kami berdekatan hingga terasa kehangatan menjalar. Aku berpura-pura tertidur sambil menunggu reaksinya. Malam itu menjadi puncak pengalaman selingkuh dewasa pertama kami.

Ibu Harini terbangun dan menarik selimut untuk menutupi kami berdua. Tubuh kami semakin berhimpitan. Ketika aku memberanikan diri menggenggam tangannya dan ia membalas dengan lembut, aku mulai berani bertindak lebih jauh. Aku mulai mengusap pahanya dari luar pakaian tidurnya. Ia sedikit bergerak namun tidak menolak. Bahkan kakinya mulai sedikit terbuka, memudahkan aku menarik ke atas bagian bawah pakaiannya. Ketika usapanku mulai menyentuh langsung kedua pahanya, aku tahu ia tidak keberatan. Tangannya justru membimbing tanganku menyentuh bagian sensitifnya yang masih tertutup pakaian dalam. Telapak tanganku mulai mengusap bagian yang menonjol di antara kedua pahanya. Ia mengeluarkan desahan pelan. Tanganku yang lain mulai meremas payudaranya dari luar bra dan pakaian tidur. Inilah cerita dewasa ranjang selingkuh yang sesungguhnya.

Lanjut Bab 2

BAB 2

Hingga akhirnya, tanganku berhasil menyelinap ke sisi pakaian dalamnya dan menyentuh lembut bagian intinya. Dengan sukarela, ia membuka sendiri kancing depan pakaian tidurnya dan mengeluarkan payudaranya dari dalam bra. Bibirku segera menyambar puting susu kirinya. Kujilat dan kukulum ujungnya yang terasa menegang. Sesekali kubenamkan wajahku di antara kedua payudaranya. Sementara ia mendesis dan mengeluarkan suara kenikmatan, ia pun mulai membelai diriku. Tangannya meremas kejantananku yang sudah mengeras di balik celana pendek. Namun, ketika aku hendak menarik celana dalamnya, tubuhnya tersentak dan kedua pahanya merapat.

“Mau apa, Radit… jangan di sini ah, nanti ada yang lihat,” katanya dengan suara rendah.

Aku meyakinkannya bahwa kegelapan dan derasnya hujan tidak akan membuat kami terlihat. Akhirnya, ia mengizinkanku menarik celananya ke bawah, bahkan membantuku membuka celana pendek dan celana dalamku.

Dengan hanya menyingkap pakaian tidurnya, aku mulai menindih tubuhnya. Karena gelap dan tertutup selimut, awalnya sulit mengarahkan kejantananku ke tempat kenikmatannya. Namun, dengan bimbingan tangannya, ujung kejantananku menemukan tempat yang basah. Kejantananku masuk dengan mudah. Aku mulai bergerak naik turun, merasakan kehangatan di dalam kewanitaannya. Sambil meremas payudaranya, sesekali bibirnya kulumat. Ia mengeluarkan desahan tertahan. Tubuhnya terasa hangat, khas seorang wanita dewasa. Ia mulai mengimbangi gerakanku, menggerakkan pinggulnya mengikuti irama tubuhku. Bagian intimnya terasa mencengkeram kejantananku. Sesekali otot-otot di dalamnya berkontraksi. Puncak dari cerita dewasa terbaru selingkuh kami.

Hingga akhirnya, kami berdua mencapai puncak kenikmatan. Aku ambruk di atas tubuhnya. Cairanku menyembur di dalam dirinya. Ia mendekapku erat dan aku merasakan kukunya mencengkeram punggungku.

Setelah lama terdiam, ia berbisik bahwa seharusnya kami tidak melakukan hal itu, apalagi suaminya sedang sakit. Aku meminta maaf. Namun, ia mengaku sudah lama merindukan sentuhan seperti itu karena suaminya sudah lama tidak bisa memberikan nafkah batin akibat penyakitnya. Ia hanya berpesan agar aku berhati-hati jika ingin mengulanginya lagi. Aku merasa lega.

Sejak saat itu, teras belakang kamar jenazah menjadi saksi bisu sekitar tiga kali pertemuan intim kami. Hubungan itu terpaksa terhenti seiring kedatangan adik Bapak Harini, Ibu Hartini. Kehadirannya membuatku kurang senang karena aku tidak lagi memiliki kesempatan untuk menyalurkan hasratku. Hanya sesekali kami nekat melakukannya di kamar mandi dengan tergesa-gesa. Cerita dewasa selingkuh kami berlanjut dengan penuh risiko.

Suatu ketika, Bapak Harini sadar dan dipindahkan ke ruang perawatan biasa. Ibu Hartini menyarankan Ibu Harini untuk tidur di rumah agar bisa beristirahat dengan baik. Ibu Harini setuju. Hatiku bersorak karena ada peluang untuk berhubungan intim dengannya di rumah. Aku mencari cara untuk berpamitan kepada Ibu Hartini tanpa menimbulkan kecurigaan.

Sekitar pukul 21.00, aku menghubungi Ibu Harini di rumah. Ia masih terjaga. Aku menyampaikan niatku. Ia menyambut baik dan memintaku memberi isyarat jika sudah dekat kamarnya. Ia akan membukakan pintu belakang. Aku diminta meninggalkan motor di rumah sakit dan pulang menggunakan becak.

Sesuai rencana, sekitar pukul 23.00 aku masuk ke ruang perawatan Bapak Harini menemani Ibu Hartini. Setengah jam kemudian, aku berpamitan keluar untuk mengobrol dengan petugas keamanan rumah sakit. Di depan rumah sakit, aku langsung naik becak menuju rumah Ibu Harini. Cerita dewasa selingkuh dengan teman suami (dalam konteks ini, meskipun bukan teman dekat, relasinya ada).

Setelah mengetuk pintu kamarnya tiga kali, kudengar ia berdehem. Dari pintu belakang yang dibukanya perlahan, aku menyelinap masuk. Bertemu di tempat terang membuat kami berdua merasa sedikit canggung. Aku berdiri terdiam, ia duduk menonton televisi. Setelah keheningan yang cukup lama, ia menarik tanganku untuk duduk di sofa. Aku mulai berani menatapnya. Ia mengenakan pakaian tidur tipis tanpa bra. Bentuk payudaranya terlihat jelas. Namun, ketika tanganku mulai menjelajahi pahanya dan meremas dadanya, ia menolak dengan lembut dan mengajakku ke kamar tidur. Di sinilah cerita dewasa ranjang selingkuh kembali berlanjut.

Di ranjang besar kamar mereka, aku langsung memeluknya dengan erat. Ia meminta lampu dimatikan, namun aku menolak karena ingin melihat seluruh keindahan tubuhnya. Ia merasa malu karena usianya yang tidak lagi muda. Namun bagiku, ia tetap sangat menarik. Aku terpaku saat ia melepaskan pakaian tidurnya. Kedua payudaranya yang besar tampak menggantung namun tetap memikat. Setelah aku menanggalkan pakaianku, aku langsung menindihnya. Kedua payudaranya menjadi sasaran sentuhanku. Kukulum, kujilat, dan kuisap payudaranya secara bergantian. Kesempatan melihat keindahannya dari dekat membuatku seperti kehilangan kendali. Ia menggeliat, tangannya meremas rambut kepalaku. Setelah puas bermain dengan kedua payudaranya, aku menurunkan perhatianku ke perut dan bagian bawah pusarnya. Hingga lidahku terhalang pakaian dalamnya, aku langsung menurunkannya. Desahan ibu-ibu dewasa kembali terdengar.

Bagian intimnya tidak kalah memukau. Area kewanitaan yang berisi dan tertutup rambut tampak merah di dalamnya saat kedua kakinya kubuka. Bibirnya berwarna kecoklatan, menandakan seringnya sentuhan. Namun, bibirnya belum terlalu kendur. Tonjolan kecilnya tampak menantang. Aku mulai menciumi dan menjilati bibir kewanitaannya perlahan. Ia tampak gelisah dan menggoyangkan tubuhnya karena geli. Namun, ia justru semakin menggerakkan pinggulnya saat bibirku mencumbu pusat kenikmatannya. Goyangannya semakin intens. Hingga akhirnya ia meremas kepalaku dan menekannya kuat-kuat ke selangkangannya saat aku menjilat dan menggigit kecil tonjolannya. Ia mencapai orgasme, tubuhnya menegang dan pinggulnya menyentak ke atas. Puncak cerita dewasa hot di ranjang RT.

Setelah mengatur napas, ia bergantian membelai tubuhku. Aku berbaring telentang, kepalanya berada di bawah tubuhku. Kur merasakan sentuhan lidahnya yang basah menjilati ujung kejantananku. Ia bahkan mencicipi sedikit cairan yang keluar. Aku menggeliat menikmati sentuhannya. Namun, aku menginginkan lebih. Aku menarik tubuh bagian bawahnya ke atas kepalaku, melakukan posisi 69. Bagian intimnya langsung menjadi sasaran bibirku. Sementara bagian belakang tubuhnya yang berisi kuremas dengan gemas. Lidahku tidak hanya bermain di bagian intinya, tetapi juga menjilat hingga ke area belakangnya. Rupanya ia telah membersihkannya dengan baik. Tindakanku membuatnya semakin bergairah. Setelah memaksaku menghentikan posisi 69, ia berbaring telentang dengan kedua kaki terbuka. Aku tahu ia ingin berhubungan intim. Ia mengerang saat kejantananku masuk ke dalam dirinya yang basah. Karena sama-sama sudah sangat terangsang, tidak lebih dari sepuluh menit kami saling bergerak hingga sama-sama terbaring lemas di ranjang. Malam itu, kami berhubungan intim lebih dari tiga kali, termasuk di kamar mandi sambil berdiri. Pengalaman selingkuh dewasa yang tak terlupakan.

Saat aku meminta lagi untuk yang keempat kalinya, ia menolak dengan lembut karena sudah sangat lelah. Ia juga mengingatkanku untuk segera kembali ke rumah sakit sebelum Ibu Hartini merasa curiga. Aku sempat mencium dan meremas bagian belakang tubuhnya saat ia mengantarku keluar. Akhir dari cerita dewasa terbaru selingkuh untuk malam itu.

Usia Bapak Harini ternyata tidak panjang. Setelah lebih dari sebulan dirawat, ia menghembuskan napas terakhir. Aku ikut menemani Ibu Harini dan Ibu Hartini di Semarang selama seminggu. Hubunganku dengan keluarga itu semakin erat. Namun, hubungan gelap dewasaku dengannya terus berlanjut hingga kini. Bahkan kami pernah nekat melakukannya di belakang rumah karena sama-sama tidak dapat menahan hasrat sementara banyak keluarga yang menginap di ruang tengah. Entah kapan aku akan mengakhirinya, mungkin setelah nafsu terlarangnya benar-benar mereda. Inilah cerita dewasa selingkuh yang terus berlanjut.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel