Cerita Seks Tante Ngentot Dengan Keponakannya Yang Masih ABG

Dalam cerita "Cerita Seks Tante Ngentot Dengan Keponakannya Yang Masih ABG", sebuah kejutan tak terduga terjadi ketika seorang keponakan yang masih ABG mengajak Tantenya untuk terlibat dalam hubungan intim yang penuh gairah. 

Kisah ini tak hanya memperlihatkan keintiman antara dua manusia, tapi juga mengungkap sisi gelap dan terlarang dari hubungan keluarga yang seharusnya tidak terjadi. Penasaran dengan detail ceritanya? Ikuti kisah selengkapnya di bawah ini!

Seperti biasa kalau hari weekend saya berkunjung ke rumahnya sahabatku, tapi sekarang sudah beda sejak di tinggal pergi oleh suaminya, saya sahabat kental dengan suaminya Citra, bisa dibilang kita partner kerja, main dan hobi, Citra mempunyai anak namanya Ellena dia msih kelas SMP , dari situ saya sering berkunjung kalau weekend gitu untuk menghibur dia.

Cerita Seks Tante Dengan Keponakan

Ibu citra bekerja di bagian eksport import jadi untuk kebutuhan ekonominya tak masalah, saya dengan keluarga dia juga sangat dekat antara saya dan ellena maupun ibu citra, kadang saya sering di ajak keluar oleh mereka berdua dan seperti pengganti ayahnya/sahabatku yang meninggal.

Keduanya sangat manja kepadaku sehingga seringkali saya merasa seolah berada di tengah keluarga sendiri bila sedang bersama mereka, dan terutama Ellena yang kukenal sejak lahir, walaupun sudah berumur tiga belas tahun tapi dia tak segan untuk duduk di pangkuanku bila menginginkan sesuatu dariku.

Sesampaianya di rumah mereka, saya langsung menuju ke kamarku yang memang selalu mereka sediakan untukku dan kemudian saya mandi untuk menghilangkan rasa lelah. 

Selesai mandi saya berpakaian santai, baju kaos dan celana pendek, lalu menonton TV di ruang tengah dimana Ellena berada dari tadi.

Saya duduk di sofa dan Ellena duduk di sampingku dengan kedua kaki dilipat disofa, dia hanya memakai daster rumah saja karena hari itu adalah akhir minggu, sehingga dia tak mempunyai tugas sekolah.

Kami menonton acara mengenai kehidupan sebuah keluarga yang tak memiliki ayah lagi, sehingga si ibu harus berprofesi keras untuk menghidupi dirinya dan kedua anaknya yang masih bersekolah, dan di tengah keasyikan kami menonton Ellena berkata.

"Om, kasihan ya keluarga itu, Ibunya mesti kerja keras untuk sekolah anak-anaknya!"

"Ya Ellena, begitulah orang tua, selalu mendahulukan kepentingan anak, kamu untung memiliki Mama yang berprofesi dengan penghasilan cukup, sehingga kalian tak kekurangan." jawabku.

"Iya Om, Ellena juga merasa beruntung masih ada Om yang mau memperhatikan kami, kalau enggak entah bagaimana nasib kami." ujar Ellena lagi.

"Om 'kan sudah kenal kamu sejak lahir, masa Om mau lupa sama kalian, apalagi Mama juga baik sama Om!" jawabku menimpali.

"Iya Om, tapi Ellena sekarang 'kan sudah besar Om, sudah tiga belas tahun, maunya Om jangan menganggap Ellena seperti anak kecil lagi dong!" ujarnya manja.

"Lho.., maksudmu bagaimana..? Kan Om juga memperlakukan Ellena sebagai seorang anak gadis sekarang?" saya menjawab.

"Betul Om? Ellena sudah Om anggap seperti seorang gadis?" dia menyela dengan nada riang.

"Iya, betul dong, masa Om akan menganggap kamu seperti anak kecil terus! 'Kan kamu sekarang sudah besar, tubuhmu juga sudah tumbuh menjadi seorang gadis!" saya menjawab.

Ellena rupanya merasa senang sekali dengan jawabanku, lalu sambil mendekatkan tubuhnya padaku dia mengatakan sesuatu yang membuatku terkejut.

"Kalau begitu Om mesti anggap Ellena sebagai seorang gadis ya, enggak boleh anggap Ellena sebagai keponakan lagi. Benar ya Om!"

Walaupun tak mengerti maksudnya, saya hanya mengangguk saja sambil terus menonton TV, dan Ellena menyandarkan tubuhnya kepadaku. Kepalanya disandarkan di dadaku lalu dia berkata.

"Om, sebenarnya Ellena dan Mama sering membicarakan Om, kami ingin Om turut dalam kegiatan pribadi Ellena dan Mama supaya lengkap!"

saya tambah tak mengerti dan bertanya, "Apa maksudmu dengan kegiatan pribadimu dengan Mama?"

"Begini Om, tapi janji ya Om tak akan marah?" saya mengangguk berjanji.

"Sebetulnya Mama dan Ellena 'kan sering bermain seks karena tak ada hiburan kalau sudah malam, apalagi kalau sudah sepi!"

Saya terkejut bukan main mendengar penjelasannya yang tak disangka-sangka itu, dan di tengah keingin tahuanku, saya bertanya lagi padanya.

"Maksudmu apa sih Ellena? Masa kamu main seks dengan Mama? 'Kan sama-sama wanita?"

"Iya Om, Mama yang ngajarin Ellena sejak setengah tahun yang lalu, waktu Ellena baru naik kekelas dua, terus Mama kasih hadiah itu. 

Cara-cara main seks dengan Mama! Tapi Mama bilang permainan itu akan lebih seru lagi kalau ada pasangan pria, jadi permainannya bisa lebih lengkap! Om enggak marah 'kan Ellena ceritain begitu?"

Saya sungguh tak menduga bahwa Citra sudah menggunakan anaknya sendiri untuk mengatasi keinginan seksnya sesudah ditinggalkan suami selama tiga tahun, saya dapat mengerti bahwa Citra membutuhkan penyaluran untuk kebutuhan biologisnya, tetapi bahwa dia mempergunakan anaknya sungguh-sungguh di luar dugaanku. 

dan tanpa kusadari Ellena kini sudah duduk di pangkuanku sambil memelukkan kedua tangannya ke leherku dan berkata lembut.

"Om enggak percaya ya..? Mari Ellena tunjukin sama Om bahwa Ellena juga sudah bisa bermain seks sama lelaki.. 'kan Mama suka ceritain caranya sama Ellena kalau kami lagi asyik berdua di kamar Mama..!"

Lalu dia mulai mencium mulutku dengan lembut dan terasa lidahnya menjulur keluar dan menyelip masuk ke mulutku, lalu menjilati seluruh bagian dalam mulutku.

saya memang mulai terangsang oleh ulah keponakanku ini, apalagi aroma tubuhnya yang harum itu membuatku terhanyut dalam keadaan ini, namun saya berusaha melepaskan ciumannya dan bertanya dalam keterengahan nafasku yang memburu.

"Lalu kalau kamu sedang main sama Mama, bagaimana caranya supaya kalian berdua bisa mencapai klimaks..?"

Sementara itu Ellena mulai melepaskan kancing atas dasternya, sehingga kedua buah dadanya yang mungil dapat kulihat dengan putingnya yang berwarna merah jambu.

"Biasanya sih Ellena dan Mama suka cara enam sembilan Om, tapi kadang-kadang kami pakai dildo juga Om supaya lebih seru, karena bisa klimaks terus selama dildonya masih jalan..!"

"Jadi kalau begitu kamu sudah tak perawan lagi..?" saya bertanya dengan bodohnya.

"Ya enggak lagi dong Om.. bagaimana sih Om ini..!" Ellena menjawab sambil melepas kancing dasternya yang terakhir, lalu dia berdiri dari pangkuanku dan mulai melepaskan t-shirtku.

Kemudian dia merebahkan diriku di sofa dan melepaskan celana pendek serta celana dalamku. Kini kami berdua sudah telanjang bulat, saya terbaring di sofa dan Ellena menelungkupkan tubuhnya di atasku dan mulai lagi menciumi mulutku.

Kali ini dengan bernafsu sekali! Nafsuku mulai memuncak, kontolku mulai mengeras diantara gesekan kedua pahanya yang putih dan lembut itu serta tekanan kedua buah dadanya yang mungil membuat nafsuku semakin memuncak, walaupun saya masih membayangkan bahwa gadis yang sekarang berada di atas tubuhku adalah keponakanku yang kukenal sejak dia lahir ke dunia ini.
Sungguh tak masuk akal tetapi sekarang sedang terjadi sebuah peristiwa yang tak pernah terbayang sebelumnya..!

Ellena mengulum mulutku dengan ahli dan penuh nafsu. saya tak dapat menguasai diriku lagi dan mulai membalas kumulannya dengan penuh nafsu pula. saya mulai menghisap mulutnya dan lidahku pun masuk ke mulutnya dan menjilati seluruh bagian dalam mulutnya.

Punggungnya kuusap lembut dengan kedua tanganku, lalu usapan tanganku semakin turun ke arah pinggulnya dan akhirnya sampai ke pangkal pahanya yang lembut sekali dan terasa olehku Ellena membuka kedua pahanya, sehingga tanganku leluasa bermain mengelus-elus diantara kedua pahanya. dan akhirnya tanganku tiba pada memeknya yang sudah basah.. masih belum berbulu.

Saya memasukkan jariku sedikit ke dalam memeknya dan terasa bagaimana memek yang mungil itu berdenyut lembut pada jariku. Ini membuatku semakin bernafsu dan akhirnya saya sudah tak memikirkan apa-apa lagi, tubuhnya kuangkat dari tubuhku dan Ellena kugendong menuju kamarnya.

Sesampaianya di kamar saya langsung membaringkan tubuhnya di atas tempat tidurnya, lalu saya berbaring di sampingnya sambil memandang kedua buah dadanya yang kecil mungil. dan dengan perlahan mulutku mulai mengisap puting dadanya yang sebelah kiri, lembut dan harum. saya menghisapnya lebih kuat dan terdengar Ellena merintih lirih.

"Aduuhh Om.. terus Om.. isap yang kuat Om.. aduuhh.. teruuss Om.. aduuhh..!"

Saya semakin tak kuasa menahan nafsuku saat terasa tangan Ellena menggenggam kontolku yang sudah tegang dan keras dan mulai mengocoknya dengan lembut.

Aku sendiri masih terus menghisap buah dadanya, sementara tangan kiriku terus mengelus dan mengusap memeknya yang sudah sangat basah. Kedua pahanya sudah terbuka lebar. Lalu mulutku pindah ke buah dadanya yang kanan dan menghisap dengan kuat sampai seluruh dagingnya masuk ke dalam mulutku. Nafas Ellena terengah-engah dan rintihannya terus terdengar lemah.

"Aduuhh Oom.. teruuss Om.. adduuhh.. aadduuhh.. teruuss Om..!" tubuhnya yang mungil menggelinjang tak karuan menahan kenikmatan yang dirasakannya.

Remasan tangannya pada kontolku bertambah kuat dan cepat.

Aku merasa bahwa Ellena sudah hampir mencapai klimaksnya. Tangannya yang meremas-remas kontolku terasa menarik kontolku ke arah memeknya. saya sendiri sudah tak dapat menguasai diri lagi. Tubuhku mengikuti tarikan tangan Ellena, dan akhirnya saya sudah berada di antara kedua pahanya yang terbuka lebar dan ujung kontolku terasa menyentuh memeknya, hangat dan basah serta berdenyut.

Ellena kembali merintih, "Ayoo Om.. masukin sekarang Om.. Ellena enggak tahan lagi Om.. ayoo Om.. aadduuhh..!"

Aku menekan sedikit dan terasa kepala kontolku masuk ke dalam memeknya yang agak sempit. Denyutan memeknya terasa lembut meremas kepala kontolku. saya menekan lagi dan terus menekan sampai akhirnya seluruh kontolku sudah masuk dan terasa remasan memeknya yang begitu lembut bagai sutera membuatku tak dapat menahan nafsuku lagi dan saya mulai mengeluar-masukkan kontolku dengan gerakan lambat diikuti oleh gerakan pinggul Ellena yang memutar. dan kami berdua langsung asyik dalam sanggama yang pertama bagi saya dan Ellena, gadis berusia tiga belas tahun ini.

Aku terus memompa Ellena dengan gerakan lambat dan panjang, sedangkan gerakan pinggulnya yang memutar-mutar mulai terasa tak beraturan lagi. Ellena sudah semakin dekat pada klimaksnya, kedua tangannya memeluk tubuhku dengan eratnya.

Nafasnya terengah-engah, tubuh kami bercucuran keringat. Kami semakin asyik dalam sanggama yang nikmat ini. Denyutan memeknya yang sempit terasa semakin cepat dan kuat, rintihannya juga semakin kuat.

"Aadduuhh Om.. Ellena enggak tahan lagi.. aadduuhh.. Om.. lebih cepat Om.. lagii Om.. aadduuhh.. ayoo Om.. aadduuhh.. aadduuhh..!"

Aku sendiri semakin bernafsu dan mulai tak dapat menguasai gerakanku lagi. saya memompa Ellena semakin cepat dan kuat. Ellena sendiri sudah begitu asyik dengan kenikmatan yang dirasakannya.
Pinggulnya memutar dengan tak beraturan lagi. Nafasnya mendengus dan rintihannya semakin kuat pula.

"Ayoo Om.. lebih cepat Om.. Ellena sudah mau keluaar.. aadduuhh.. mau keluaarr.. aadduuhh.. Ellena keluar Om.. keluaarr.. aadduuhh..!"

Tubuh Ellena menggelinjang hebat. Kedua tangannya memelukku erat sekali dan tiba-tiba tubuhnya menyentak kuat, lalu menggelinjang hebat saat Ellena tiba dan meledak dalam orgasme yang begitu dahsyat pada puncak klimaksnya yang nikmat luar biasa. Yang terdengar hanya rintihannya.

"Ellena keluar.. keluaarr.. hah.. hah.. aadduuhh.. keluaarr.. aadduuhh..!"

Dan tubuhnya terus menggelinjang sementara saya terus memompanya dengan cepat. saya juga merasa semakin dekat dengan klimaksku.

Rintihan klimaks Ellena membuat nafsuku semakin memuncak dan saya terus memompa dengan cepat. saya sudah merasa hampir tiba pada klimaksku. saya semakin dekat dan kontolku terasa semakin besar dan besar dan akhirnya saya tak kuasa menahannya lagi. dan kontolku meledak bergumpal-gumpal di tengah kenikmatan remasan memek Ellena yang lembut luar biasa.

Tubuhku menegang sebentar, kemudian saya tersentak-sentak tak dapat menahan kenikmatan luar biasa yang diberikan oleh memek Ellena yang meremas lembut kontolku. Tubuh kami saling menyentak dan menggelinjang dalam kenikmatan luar biasa yang kami rasakan sebelum akhirnya kami berdua terkulai lemas dengan nafas terengah-engah dan keringat membasahi tubuh kami dan saya masih tetap berada di atas tubuh Ellena dengan kontolku di dalam memeknya yang masih berdenyut lemah.

Sesudah beberapa saat, Ellena mulai menciumi wajahku sambil berkata, "Aduuhh Om.. Om hebat sekali ya.. baru ini Ellena merasakan orgasme yang begitu hebat.. hebat Om..!"

Aku hanya diam saja dan kemudian mencabut kontolku dari memeknya, dan berbaring di sampingnya. Tubuh kami berkeringat dan terasa lemah sesudah klimaks yang luar biasa tadi. Untuk beberapa saat kami beristirahat, lalu saya bangun dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Ellena kemudian menyusulku di kamar mandi dan akhirnya kami mandi bersama-sama di bawah siraman shower yang hangat.

Kami saling menyabuni tubuh kami, dan saat saya menyabuni Ellena, tanganku tiba pada daerah dadanya dan dengan lembut saya menyabuni kedua buah dadanya. saya merasa terangsang oleh kelembutan kedua buah dadanya yang mungil itu.

Tanganku terus mengusap dan meremas kedua buah dadanya dengan sabun, dan tiba-tiba kurasakan tangan Ellena menyabuni kontolku dengan amat lembutnya.

Rupanya kami sama-sama terangsang dengan permainan sabun ini. Kontolku mulai mengeras lagi dalam genggaman tangan Ellena yang terus menyabuninya dengan sedikit remasan-remasan lembut.

Aku semakin terangsang, dan kontolku semakin keras dan panjang, sementara Ellena masih terus meremasnya dengan tangannya yang lembut bersabun. dan tanpa sadar tiba-tiba saya sudah terduduk di lantai kamar mandi dan bersandar ke dinding.

Ellena berlutut di hadapanku dengan tangan terus mengocok kontolku yang sudah tegang sekali. Siraman air hangat dari shower sudah menghanyutkan semua sabun di tubuh kami. Tubuh Ellena kuraih dan kupeluk, lalu buah dadanya kuhisap dengan kuat sampai tubuh Ellena tersentak.

Kedua putingnya kuhisap bergantian dan tanganku kembali mengelus di antara kedua pahanya, dan ternyata memeknya sudah basah lagi. Jariku terus mengelus lembut memeknya yang basah.

Ellena kembali membuka kedua pahanya lebih lebar sambil terus mengocok kontolku dengan tangannya yang lembut. saya tak dapat menahan gejolak nafsuku lagi, lalu saya berdiri dan mematikan shower, kemudian tubuh Ellena kukeringkan dengan handuk, dan sesudah itu Ellena mengeringkan tubuhku. Lalu kami menuju ke kamarnya dan berbaring lagi di tempat tidurnya.

Kini tubuh Ellena yang berada di atas tubuhku dengan kedua paha terbuka lebar. Tanganku terus mengelus memeknya yang basah sekali, sementara Ellena menghisap mulutku dengan bernafsu. 

Lalu tubuhnya kuangkat, saya duduk di tempat tidur dan Ellena kududukkan di pangkuanku dengan kedua pahanya di samping tubuhku dan mulai menghisap kedua buah dadanya dengan kuat sampai tubuh Ellena tersentak-sentak, sementara tanganku yang lain terus mengelus memeknya.

Tangan Ellena terus meremas-remas kontolku yang sudah tegang dan besar sekali. Rintihan Ellena mulai terdengar.

"Aduuhh Oom.. aadduuhh.. isap teruuss Om.. isap yang kuat Om.. lagii.. lagii.. aadduuhh..!"

Tubuh kami kembali berkeringat dalam pergumulan ini. saya terus menghisap kedua buah dadanya bergantian, dan tanganku juga terus mengelus memeknya yang sudah basah sekali. Rupanya Ellena tak dapat menguasai dirinya lagi, tubuhnya tak henti-hentinya menyentak dan menggeliat, sementara mulutku tak lepas dari kedua buah dadanya yang mungil lembut itu. 

dia mengangkat tubuhnya sedikit, lalu menurunkan memeknya tepat pada kontolku dan dengan sekejap kontolku sudah masuk seluruhnya ke memeknya yang berdenyut basah disertai rintihan lirihnya.


"Ayoo Om.. Ellena enggak tahan lagi.. aadduuhh Om.. ayoo Om.. aduuhh..!"

Dan Ellena mulai menggerakkan tubuhnya naik turun dengan liar, sementara saya terus saja menghisap kedua buah dadanya bergantian yang membuat Ellena semakin bernafsu. Rintihan Ellena terdengar semakin kuat.

"Aadduuhh Om.. aadduuhh.. Ellena enggak tahan lagi Om.. aadduuhh.. aadduuhh.. Om..!"

Gerakan Ellena semakin kuat dan denyutan memeknya semakin kuat pula. saya mulai terbawa oleh irama nafsu Ellena yang sudah memuncak. saya menghisap kedua buah dadanya lebih kuat.

Kontolku terasa semakin panjang dan besar di tengah remasan memeknya yang begitu lembut. Kami begitu asyik dalam pergumulan seks ini dan sudah tak dapat menguasai diri kami lagi.

Nafas kami terengah-engah dengan keringat membasahi sekujur tubuh. Gerakan Ellena semakin cepat dan cepat, sementara denyutan memeknya juga terasa semakin kuat. Kami sudah tak perduli dengan keadaan di sekitar kami.

"Aadduuhh Om.. Ellena mau keluaarr.. aadduuhh.. mau keluar Om.. aadduuh Om.. Ellena mau keluaarr.. aadduuhh..!"

Aku juga merasa semakin dekat dengan klimaksku. Rasanya saya pun tak dapat menahannya lagi, dan pada saat itu saya merebahkan tubuhku dengan Ellena tetap berada di atasku. Kedua pahanya yang lembut halus terbuka lebar dan saya mulai memompa Ellena dengan cepat.

Tiba-tiba tubuh Ellena menyentak kuat lalu menggelinjang hebat, dan terdengar rintihan nikmatnya.

"Aadduuhh Om.. Ellena keluaarr.. aadduuhh.. keluaarr.. Om.. aadduuhh..!"

Ellena meledak dalam puncak orgasmenya yang nikmat luar biasa disertai gelinjang tubuh yang menyentak-nyentak dan gigitan kuat pada bahuku. saya juga sudah dekat sekali dengan klimaksku. Kontolku rasanya membesar dan membengkak di antara remasan kuat memeknya yang begitu lembut. saya tak dapat menahannya lagi. dan akhirnya.. tak dapat kutahan lagi.

Kontolku meledak bergumpal-gumpal dalam orgasme yang nikmat luar biasa yang membuat tubuhku menyentak dan menggelepar-gelepar di tengah kenikmatan luar biasa remasan memek Ellena yang begitu lembut. 

saya masih terus memompa Ellena dengan cepat dan kuat, sementara tubuh kami berdua menggelepar-gelepar tak karuan tak dapat menahan kenikmatan luar biasa yang kami alami saat itu.

Sampai akhirnya kami terkulai lemah dengan Ellena tetap berada di atas tubuhku dan kontolku masih berada di dalam memeknya yang masih terus berdenyut-denyut lemah. dan akhirnya kami tertidur lelap dalam kelelahan sesudah mengalami klimaks yang nikmat luar biasa tadi. Selesai

Related Posts:

Cerita Seks Menghisap Susu Montok Janda Muda Sebelum Ngentot

Cerita Seks Menghisap Susu Montok Janda Muda Sebelum Ngentot ini mengisahkan tentang hubungan intim antara seorang pria muda dan seorang janda muda yang libido seksualnya tinggi. 

Sejak pertemuan pertama, keduanya mulai menjalin hubungan yang tidak biasa dan sering melakukan hubungan seks di berbagai tempat di rumah. Keberanian dan keintiman Mbak Rita si janda muda dalam memuaskan hasrat seksualnya membuat cerita ini begitu menarik untuk diikuti. 

Yuk, simak kelanjutan cerita selengkapnya!

Nama saya sebut saja Iwan dan berasal dari Jakarta dan waktu itu saya kos di dekat daerah Dago. Tempat kosnya lumayan bagus dan ibu kos saya waktu itu berumur sekitar 28 tahun. Suaminya sudah meninggal karena kecelakaan lalu lintas dan dia belum sempat dikaruniai anak.

Cerita Dewasa Janda Muda

Untuk membiayai kehidupan sehari-harinya dia bekerja di salah satu bank swasta di Bandung. Sebelumnya saya kos di daerah Cihampelas dan karena ribut dengan salah satu anak kos, saya coba cari tempat kos lain. 

Rumah kos baru ini saya ketahui dari salah seorang teman yang masih saudara sepupu ibu kos saya.

Waktu pertama kali saya datang ke tempat kos, ibu kos saya (sebut saja namanya Rita) agak ragu-ragu karena dia sebenarnya berencana untuk menerima wanita. Maklum karena dia seorang janda muda hanya tinggal sendiri ditemani seorang pembantu.

Untung akhirnya Mbak Rita si janda muda mau menerima saya karena tahu saya adalah teman dekat saudara sepupunya. Sebagai gambaran, Mbak Rita tingginya 163 cm dengan wajah yang cantik.

Kulitnya putih dan badannya juga sangat seksi dengan ukuran dada yang lebih besar dari umumnya wanita Indonesia.

Belum lama saya tinggal di sana saya mulai tahu kalau Mbak Rita dibalik penampilan luarnya yang cukup alim, ternyata mempunyai libido seks yang cukup tinggi. Waktu itu saya sedang di rumah sendiri dan saya suruh pembantu untuk membelikan makanan di luar.

Saya iseng dan masuk ke kamarnya serta membuka lemari pakaiannya. Di lacinya, di bawah tumpukan pakaian dalamnya ternyata terdapat dua buah vibrator yang mungkin sering digunakan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Mbak Rita juga mempunyai beberapa pakaian dalam dan baju tidur yang sangat seksi.

Hal ini sebenarnya sudah saya ketahui dengan memperhatikan pakaian-pakaian dalamnya bila dijemur di halaman belakang rumah. Di rumaH Pun Mbak Rita cukup bebas, dia hampir tidak pernah menggunakan bra bila di rumah walaupun dia tahu saya ada di rumah.

Di balik baju kaos ketat atau baju tidur yang dikenakannya seringkali putingnya terlihat menonjol dan saya sendiri yang kadang-kadang risih untuk melihatnya. 

Kalau keluar kamar mandipun Mbak Rita biasanya hanya mengenakan handuk yang tidak terlalu besar dan dililitkan di badannya sehingga kemontokan buah dadanya dan kemulusan pahanya terlihat jelas.

Suatu pagi waktu saya sedang sarapan Mbak Rita masuk ke ruang makan sehabis melakukan senam aerobik di halaman belakang. Dia mengenakan baju senam berwarna merah muda dengan bahan yang cukup tipis tanpa lapisan dalam lagi.

Karena bajunya basah oleh keringat, waktu dia masuk saya cukup kaget, karena buah dada dan putingnya terlihat jelas sekali di balik baju senamnya. Saya yakin dia sadar akan hal itu dan sengaja mengenakan baju senam itu untuk menggoda saya. Waktu saya menoleh ke dadanya, Mbak Rita langsung bertanya,

“Hayo, lihat apa kamu?”

Saya sendiri hanya tersenyum dan berkata,

“Ngga lihat apa-apa kok, lagian Mbak pakai baju kok transparan betul sih?”

“Memangnya kamu nggak suka lihat yang begini?”.

“Ya suka dong Mbak, namanya juga laki-laki”.


Waktu itu saya malu sekali dan mencoba untuk mengalihkan pembicaraan ke hal lainnya. Tetapi sepanjang sarapan harus diakui kalau saya berkali-kali mencoba untuk mencuri pandang ke arah dadanya.

Malam harinya ketika saya sedang nonton TV di ruang depan Mbak Rita menghampiri saya dengan menggunakan baju tidurnya yang berwarna putih.

Dia ikut nonton TV, dan selang beberapa lama dia berkata kepada saya. “Wan, aku pegal-pegal semua nih badannya, mungkin karena aerobik tadi pagi. Bantu pijitin Mbak yah?” Dengan spontan saya berkata, “Boleh Mbak. Di mana?” “Ke kamar Mbak aja deh”, katanya.

Sebenarnya saya sudah menunggu kesempatan ini sejak lama, tetapi memang karena saya orangnya pemalu, saya tidak pernah berani untuk mencoba-coba mengutarakan hal ini ke Mbak Rita. 

Saya mengikuti Mbak Rita si janda muda ke kamarnya dan dia menyuruh saya duduk di tempat tidurnya.

Mbak Rita kemudian mengambil baby oil dari laci sebelah tempat tidurnya dan memberikannya ke saya. Saya bilang kalau bajunya nanti kotor bila pakai baby oil. Tujuan saya sebenarnya adalah supaya Mbak Rita mau melepaskan baju tidurnya.

Mbak Rita langsung mengangkat baju tidurnya di hadapan saya dan yang mengejutkan, dia hanya mengenakan celana dalam G-string berwarna putih yang tidak cukup untuk menutupi bulu kemaluannya yang lebat. 

Di kiri kanan celananya masih tampak bulu kemaluannya, Tubuhnya indah sekali, payudaranya besar dengan bentuk yang indah dan puting yang berwarna coklat kemerahan.

“Bagaimana Wan, menurut kamu badanku bagus?” Sayapun mengangguk sambil menelan ludah. Baru pertama kali ini saya melihat tubuh wanita dalam keadaan yang hampir telanjang bulat. Biasanya saya hanya melihat di film atau majalah saja (waktu itu belum ada internet seperti sekarang).

Mbak Rita si janda muda kemudian merebahkan badannya dan saya mulai memijitnya dari belakang setelah terlebih dulu mengoleskan baby oil. Luar biasa, kulitnya mulus sekali dan sekujur tubuhnya ditumbuhi oleh bulu-bulu halus yang menambah keseksiannya.

Pada waktu saya memijit kaki dan pahanya, Mbak Rita membuka kakinya lebih lebar, dan saya dapat melihat kemaluannya yang tercetak jelas pada celana dalamnya yang kecil itu. Belum lagi bulu kemaluannya yang keluar dan menambah indah pemandangan itu.

Saya terus memijiti paha bagian dalamnya dan saya sengaja untuk tidak sampai ke selangkangannya agar dia terangsang secara perlahan-lahan. Mbak Rita mengeluarkan lenguhan-lenguhan lembut dan saya tahu dia menikmati pijitan saya.

Kakinya juga dibuka lebih lebar dan mengharapkan tangan saya menyentuh kemaluannya. Tetap saja saya sengaja untuk tidak menyentuh kemaluannya. 

Dari kemaluannya sudah mulai keluar sedikit cairan yang membasahi celana dalamnya. Saya tahu kalau dia sudah terangsang.

Saya minta Mbak Rita membalikkan badannya. Dia langsung menurut dan saya usapkan baby oil di dada dan perutnya. Payudaranya cukup kenyal dan waktu saya memainkan jari-jari saya di putingnya dia menutup matanya dan terlihat benar-benar menikmati apa yang saya lakukan.

Kemudian Mbak Rita bangun dan meminta saya membuka pakaian saya. Dia berkata kalau dia sudah benar-benar terangsang dan sejak kematian suaminya dia tidak pernah tidur dengan seorang priapun.

Aku minta Mbak Rita yang melucuti pakaianku. Dengan cepat Mbak Rita membuka baju kaos yang aku kenakan dan kemudian celana pendek dan celana dalamku. “Kamu juga sudah terangsang yah Wan?”. 

“Iya dong Mbak, dari tadi juga sudah berdiri begini”, kataku sambil tertawa. Mbak Rita kemudian memegang kemaluanku dan mulai melakukan oral seks kepadaku.

Terus terang itu adalah pertama kali seorang perempuan melakukan hal itu kepada saya. Waktu SMA saya pernah punya pacar tapi kami tidak pernah melakukan hal-hal sejauh itu.

Paling-paling juga kami hanya berpegangan tangan dan berciuman. Mbak Rita ternyata ahli sekali dan saya merasakan kenikmatan yang luar biasa.

Selang beberapa lama kemudian, Mbak Rita melepaskan celana dalamnya dan menyuruhku tiduran di ranjang dan dia naik di atasku.

Kakinya dibuka lebar di atas kepalaku sambil lidahnya menjilati kemaluanku. Pinggulnya diturunkan dan kemaluannya hanya beberapa senti di atas mukaku.

Sungguh pemandangan yang sangat indah. Langsung saja aku menjilati kemaluan dan clitorisnya dari bawah. Ternyata rasanya tidak jijik seperti yang aku bayangkan sebelumnya. Cairannya sedikit asin dan tidak berbau. 

Aku tahu kalau dari kesehariannya yang resik, Mbak Rita pasti juga rajin menjaga kebersihan kemaluannya.

Aku terus menjilati kemaluannya dan mulai memberanikan diri menjilati bagian dalamnya dengan membuka kemaluannya dengan jariku lebih lebar. 

Mbak Rita sangat menikmati dan dia juga menjilati kemaluanku dengan lebih ganas lagi. Kemudian dia bangun dan memintaku memasukkan kemaluanku ke dalam punyanya.

“Ayo dong Wan, aku sudah tidak tahan lagi nih”. Aku bilang kalau aku belum pernah melakukan hal ini dan Mbak Rita berkata, “Kamu tiduran saja, nanti Mbak akan mengajari kamu.” Kemudian Mbak Rita duduk di atasku dan dengan perlahan memasukkan kemaluanku.

Rasanya nikmat sekali dan Mbak Rita mulai menggoyangkan pinggulnya. Aku memejamkan mataku dan berpikir kalau beginilah rasanya berhubungan dengan wanita. 

Kalau sebelumnya hanya imajinasi semata, sekarang aku merasakan bagaimana nikmatnya berhubungan dengan wanita secantik Mbak Rita.

Malam itu kami berhubungan badan dua kali. Setelah kami selesai yang pertama, Mbak Rita mengajak saya mandi dan kemudian mengganti sprei dengan yang baru karena kotor oleh keringat dan baby oil yang digunakan tadi. Kemudian kita lanjut lagi dan mencoba melakukan gaya-gaya lainnya.

Setelah kejadian malam itu, Mbak Rita si janda muda sering mengajak saya tidur di kamarnya dan hubungan seks di antara kami menjadi hal yang rutin kami lakukan. 

Mbak Rita juga suka mengajak saya melakukannya di seluruh bagian rumah, dari ruang tamu sampai halaman belakang. Biasanya bila melakukan di luar kamar, kami melakukannya malam hari setelah pembantu tidur.

Pernah sekali pembantu rumah memergoki kami di ruang tengah waktu dia mau mengambil minuman di dapur. Cepat-cepat dia memalingkan muka dan balik ke kamarnya.

Setelah itu dia tidak pernah lagi keluar malam-malam dan itu lebih membuat kami lebih bebas melakukannya di rumah.

Sewaktu pembantu mudik pada saat lebaran kami menghabiskan waktu di rumah tanpa mengenakan pakaian selembarpun. Mbak Rita si janda muda yang mengusulkan hal itu dan begitu sampai di rumah Mbak Rita langsung melucuti semua pakaian yang dikenakannya.

Saya juga mulai sering pergi dengan Mbak Rita dan waktu itu hubungan kami sudah layaknya seperti orang pacaran. Diapun sudah tidak mau lagi disapa dengan Mbak dan dia minta saya memanggilnya dengan nama depannya sendiri.

Dia juga tidak mau lagi menerima uang kos dari saya dan uang kiriman orang tua dapat saya gunakan untuk bepergian dengan dia.

Satu hal yang saya ingin ceritakan, dia jarang sekali mengenakan celana dalam bila pergi keluar rumah, kecuali kalau ke kantor. Pernah juga beberapa kali saya minta dia ke kantor dengan tidak mengenakan celana dalam di balik roknya dan dia menuruti.

Kalau saja karyawan laki-laki di bank tempat dia bekerja tahu kalau di balik roknya yang lumayan pendek itu tidak ada apa-apa lagi. Kalau bra, biasanya dia kenakan karena bila tidak akan terlihat jelas dan dia risih bila banyak mata lelaki yang memandang ke arah dadanya.

Hubungan kami masih berlangsung sampai sekarang walaupun orang tuaku tidak menyetujui karena usianya yang jauh lebih tua dan statusnya yang janda muda. END

Related Posts:

Cerita Seks Ngentot Pembantu Bernafsu Gila

Judul cerita ini adalah "Cerita Seks Ngentot Pembantu Bernafsu Gila". Cerita ini mengisahkan tentang obsesi seorang pria terhadap pembantunya yang masih remaja, yang akhirnya berujung pada hubungan intim yang penuh gairah. 

Dengan alur yang memikat, cerita ini akan mengajak pembaca untuk terus membaca dan mengetahui kelanjutan kisah yang penuh dengan nafsu dan kenikmatan.

Cerita sex hot ini berawal saat pembantu rumah tangga kami bi sariyem menyatakan ingin berhenti bekerja karena akhir-akhir ini sering sakit, ia memohon agar kami mau menerima anak bungsunya untuk menggantikannya bekerja di rumah kami.

Karena kasihan dan menghargai masa kerjanya yg lama akhirnya kami mengiyakan walau sedikit ragu mengingat anak bi sariyem kekhawatiran, ia sangat rajin rapi dan cekatan.

Sehingga istri mengatakan kami sangat beruntung mendapatkan Elis sebagai pengganti Bi Sariyem yg sudah mulai tua. Delapan bulan berlalu..

Pekerjaanku sebagai marketing di sebuah perusahaan swasta berjalan lancar, bahkan istriku mendapat kenaikan jabatan di kantornya.

Aku sangat senang dan bangga melihat semangat kerjanya. Hanya saja, semakin hari pulangnya semakin sore, bahkan beberapa kali ia harus pulang jam 8 malam. 

Cerita Seks Ngentot Pembantu

Untung saja kantorku tdk terlalu ketat dalam hal jam kerja, bahkan dengan adanya sambungan internet di rumah terkadang aku bisa mengerjakan pekerjaan di rumah, hingga gak usah berangkat ke kantor.

Suatu siang, Aku iseng buka-buka situs dewasa.. aku tertegun melihat sebuah video xxx yg dimainkan oleh seorang laki-laki dengan seorang gadis kecil. Aku yakin umurnya di bawah 17.. tapi.. gilaa.. setelah beberapa saat aku menyadari begitu terpengaruh oleh video xxx tersebut.. 

Pikiranku melayg membayangkan bercinta dengan seorang gadis kecil, yg toketnya baru tumbuh.. dengan puting kecil kemerahan.. bulu memek yg masih halus.


Aku membenahi posisi batang penisku yg sudah tegang dan mengeras di balik celana pendekku.. Tiba-tiba saja aku membayangkan Elis, dengan tubuh bugil merintih di bawah tubuhku, menikmati batang penisku menggesek lubang memeknya yg sempit… bergerak dalam tubuhnya yg mungil…. Ah.. gila! 

Sejak kapan aku jadi seorang Phedophilist..? Seminggu kemudian, aku menyadari sesuatu telah mengganggu akal sehatku..


Sesuatu yg membuat mataku selalu menatap dua bukit kecil di dada Elis, memperhatikan bentuk pantat dibalik celana pendeknya.. sesuatu yg membuatku walau terlihat seperti tak sengaja berusaha menyentuh lengannya, merasakan getaran penisku saat berdekatan dan mencium bau tubuhnya..

 Semakin aku membayangkan Elis, semakin sering aku beronani..

mengkhayalkan bagaimana nikmatnya negsex dengan gadis mungil ini, Elis..

Suatu pagi, saat istriku sudah berangkat kerja.. aku berdiri diam tanpa suara di depan kamar mandi, mendengar suara air jatuh di lantai kamar mandi, aku tau Elis sedang mengguyur tubuhnya yg telanjang, menyabuni lekuk tubuhnya, toketnya.. selangkangannya.. Aku semakin tak tahan.. 

Pelan-pelan aku melangkah masuk ke dalam ruangan Mushola di sebelah kamar mandi.. Jantungku berdegup ketika melihat lubang ’Manhole’ untuk memperbaiki atap.. Muncul sebuah ide untuk memanjat lubang itu dan mengintip Elis dari atas plafon…

Keesokan paginya, begitu Elis masuk kamar mandi, aku segera mengunci semua pintu dari luar, lalu secepat kilat tanpa suara memanjat lubang manhole di atas mushola.. 

Aku sudah berada di atas plafon merangkak hati-hati berusaha untuk tak mengeluarkan suara sedikitpun, ketika mulai terdengar suara guyuran air di bawahku.. Aku segera menemukan sebuah lubang yg kecil dan mulai mengintip.. 

Jantungku berdegup begitu kencang ketika mataku mulai melihat dengan jelas ke dalam kamar mandi.. Ya Tuhan..


Aku nyaris tak percaya dengan penglihatanku, menyamping dari arahku.. tubuh Elis telanjang bulat, dengan payudadara yg sedang tumbuh bergayut indah.. Air membasahi kulit remajanya, membuatnya terlihat segar dan…. hh.. pantatnya begitu padat.. 

Elis bersenandung lirih, tak menyadari seseorang sedang memperhatikan seluruh gerakannya.. menatap seluruh lekuk daging tubuhnya… Batang penisku tegang mengeras berdenyut-denyut..


Elis menelusuri tubuhnya dengan sabun, aku terpaksa harus menelan ludah berulang-ulang saat ia menyabuni toketnya.. 

sepertinya aku bisa merasakan kekenyalan dua bukit daging itu.. Saat Elis berbalik hendak menyimpan sabun, aku membelalakkan mata.. kearah selangkangannya.. 

bulu bulu halus diatas memeknya benar-benar menyempurnakan apa yg kulihat.. Tanganku mencengkram batang penisku yg sudah benar-benar keras..

”Aku harus… aku.. harus ngesex dengannya…” Elis mulai mengeringkan tubuhnya dengan handuk.

Aku terhenyak, karena tanpa kuduga ia menungging mengambil sikat gigi yg jatuh di lantai.. Daging memeknya menyembul dari sela-sela pantatnya yg bulat.. aku tak dapat menahan diri lagi, dengan sedikit gerakan meremas di batang penisku dan..

”Oooohhh…………..hhh…!!! Hhh… ooo…….h..h..!! Seluruh hasrat dan nafsuku meledak, menyemprotkan begitu banyak cairan sperma dalam celanaku..

Aku sedang berusaha mengatur nafasku saat Elis selesai memakai baju lalu keluar dari kamar mandi..

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan.. aku tak juga bisa melupakan hasratku terhadap Elis.. Beberapa kali aku mengintip Elis mandi, dan entah berapa puluh kali sudah aku beronani membayangkan gadis imut 16 tahun itu.. dan aku semakin terobsesi oleh Elis.. 

tapi aku tak cukup nekat untuk melakukan apapun terhadapnya.. Sentuhan-sentuhan kecil seperti tak sengaja sering kulakukan, tapi ia hanya menghindar dengan sopan.. Aku tak berani melakukan lebih dari itu.. Sekitar 4 bulan kemudian, muncul ide untuk memancingnya dengan film porno.. 

Aku menyimpan beberapa DVD yg paling hot diatas tempat tidur.

Biasanya setelah aku berangkat kerja, Elis baru berani masuk kamar tidur untuk menyapu dan merapikan kamar tidur kami.. Aku membiarkan salah satu DVD tersebut berada dalam DVD Player dalam kamar.. lalu berangkat kerja. 

Siangnya aku pulang sekitar jam 12.. sewaktu memasukan mobil ke dalam gerasi.. aku sempat melihat bayangan orang melesat keluar dari kamarku.. sekelebatan saja aku yakin bahwa itu adalah Elis.. aku melangkah masuk lewat pintu samping. 

Gak ada orang, aku ke belakang mencari Elis, tapi ia tak ada di dapur maupun di halaman belakang. Ku buka pelan-pelan pintu kamarnya.. kosong..!

”Eliissss..?!” Aku memanggilnya.. tak ada jawaban…

Di depan pintu kamar mandi aku kembali memanggilnya,

”Eliissss…!!”

”Iyaa.. pak..” terdengar suara dari dalam kamar mandi..

”lagi mandi..?”

”I..ya.. ngga.. iya.. ppak…!” Aku berjalan dengan suara langkah yg cukup jelas, membiarkan ia mengira aku berjalan ke ruangan depan.. lalu secepat kilat aku masuk ke dalam mushola, memanjat lemari dengan hati-hati.. dan dalam beberapa detik aku sudah berada di atas plafon.. mulai mengintip melalui lubang kecil itu.. Aku menahan nafasku yg langsung terasa sesak, saat melihat apa yg ada di bawah sana.

Elis duduk bersandar di atas toilet yg tertutup.. kakinya mengangkang dan tangan kanannya berada di sela selangkangannya.. matanya terpejam.. 

aku nyaris tak percaya melihat gadis 16 tahun itu benar-benar sedang bermasturbasi.. jari2 tangannya bergerak cepat merangsang kelentitnya..

”Pancinganku berhasil, ia menonton DVD hot yg sengaja ku letakkan di atas tempat tidur..” Elis terlihat begitu terangsang, wajahnya menengadah, matanya terpejam dan tangannya semakin cepat bergerak…

Samar-samar terdengar suara rintihan kecilnya,

” Hh..hh.. okkhhh..”

Aku semakin gemetar, ketika gadis itu perlahan menekan ujung jari telunjuknya ke lubang memeknya.. Lututnya bergetar.. sepertinya ia begitu larut dalam hasrat yg bergejolak..

”Emmmhhhhh..hh.. hh..” Rintihannya kembali terdengar lirih, mengekspresikan keinginan seksual yg semakin memuncak.. Pelan-pelan aku merangkak turun, berjalan ke ruang tengah dan memanggilnya lantang..

”Elliiiisss…………….! Elis segera menyahut

”Iyaa paak…?!”

”SINII….! BURUAN..” Aku tau, di usia remaja seperti itu, hormon tubuhnya sedang bergejolak menuju ke kedewasaan seksual..

Membayangkan ia menonton video XXX seperti itu, aku berani bertaruh celana dalamnya pasti sudah basah oleh cairan vagina..

”di kamar mandi tadi, apa yg sedang ia bayangkan..? Ahh.. Pasti sebuah penis yg keras dalam lubang memeknya..”

”ya pak..?”

Elis berdiri di pintu kamarku.. Aku merebahkan diri di atas tempat tidur hanya bercelana pendek dan kaos

”tolong pijitin kaki saya, pegel banget..” Ragu-ragu Elis duduk di sebelah tempat tidur, dan mulai memijit kakiku…

Aku memejamkan mata, menikmati sentuhan jemari kecilnya.. membayangkan kemungkinan ia tak sempat membasuh cairan vaginanya membuatku tak dapat menahan ereksi yg tiba-tiba saja membuat celana pendekku menonjol..

”Pahanya Elis, agak keras..!”

Remasan tangan lembutnya di pahaku semakin membuat memekku mengeras..

”Sebentar, takut ada yg liat..” aku berdiri mengunci pintu kamar.. lalu kembali merebahkan diri.. Elis terlihat gugup, menyadari tonjolan diselangkanganku semakin menggembung.. ia terus menundukan wajah.. Aku menarik tangannya agar kembali memijat pahaku..

Aku berusaha bersikap wajar, membiarkan ia memijat kakiku, lututku, paha.

Aku meraih remote TV dan DVD Player yg tergeletak di meja kecil di samping tempat tidur, lalu memijat tombol ON.. Tak lama sebuah adegan Blue Film muncul di layar,

”ini bukan DVD yg tadi pagi aku pasang..” aku tersenyum, mengerti..

”kamu udah liat film ini Elis..? Elis menggelengkan kepala tanpa menoleh.. ”liat dong, udah belum…?” Elis melirik sekilas dan cepat-cepet menunduk lagi..

”Gak apa-apa koq, kamu kan udah gede.. biar tau gimana caranya….” Elis diam seribu bahasa..

Aku memperbesar volume suaranya, hingga terdengar rintihan dan erangan wanita dalam film itu..

Seorang laki dengan batang penis cukup besar sedang menyetubuhinya… ”Udah ya pak..? Elis mau ke belakang..” Elis berdiri hendak pergi secepat kilat aku menyambar tangannya.. menariknya duduk di sampingku.. 

Aku langsung memeluknya, menariknya rebah menimpaku.. Elis berusaha berontak tapi dekapanku cukup kencang membuat ia tak berkutik..

”Jangan takut Elis, kita nonton bareng mumpung gak ada orang..”.

Elis mencoba berontak lebih keras.. aku menahannya dengan tangan dan kakiku.. Gelinjang dan tubuhnya yg bergerak-gerak memberontak membuat gairahku semakin memuncak.. 

aku mulai menciumi wajahnya.. bau keringatnya membuat batang penisku mengeras.. Elis menjerit kaget saat aku menarik celana pendeknya lepas, aku terkejut menyadari bahwa ia tak sempat memakai celana dalam setelah keluar dari kamar mandi..

Tanganku langsung menyentuh memeknya, jari tengahku sempat menyelip di sela belahan daging memeknya, terasa sedikit basah..

Elis memberontak lebih keras.. ia menangis lirih, memintaku untuk melepaskannya.. Tapi aku sudah lupa segalanya.. Obsesi berbulan-bulan, khayalan-khayalan erotis ku membayangkan menikmati tubuh Elis.. 

seperti membludak menguasai tubuh dan keinginanku.. Aku meremas-remas toketnya, menciumi bibirnya, lehernya.. menjilati daun telinga nya.. Elis tak bisa melepaskan dekapanku.. ia terus bergerak, berusaha mendorongku.. 

Aku melepaskan celana pendekku dengan cepat.. batang penisku mengacung tegang, menyentuh pahanya.. selangkangannya.

Elis menangis.. kedua tanganku memegang kepalanya, mencium bibirnya dengan lembut.. Elis mulai melemah.. aku menciumi air mata yg membasahi kedua pipinya..

”jja..ngan pakk.. jangaaann..” Aku menjilati bagian samping lehernya.. lubang telinganya… ia melenguh.. menggelinjang… Kepala penisku menempel di bibir memeknya.. ia mendorongku.. lemah..

”Ssshh..hhh.. jangan takut Elis.. gak akan sakit.. saya janji..” Mmemeknya terasa hangat.. aku gak tahan ingin memasuki tubuhnya, tapi aku kesulitan menembus lubangnya yg masih sangat rapat.

Aku membasahi kepala penisku dengan air ludah, lalu mulai menekannya pelan-pelan…

”Aaghh.. sakiiit…!” ia menangis pelan.. aku menekan lebih kuat..

”Aaaauuw…….!” kepala penisku perlahan menerobos celah sempit itu..

Aku mencium bibir Elis, mengulum lidahnya sambil menekan batang penisku lebih dalam.. Tubuhku bergetar oleh rasa nikmat dan hasrat yg bergelora…

Batang penisku mengalirkan rasa nikmat yg luar biasa.. dijepit oleh daging hangat yg begitu erat mencengkram.. Darah segar membasahi batang penisku..

”Elis.. Elis sayang.. aku telah merenggut keperawananmu..” Aku mulai menggerakkan batang penisku keluar masuk.. Elis mencengkram erat punggungku, membuatku sedikit kesulitan bergerak.. matanya terus terpejam, tapi ia tak lagi berontak.. aku menekan pantatku.. hingga batang penisku hampir masuk seluruhnya..

”Uughh..h..”.

Elis melenguh.. merasakan sakit dan nikmat di saat bersamaan.. ku ulangi gerakan keluar masuk itu beberapa kali, pelan tapi sedalam mungkin.. hingga kepala penisku terasa menyentuh dasar vaginanya.. Tak ada lagi pemberontakan saat aku menarik kaosnya lepas… kedua toket yg sedang tumbuh itu langsung menyembul dengan indah..

”Ya tuhann..” Aku mencengkram kedua bukit daging itu dan mulai melahapnya dengan rakus…

Elis menggelinjang.. aku memainkan puting susunya yg kecil dengan lidahku.. ia merintih..

”nghh..hh”.. pantatku kembali bergerak, mendorong batang penisku yg sangat tegang melesak ke dalam tubuhnya.. menariknya keluar, lalu menerobos masuk lagi.. menancap dalam tubuhnya.. 

menyentuh dinding memeknya.. bergerak semakin cepat, aku merasakan kenikmatan itu semakin menguasai tubuh dan pikiranku.. menjalari kaki, anus, batang penis hingga kepalaku..

Aku bergerak makin cepat, mengocok daging hangat Elis dengan batang penisku yg semakin keras.. Sesekali ia menjerit kecil, kesakitan.. saat aku semakin menggila.. kejantananku bergerak dalam tubuh kecil Elis.. dalam jepitan otot vagina sempit yg basah oleh lendir vaginanya.

Btang penisku bergetar nikmat.. memek Elis berdenyut hangat.. Akh, sepertinya aku tak sanggup lagi menahan… Dalam kenikmatan, aku menatap wajah Elis yg manis dan lugu.. berkeringat dalam dekapanku.. matanya terpejam, toketnya berayun tersentak sentak oleh gerakanku menyetubuhinya…

puting kecilnya begitu indah kemerahan… Aaghhh.. aku menghentikan gerakanku sejenak.. berusaha menahan ledakan kenikmatan yg hampir menyemprot dalam tubuh perawan kecil ini.

Untuk pertama kalinya, Elis membuka matanya yg basah… melihat kedalam mataku dengan tatapan yg tak pernah kulihat sebelumnya… Kami masih saling berpandangan saat aku perlahan kembali menggerakan batang penisku masuk, keluar.. masuk dan keluar semakin cepat… semakin kuat…

”aaakhh…hh..” Elis mengerang.. Tak kusangka-sangka ia menarik kepalaku mendekat..

Elis mencium bibirku.. aku langsung melahap bibirnya.. membelitkan lidahku mencari-cari lidahnya.. Dalam kenikmatan yg begitu memabukkan, aku merasakan lidah Elis bergerak dalam mulutku..

”TElis.. hh..Aghhh. hh…” Sekali lagi aku berhenti…. berusaha menahan.. tapi.. akh.. Elis masih menggerakkan pinggulnya, tak menyadari bahwa aku sudah diambang puncak kenikmatan..

Memeknya yg sempit mengurut batang penisku dengan sempurna…

”SSTOPP..Hhh..!!” aku memintanya berhenti.. dan.. terlambat..

”AAAAAh….Aaaaaaaghhhhhh…hhh”.

Elis berusaha mendorongku keluar dari tubuhnya, tapi tanpa sadar aku malah menekan kemaluanku dalam-dalam..

”HHhhh…akhh…..” Rasa nikmat yg luar biasa benar-benar membuatku kehilangan kesadaran..

Aku terus menggenjot kemaluanku dalam jepitan kemaluan Elis yg kencang, tenggelam dalam gelombang perasaan surgawi.. Menyemprotkan begitu banyak cairan sperma ke dalam tubuh gadis kecil itu..

Dorongan tangan Elis tak membuatku tersadar, aku menekan kemaluanku dalam-dalam hingga pangkal kemaluanku.. Nikmat yg paling nikmat, orgasme yg begitu panjang… Ejakulasi yg begitu banyak jumlahnya, menyemprot dalam tubuh perawan 16 tahun ini… 

Aku mencium bibir Elis, menindihnya, memeluknya, menikmati kenyal toketnya menekan dadaku, merasakan kemaluanku berdenyut2 dalam kemaluannya yg hangat.

Selama beberapa saat kami tak bergerak, tubuh telanjang kami menyatu, basah oleh keringat.. tanpa ada suara, tanpa ada gerakan, hanya nafas yg terdengar…

Esoknya, hari berikutnya dan esoknya lagi.. Elis menghindar untuk bertatap muka denganku.. Setelah istriku berangkat kerja, ia langsung mengurung diri di kamarnya.. Aku mencoba bersabar menunggu sampai ia keluar dari kamarnya.. 

Tapi sampai beberapa jam aku menunggu ia tak juga keluar, aku mengetuk pintu kamarnya, memanggilnya tapi ia tak mau menjawab..

Hari sudah siang dan banyak pekerjaan rumah yg masih belum ia kerjakan.

Daripada nanti istriku bertanya tanya, lebih baik aku mengalah.. lalu berangkat ke kantor..

Tapi sorenya rumah sudah kembali rapi, rupanya setelah aku meninggalkan tumah, Elis langsung bekerja seperti biasa.. 

Didepan istriku Elis berusaha bersikap wajar, seperti sebelum ada kejadian itu, tapi ketika istriku masuk kamar mandi atau pergi ke warung, Elis langsung masuk kamar dan mengunci pintu kamarnya. 

Lama lama aku jadi semakin geregetan, kesal dan penasaran.. Suatu malam, aku sibuk menyelesaikan pekerjaan dengan laptop ku.

Istriku tidur sangat lelap akibat obat flu yan diminumnya.. Sekitar pukul 00.30, dalam keheningan malam itu terdengar sayup2 suara pintu kamar Elis terbuka. 

Perlahan tanpa suara aku berjalan keluar, rupanya Elis sedang ke kamar mandi mungkin terbangun karena pengen buang air kecil. Tiba2 muncul ide gila, diam2 aku masuk ke kamar Elis yg gak dikunci, lalu masuk ke kolong tempat tidurnya. 

Sekitar 2 menit kemudian Elis masuk, lalu mengunci pintu kamar. Aku melihat kaki Elis sebatas betisnya yg kuning langsat melangkah menuju tempat tidur.

Elis membanting tubuhnya ke atas kasur hingga hidungku terbentur bagian bawah kasur, aku memaki dalam hati. Setelah menunggu sekitar 20 menit, aku mulai mendengar suara nafas yg teratur, ia sudah terlelap.. 

Perlahan aku merangkak keluar dari kolong tempat tidur itu. Begitu berdiri dadaku langsung berdegup kencang.. Elis terbaring lelap dengan hanya mengenakan bra.. Pelan2 aku menarik selimut kain yg menutupi bagian bawah tubuhnya.. 

celana dalam berwarna hitam menutupi gundukan daging diselangkangannya..

Aku mendekatkan wajah ke arah kemaluannya.. menciumnya lembut.. Kemaluanku langsung menggeliat.. Sudah 10 hari sejak kejadian itu, aku benar-benar seperti keranjingan, menelusuri tubuh setengah telanjang Elis dalam cahaya lampu yg agak redup.. 

menyentuh kulit perutnya dengan punggung tanganku, lalu jari tanganku dengan lembut menekan bagian daging kemaluannya..

Terasa belahan bibir vaginanya hangat dan… Ahh, kemaluanku sudah tak bisa diajak kompromi.. tegang mengeras gak tahan ingin memasuki tubuh gadis kecil ini, merasakan nikmatnya kemaluan sempit yg membuatku tergila2.

Aku melepas celana dalamku hingga kemaluanku tegak mengacung.. lalu dengan sangat perlahan memeluk Elis.. Untuk sesaat Elis tak bergeming, aku menempelkan batang kemaluanku di pahanya.. menekannya sedikit membuat gairahku semakin menggila..

Aku merangkul tubuhnya, lalu mencium lehernya.. dan saat itu juga Elis terbangun, hampir menjerit kalo aku gak segera menutup mulutnya dengan tanganku..

”Ssst, jangan berisik.. nanti ibu bangunn..!” Elis terdiam, tubuhnya terasa tegang.. aku mempererat pelukanku..

” Eliss…. aku kangeeenn…..!

” Elis diam tak menjawab… Sebelah lenganku berada di bawah lehernya, memeluknya, menciumi pundaknya… Elis memberontak.. menggeliat.. Aku menarik tubuhnya dan langsung menindihnya.

Elis menatapku nanar…

”Jangann pak.. Elis takutt…” Setelah yakin bahwa ia tak akan berteriak, aku turun dari tempat tidurnya, mematikan lampu hingga ruangan itu menjadi gelap gulita.. lalu kembali menaiki tempat tidur Elis. 

Aku kembali menindih tubuh Elis yg setengah telanjang.. Menciumi pundak, leher, hingga daun telinga Elis.. Nyaris tak bisa melihat apapun dalam kegelapan, aku menguasai tubuh Elis.. menjelajahinya, merabanya, mengelusnya.. meremasnya…

Elis tak sanggup memberi perlawana yg berarti, karena ia terlalu takut untuk berteriak.. dan sepertinya ia sudah mulai terpengaruh dengan apa yg kulakukan pada dirinya.. 

Aku menarik bra nya turun.. lalu mulai melahap toketnya dengan rakus… suara desahan Elis membuat darahku serasa mendidih terbakar nafsu.. Lidahku mempermainkan puting sebelah kiri, sementara tanganku meremas remas payudadra kanannya.

Tak lama, aku berhasil menarik lepas celana dalamnya hingga saat itu, Elis gadis kecil itu.. telanjang bulat tanpa sehelai benangpun yg menutupi tubuhnya, dalam kegelapan kamar tidurnya, sepenuhnya dalam kekuasaan nafsuku… 

Elis mendesah saat kedua tanganku memilin kedua putingnya, menciumi perutnya.. terus turun hingga hidungku menyentuh bulu halus kemaluannya..

Lidahku menyentuh tonjolan kecil yg terselip disela kemaluannya, Elis menggelinjang.. Aku menggerakkan lidahku lebih cepat, terdengar Elis merintih pelan.. Aku semakin menggila dikuasai oleh nafsu yg semakin membludak.. Lidahku sesekali menjulur ke dalam lubang kemaluannya, menjilati rasa asin cairan kemaluan Elis..

Setelah sekitar 15 menit aku menjilati clitorisnya, aku merasakan tangan Elis menarik rambutku.. ia mendorong tubuhku ke atas…

“Ya tuhan, ia menginginkanku sekarang.”.

Aku sedikit gemetar saat memposisikan tubuhku diatas tubuh telanjang Elis.. Kemaluanku terasa begitu keras mengacung oleh gairah… Dalam kegelapan aku membuka lebar pahanya, menyadari tak ada lagi penolakan dari gadis kecil ini.. 

Ibu jari tangan kananku bergerak pelan merangsang clitorisnya saat kepala kemaluanku menempel di bibir kemaluan Elis yg udah basah.. Dengan sedikit menekan aku merasakan kepala kemaluanku memasuki lubang nikmat yg masih sangat sempit itu.. Desahan nafas Elis terdengar serak,

“aa..akhh….” saat kemaluanku yg cukup besar memasuki tubuhnya.

Aku terus menekannya dalam dalam, merasakan ujung kemaluanku menyentuh dinding vaginanya.. selama beberapa detik aku tak menggerakan pinggulku.. hanya merasakan jepitan kemaluannya yg mengalirkan sensasi luarbiasa ke sekujur tubuhku..

lalu perlahan, sambil mencium puting toketnya, aku mulai bergerak…. Kedua tangan Elis mencengkram kepalaku, ia merintih.. pelan.. tapi membuatku semakin bernafsu.

Kemaluanku bergerak semakin cepat, menerobos keluar masuk dalam irama yg teratur… Aku mendekap tubuh Elis erat, keringat mulai membasahi tubuh kami, saat genjotanku semakin cepat.. aku menciumi lehernya, menjilati telinganya.. Sesekali suara Elis terdengar seperti isak tangis, tapi sesaat kemudian ia merintih… mendesah…

Aku seperti tenggelam dalam lautan kenikmatan, melupakan sekelilingku.. Melupakan istriku yg sedang terlelap di kamar tidur kami.. Seluruh panca inderaku hanya merasakan apa yg sedang terjadi di atas tempat tidur kecil ini..

Setelah beberapa lama, aku semakin menggila.. menggenjot kemaluanku lebih keras dan lebih cepat… seperti kesetanan menyetubuhi tubuh gadis kecil itu, melupakan kenyataan bahwa tubuhnya belum terbiasa dengan kemaluanku yg berukuran cukup besar, saat ini begitu tegang mengeras mengocok-ngocok kemaluannya.. 

Elis menjerit lirih, mencengkram leherku…

“sssaakiiitthhhh..!” Aku terengah-engah, mataku mulai terbiasa dalam gelap… menatap tubuh kecil itu begitu indah.

Aku melahap toketnya dengan rakus, mempermainkan putingnya dengan lidah..

“oh…hh.. ookh…” Suara rintihan Elis tiba-tiba saja membuatku bergetar.. tubuhku seperti dialiri listrik.. mengalir dari ujung kaki merayapi paha, pantat dan selangkanganku… Rasanya aku tak tahan lagi menahan dorongan kenikmatan ini lebih lama lagi…

Oogghhh..hh…. Berusaha untuk menunda puncak kenikmatanku, aku berhenti menyetubuhinya, lalu berbaring di sebelah Elis.. Aku menarik nafas panjang berusaha mengatur nafasku yg terengah engah..

Elis memelukku, lalu kami berpelukan erat seperti sepasang kekasih yg sedang di mabuk cinta.. Aku menuntun tangan kecil Elis untuk menyentuh kemaluanku.. Awalnya ia hanya meremas2 batang kemaluanku dengan ragu-ragu, tapi beberapa saat kemudian ia mulai mengocoknya dengan cepat..

Ahh… aku meremas toketnya sambil sesekali mempermainkan putingnya… Elis tiba-tiba memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya.. augh… ia mulai mengisap kemaluanku dengan bernafsu sambil meremasremas biji zakarku..

Rupanya Elis sudah dikuasai oleh nafsu berahinya, karena sifat malu2nya hilang saat ini, berganti dengan sikap agresif mengocok dan meremas kemaluanku.. menjilati biji zakarku Akhhh.

Jantungku berdegup semakin kencang ketika Elis menaiki tubuhku.. ia menindihku, menciumi perutku, menjilati puting susuku.. lalu… ia mengarahkan kepala kemaluanku ke selangkangannya..

“Oookkkhhh…..hh…” Elis merintih saat kemaluanku kembali memasuki lubang senpit kemaluannya, ia mulai bergerak pelan naik turun.. 

Kepalanya rebah di dadaku, toketnya menempel di perutku.. hanya bagian pinggulnya yg bergerak naik turun..

Aku merasakan sensasi yg lain.. Aku hanya berbaring terlentang, sementara Elis bergerak di atas selangkanganku.. kemaluannya ketat menjepit batang kemaluanku, mengurutnya dengan sempurna.

Elis bergerak semakin cepat, menimbulkan suara kecipak yg erotis.. Aku mengangkat tubuhku hingga duduk, kedua tangan Elis melingkari leherku.. Kami mulai berciuman, lidah saling berbelit.. 

Elis menciumku dengan sangat bernafsu, lidahnya seperti menari dalam mulutku.. Aku mulai merasakan getaran kenikmatan itu semakin menggila..

“Oooogghhhh..hhh….!” Elis mempercepat gerakan pinggulnya, mengurut batang kemaluanku lebih cepat, lebih ketat…… dan……. “AAAaaa…ghhh…” Kedua tanganku mencengkram pantat Elis, meremasnya… lalu, sambil menggeram panjang.. aku meledak dalam kenikmatan yg luarbiasa..

Elis menciumi leherku, menggenjot kemaluanku dengan cepat.. Aku kelojotan dalam pelukan Elis, ia memutar pinggulnya, menekan kemaluannya hingga kemaluanku seperti menembus tubuhnya… 

Elis memelukku erat, membenamkan wajahku di sela-sela toketnya yg kenyal dan padat… lalu mencium keningku… Hugel (Hubungan gelapku)dengan Elis terus berlanjut hingga saat ini…Yahh semoga Cerita sex terbaru dapat mengobati gairah sobat semua.

Related Posts:

Cerita Seks Ngentot Tante Toket Kenyal

Kisahku kali ini akan menceritakan tentang pengalaman yang tak terduga di sebuah diskotik yang berujung pada persenggamaan yang penuh gairah dengan Mbak Santi dan Lina. 

Mari ikuti kisah selengkapnya untuk merasakan sensasi kenikmatan yang tak terlupakan.

Kisahku berawal kurang lebih 1 bulan yang lalu. Dengan kepandaianku mengelola bisnis saat itu aku telah memiliki banyak pelanggan di bengkelku. Kebanyakan dari mereka adalah para karyawan yang bekerja di wilayah perkantoran itu. 

Cerita Seks Ngentot Tante


Salah satunya sebut saja Mbak Santi, usianya 35 tahun. Ia adalah seorang manager di suatu perusahaan. Wajahnya cukup menarik, dengan kulit putih bersih. Tubuhnya sangat seksi, padat, dan berisi.

Yang menjadi pusat perhatianku adalah bentuk payudaranya. Bentuknya besar, tapi terlihat serasi dengan postur tubuhnya. 

Aku sering membayangkan jika suatu saat dapat merasakan halusnya kulit dadanya dan meremas bahkan mengulum putingnya susunya. Malam itu saya sedang menunggu Taksi mau pulang, karena mobil yg biasa saya pakai, dipinjam adik.

Saya baru saja selesai menutup bengkel. Sekitar 10 menit saya menunggu, datang mobil sedan menghampiriku, lalu kaca mobil itu terbuka, dan kulihat Mbak Santi di dalam mobil mewah itu memanggilku, dia pun bertanya. 

“Mau kemana An..? kok sendirian, mau saya antar nggak?” Tanpa basa-basi saya lalu memasuki mobil mewah itu, kemudian kita mengobrol di dalam mobil. Singkat kata Mbak Santi mengajakku ke diskotik, waktu itu malam minggu.

Sesampainya di diskotik. Kami mencari table yang kosong dan strategis di pojok tapi bisa melihat floor dance. “Saya sedang pesan lagi satu untuk kita berdua,” kata Mbak Santi. Untuk “on”, saya memang butuh dorongan inex, tapi cukup setengah, sementara satu setengahnya lagi untuk Mbak Santi. 

Ternyata takaran satu setengah baru cukup untuk Mbak Santi. Ternyata Mbak Santi suka triping. Pesanan tak lama datang. Kubayar bill-nya. Ditanganku ada dua butir pil inex, yang satu saya bagi dua.

Mbak Santi segera menelan satu setengah, dan sisanya untuk ku. Setelah 15 menit, Mbak Santi terlihat semakin on. Maka kami berjoget, menari-nari, dan berteriak gembira di dalam diskotek yang penuh dengan orang yang sama-sama triping. 

Saat saya berdiri dan melihat Mbak Santi “ON” berjoget dengan erotisnya, tak lama kemudian Mbak Santi menghampiri dan merapatkan tubuhnya yang mulus itu ke depanku. Ia mengenakan t-shirt putih dan celana warna gelap.

Dalam keremangan dan kilatan lampu diskotek, ia nampak manis dan anggun. Saya kembali menyibukkan diri dengan bergoyang dan memeluknya belakang tubuhnya. 

Sesekali tangan ku dengan nakal meremas dada Mbak Santi yang masih tertutup kemeja, Tanganku kian nakal mencoba berkelana dibalik kemejanya dan meremas ke dua gunung kembarnya yang masih terbalut BH.

Tanganku akhirnya dapat merasakan halus dari payudara Mbak Santi, jari-jari ku mencari-cari puting payudara Mbak Santi dengan menyusup ke dalam BH Mbak Santi.

Saya remas dada Mbak Santi dengan perasaan, lalu tanganku bergerak ke punggung Mbak Santi berusaha membuka pengait bra itu, aku sudah berhasil melepas pengait BH nya sehingga dengan bebas tangan kananku membelai dan meremas buah dadanya yang keras sementara tangan kiriku masih tetap mendekapnya dan mulutku pun menciumi leher jenjang itu, sambil tanganku memainkan puncak puting susu itu hingga memerah akibat remasan tanganku.

Sementara Mbak Santi hanya memejamkan matanya meresapi setiap jamahan tangan dan terus bergoyang mengikuti irama, saya terus mengelus dadanya sehingga membuat Mbak Santi dari gerakan tubuhnya Mbak Santi memang kelihatan ingin sekali dipuasi, terlihat dari pantatnya yang montok dan masih terbalut rok, terus merapat ke ke belakang.

“Kamu sudah on berat ya?” katanya. Saya tersenyum, kupeluk tubuhnya dan kucium pipinya.

Pada pukul 02.00 pagi, DJ mengumumkan discothique akan terus buka sampai pukul 05.00. Pengunjung bersorak-sorai riang gembira. Tapi Mbak Santi kelihatannya sudah mulai “Droop”. “Sayang saya sudah lelah,” keluh Mbak Santi. 

“Ah, masa lelah, sayang,” ucapku sambil terus memeluk erat dan menciumi leher belakangnya. “Sayang.. kita pulang yuk..,” katanya. “Saya ingin istirahat”. “Pulang ke mana?” tanyaku. “Ke mana aja” jawabnya.

Saya baru mengerti, bahwa dia ingin lanjut ke tempat tidur. “Saya sebenarnya sudah booking kamar di hotel dekat sini” ujarnya. “Kalau begitu. kita ke sana” “Tapi tunggu, saya mau bilang temen dulu yang lagi digaet cowok di pojok sana,” katanya. 

Tepat pukul 02:30 dini hari kami keluar dari discothique tersebut dengan rasa puas dan senang terus kami menuju ke hotel. 

Sesampainya kami dikamar Mbak Santi langsung berjoget lagi kali ini tanpa musik tapi dia yang bernyanyi dan sembari melucuti pakaiannya pas seperti orang sedang menari striptis, saya hanya melihat dan duduk disebuah kursi sofa yang ada tepat didepan jendela.

Sambil menari dan melucuti pakaiannya Mbak Santi menghampiri saya dan segera jongkok didepan saya sambil membuka resleting celana saya, saya hanya memperhatikan apa yang akan dilakukannya,

 “Wowww.. besar dan kencang sekali.. buat Santi ya..” Kemudian Mbak Santi mengulum penisku yang menegang sejak tadi. 

“Ooogghh.. sshh.. enak sekali San..”, ucapku. Dia mengeluarkan penis saya yang sudah setengah tegang dan langsung diisapnya dalam-dalam. 

Jago memang Mbak Santi dalam memainkan isapannya, sambil mengisap lidahnya terus menari dan meliuk diteruskan ke buah zakar saya, setelah 10 menit naik dan turun dia isap dan jilatin penis saya, Mbak Santi melemparkan tubuhnya ke atas kasur, dan jatuh telentang.

Langsung saya menyergapnya, dan kami bercumbu dengan dorongan nafsu sangat tinggi karena pengaruh inex. Kami berciuman, beradu lidah dan bergantian mengisapnya. Kuciumi pipinya, matanya, keningnya, dagunya. 

Kujilati daun telingaya, dan kusodok-sodok lubang telinganya dengan lidahku. Tanganku tak diam. 

Mengelus dan meremas rambutnya, menyusuri leher dan belahan dadanya. Kuusuap-usap perutnya, punggungnya, dan bokongnya. Kubekap vaginanya yang ditumbuhi bulu halus nan rimbun.

Jari manis dan telunjukku merenggangkan pinggiran vagina Rani. lalu jari tengahku mengorek-ngorek klitorisnya dengan penuh perasaan. “Ooh.. sshh.. aahh..!” desah Mbak Santi. “Sayang..,” dengusku sambil terus mencumbunya. 

Aku menarik tanganku dari vagina Mbak Santi. Kini kedua tanganku mengelus-elus pinggiran payudaranya. Berputar sampai akhirnya meremas bagian putingnya. Akhirnya anganku tercapai. 

“Oooh.. terus.. say..!” desah Mbak Santi lagi. Saya jilati pinggiran buah dadanya, lalu menghisap putingnya. “Oohh.. sayang..!” Mbak Santi merintih nikmat. Mbak Santi bangkit dan mendorong aku supaya telentang.

Ia melakukan cumbuan meniru caraku. Ia pun membekuk penisku dan mengelusnya dengan tekanan yang membangkitkan birahi. Mbak Santi memutarkan badan di atas tubuhku yang telentang. Ia menciumi dan menjilati penisku sementara vaginanya disumpalkan ke mulutku.
Akhirnya Mbak Santi menjatuhkan diri ke tempat tidur dan menarik tanganku. 

Sementara buah dadanya kian kencang. Putingnya kian memerah. Nafasnya tersengal-sengal. Keringat sudah membasahi sekujur tubuhnya. Seperti keringatku. Juga nafasku.

Juga si nagaku yang sudah meronta. Dia sepertinya bingung ketika kuambil dua bantal. Dengan lembut kuangkat tubuhnya, lalu bantal itu kuletakkan di bawah pantatnya. Menyangga tubuh bagian bawahnya. 

Membuat pahanya yang putih mulus kian menantang. Terlebih ketika bukit venus dengan bulu-bulu halusnya menyembul ke atas. 

Membuat magmaku terasa mau meledak. Dia mengerang saat lidahku kemudian jemariku mengelus-elus bulu-bulu itu. 

Dia menjerit saat kucoba menguak kemaluannya dengan jari telun-jukku. Otot pahanya meregang saat kuhisap clitorisnya. “Masukkan penismu, cepat sayang,” rintihnya. “Aahh..!” rintihan kenikmatannya kali ini terdengar nyaris seperti jeritan.

Aku jongkok di pinggir tempat tidur, kutarik kaki Mbak Santi sampai bokongnya berada di tepi ranjang. Kusingkap selangkangannya, dan kulumat vaginanya yang sudah becek. 

Kubalikkan tubuhnya, kujilati bokongnya sambil sesekali setengah menggigitnya. Kukorek-korek anusnya dengan jari tengahku. “Ouuwww.. ooh.. sshh.. sayang, cepet masukan!” katanya memelas-melas.

Semakin Mbak Santi memanas birahi, aku semakin terus mempermainkannya dan belum mau melakukan penetrasi. Aku melihat Mbak Santi sampai meneteskan air mata menahan orgasme.

Dipegangnya penisku yang sudah membesar ini. Dia bimbing dan penisku terasa menyentuh bibir kemaluannya.

Dia melepaskan pegangannya. Kudorong sedikit. Dia menjerit. Kutahan nafas. Lalu kutekan lagi. Dia memekik. Pada dorongan kesekian kalinya sasaran lepas lagi. Dia terengah-engah. Aku mengambil posisi. Duduk setengah jongkok, kedua kakinya kutarik. Membuat jepitan atas tubuhku. 

Kuarahkan penisku ke lubang yang basah dan menganga itu. Ketika kudorong dia meremas rambutku kuat-kuat. Kutekan. Dan kutekan terus. Tak memperdulikan rintihannya. Kedua kakinya meregang ototnya. Dengan penuh keyakinan kutambah tenaga doronganku.

Pertama terasa gemeretaknya tulang. Kemudian terasa sesuatu yang plong. Membuat dia menjerit, merintih keras,

“Acchh.. sshh..” Ketika kupacu dia dengan irama yang lambat dia mengerang, menjerit, merintih terus. Kuubah posisi. Kini kedua tanganku berada di belakang punggungnya. Membuat kaitan diantara ketiaknya. Dia meremas rambutku seiring dengan naik turunnya tubuhku. 

Kukunya mencengkram punggungku ketika kukayuh pantatku penuh irama. Naik dan turun. Tarik dan dorong. Rintihan dan jeritannya seakan tak kupedulikan. Aku berhenti di tengah jalan. Dia meronta. Membuka matanya.

Dengan wajah kuyu. Dari keringat kami yang menyatu. Tanpa diduga, dia mulai mengikuti irama permainanku. Dengan menahan rasa sakit dia menggerakkan pinggulnya. Memutar dan memutar. Sesekali menyentak tubuhku yang di atasnya. 

Tak lama kemudian Mbak Santi merubah posisi menduduki pahaku, memegang penisku dan dimasukkannya pelan ke vaginanya. 

“Uppss.. ooh..” rasanya nikmat sekali penisku didalam vaginanya. Mbak Santi terus bergoyang naik turun. “Ahh.. enak..”erangku. Mbak Santi terus bergoyang sambil menjerit kecil. Dadanya yang naik turun langsung kuremas. Lalu kubalikkan posisinya kebawah.

Dan aku gantian memompanya dari atas. Aku terus memompa sampai akhirnya dia mengerang panjang. Otot vaginanya berkontraksi meremas penisku “Oghh.. saya sudah keluar sayang..” erang Mbak Santi. 

Tiba-tiba, pintu kamar ada yang mengetuk. “San.. San!” suara perempuan. Aku kaget dan sempat terhenti mencumbu Mbak Santi. “Teruskan, sayang..! Itu temanku, biarkan saja,” kata Mbak Santi.

“San..!” pintu diketuk lagi diikuti suara panggilan. “Masuk aja, Lin, enggak dikunci, kok” ujar Mbak Santi. “Huuss..!! Kita lagi nanggung dan bugil begini masa temenmu disuruh masuk..?” sergahku.

“Engga apa-apa, cuek aja..” kata Mbak Santi enteng sambil tersenyum manis. “Wah, rupanya lagi pada asyik nih,” kata Lina begitu membukakan pintu dan masuk ke dalam kamar. 

Aku masih dalam posisi jongkok dan penisku masih di dalam vagina Mbak Santi, dan hanya menyeringai melihat kedatangan Lina.

“Mana cowokmu tadi?” tanya Mbak Santi. “Tahu kamu pulang ke hotel bawa cowok, yah aku dibawa ke hotel lain” sahut Lina. Aku masih bengong mendengar percakapan dua cewek cantik itu. 

Tiba-tiba tangan Mbak Santi menarik tanganku yang tersampir di pahanya. “Ayo sayang goyangin penismu, jangan kalah sama Lina” desak Mbak Santi. Aku berdiri dan mengangkat tubuh Mbak Santi ke tengah tempat tidur.

Penisku yang sudah tegang dari tadi, segera saya tembakkan lagi ke dalam lubang vagina Mbak Santi yang sudah tidak perawan tapi masih terasa lengket. Kami sama-sama merasakan kehangatan yang nikmat. “Yang dalam.. cepat.. ah.., enak..” pinta Mbak Santi. Aku pompakan penisku dengan penuh gairah. 

Sementara Lina pergi ke kamar mandi dan mengurung diri disana. Mungkin berendam di bathtub. Pengaruh inex membuat daya tahan persenggamaanku dengan Mbak Santi cukup lama. Berbagai gaya kami lakukan. 

Mbak Santi beberapa kali mengerang dan menggigit pundakku saat mencapai orgasme. Sementara penisku masih anteng dan melesak-lesak ke dalam vagina Mbak Santi.

“Aduh.. capek, sayang..!” rintih Mbak Santi. “Istirahat dulu.. yah..?” “Sabar, dong, say. Aku sangat menikmati hangatnya vaginamu,” rayuku. Mbak Santi lantas menggelepar pasrah, tidak kuasa lagi menggerak-gerakkan tubuhnya yang lagi kugarap. 

Matanya terpejam. Aku semakin terangsang melihatnya tak berdaya. Kami sudah bermandikan keringat. Tapi penisku masih tegang, belum mau memuntahkan sperma. 

Akhirnya aku kasihan juga sama Mbak Santi yang sudah keletihan dan nampak tertidur meski aku masih menggagahinya. Aku mendengar bunyi keciprak-kecipruk di kamar mandi.
Spontan aku bangkit dan melepas penisku dari vagina Mbak Santi.

Dengan langkah pelan supaya tidak membangunkan Mbak Santi dari tidurnya, aku berjalan dan perlahan membuka pintu kamar mandi. Benar saja Lina sedang berendam di bathtup dengan tubuh bugil. Ia nampak sedang menikmati kehangatan air yang merendamnya. Kepalanya bersender pada ujung bathtub. 

Aku menghampirinya dengan penis yang masih tegang. Mata lina terbuka dan kaget melihatku berdiri di sisi bathtup, menghadap ke arahnya. “Mana Santi?” tanyanya setengah berbisik sambil matanya turun naik melihat ke arah muka dan penisku yang ngaceng.

“Dia tidur.. jangan berisik,” kataku sambil naik ke dalam bathtup dan langsung menindih tubuh Lina yang sintal dan pasrah. Kami bergumul dalam cumbuan yang hot.

“Lin kamu diatas yah.. ” Sekarang posisiku ada di bawah, dia segera naik keatas perutku dan dengan segera di pegangnya penisku sambil diarahkan kevaginanya, kulihat vaginanya indah sekali, dengan bulu-bulu pendek yang menbuat rasa gatal dan enak waktu bergesekan dengan vaginanya.

“Aaawww.. enak banget vagina kamu Lin..” “Enak kan mana sama punya Santi..?” Katanya sambil memutar pantatnya yang bahenol.

Rasanya penisku mau patah ketika diputar didalam vaginanya dengan berputar makin lama makin cepat.

“Ah.. Lin.. enak banget ah..” Aku pun bangun sambil mulutku mencari pentil susunya, segera kukemut dan kuhisap. “Ton.. saya mau keluar..” “Rasanya mentok.. ah..” Memang dengan posisi ini terasa sekali ujung batangku menyentuh peranakannya.

“Ah.. ah.. eh..” suaranya setiap kali aku menyodok vaginanya. Kugenjot vaginanya dengan cepat. Dia seperti kesurupan setiap dia naik turun diatas batangku yang dijepit erat vaginanya, “Lin mau keluar..” Kupeluk erat dia sambil melumat putingnya.

Kupompa vaginanya sampai kami tak sadar mengeluarkan desahaan dan rintihan birahi yang sampai membangunkan Mbak Santi. 

Mbak Santi tiba-tiba berdiri di pintu kamar mandi dengan tubuh bugil dan matanya menatap aku dan Lina yang lagi bersetubuh. 

“Gitu yah, enggak puas dengan aku kamu dengan Lina,” hardik Mbak Santi dengan nada manja, pura-pura marah. Eh, malah Mbak Santi kini ikut naik ke dalam bathtup.

“San, ayo gantian, aku sudah dua kali dibikin keluar, sampai lemes rasanya. Cowokmu ini terlalu perkasa,” kata Lina.

“Ayo sayang, sekarang aku akan membuat penismu muntah,” kata Mbak Santi. 

Segera Mbak Santi hampiri saya di dalam bath yang penuh dengan air, ditonton Lina yang duduk di ujung bathtup sambil membasuh vaginanya, dan pahanya menjadi sandaran kepala Mbak Santi.

Kusuruh dia nungging, maka terlihatlah lubang vaginanya yang basah dan berwarna merah, kuarahkan kepala penisku ke lubang tempiknya secara perlahan-lahan. 

Kutekan penisku lebih dalam lagi, dia menggoyangkan pantatnya sambil menahan sakit. Terdengar suara kecroot, kecroot bila kutarik dan kumasukan penisku di lubang vaginanya, karena suara air kali ya.

Mbak Santi semakin histeris, sambil memegang pinggiran Bath Tub dia goyangkan pinggulnya semakin cepat dan suara kecrat, kecroot semakin keras. Tak lama kemudian.

“Aduh say aku nggak tahan lagi ingin keluar..”. “Aduh sayang.. terus..” Mbak Santi terkulai lemas dan vaginanya kurasakan semakin licin, sehingga pahaku basah oleh cairan vaginanya yang keluar sangat banyak. 

Sebenarnya aku juga sudah nggak tahan ingin keluar, apalagi mendengar desahan-desahan yang erotis pada saat Mbak Santi akan orgasme. “Aduh, sayang, aku kalah lagi nih, sudah mau orgasme!” Cairan hangat terasa masih mengalir dari dalam vagina Mbak Santi.

Aku masih terus menggenjot vaginanya. Wajah Mbak Santi terlihat pucat karena sudah keseringan orgasme. Melihat wajah cantik yang melemah itu, genjotanku dipercepat. “Sayang, saya mau keluar nich..” “Keluarkan di dalam aja sayang, kita keluarin bersamaan, Santi juga mau keluar.” 

Dan Akhirnya spermaku mendesir ke batang jakar dan aku mencapai orgasme yang diikuti pula dengan orgasme Mbak Santi. Air maniku keluar dengan derasnya ke dalam vagina Mbak Santi dan Mbak Santi pun menikmatinya.


“Akhirnya saya berhasil membuatmu mencapai puncak kenikmatan sayang,” kata Mbak Santi sambil memeluk dan menciumi bibirku. Terasa nikmat, licin, geli bercampur jadi satu menjadi sensasi yang membuatku ketagihan.


Kami bertahan pada posisi itu sampai kami sama-sama melepaskan air mani kami. “Lin.. emut penisku sayang” kataku lalu mencabut penisku dari vaginanya Mbak Santi. Lalu Lina melumat 1/2 penisku hingga pejuhku habis keluar.


“Mhh.. ah.. enak sekali pejuhmu” katanya sambil mengocok ngocok penisku mencari sisa air pejuhku. “Tapi sebentar lagi nagaku akan bangun lagi lho. Lihat, sudah mulai menggeliat!” kataku, menggoda.

“Hhhaah..?” Mbak Santi dan Lina terkesiap bersamaan kompak. Kemudian aku segera keluar dari bathtup mendekati Lina dan menyuruhnya membelakangiku.

Dari belakang saya mengarahkan penisku ke vaginanya yang sudah basah lagi karena nafsu melihat saya dan Mbak Santi. Sleepp.. bless.. Aku langsung memasukkan penisku terburu buru, karena sempit waktu membuat kesakitan Lina. 

“Aduuh pelan pelan dong Say.., Lina sakit nih” katanya agak merintih. “Sorry Sayang aku terlalu nafsu nih” kataku lalu tanganku menyambar susunya yang menggelantung indah. 

Lalu aku mulai memaju-mundurkan pantatku sambil tanganku berpegangan pada susunya dan meremasnya. “Shh.. ahh.. shh..” kata Lina setengah merintih kenikmatan.

“Lin.. vaginamu sempit.. nikmat Lin..” teriakku mengiringi kenikmatanku pada kemaluan kami. Sleep.. bles.. cplok.. cplok.. irama persetubuhan kami sungguh indah hingga aku ketagihan. Kami melakukan posisi nungging itu lama sekali hingga kami sama-sama sampai hampir bersamaan.

“Shh.. ahh.. say, Lina sampai nih” katanya sambil kepalanya mendongak kebelakang. “Iya Lina sayang, saya juga sampai nih, didalam yah say..” kataku lalu menghunjamkan penisku dalam dalam divagina Lina.

Seerr.. croot..croot kami keluar hampir bersamaan lalu aku mencabut penisku dari vagina Lina. penisku terlihat basah dari air mani kami dan air kenikmatan Lina. 

“Ugh.. say enak banget..” katanya. Lalu kami duduk beristirahat ditepian sisi kamar mandi sambil menunggu sisa kenikmatan yang tadi kami lalui.

Related Posts:

Cerita Seks Ngentot Janda Mabuk

Cerita Seks Ngentot Janda Mabuk memperlihatkan keintiman yang terjadi antara seorang remaja dengan tetangga sebelahnya, seorang janda yang memiliki daya tarik yang sulit untuk diabaikan. 

Keingintahuan remaja terhadap seksualitas dan gairah yang muncul di antara mereka membuat cerita ini begitu menggugah. 

Mari kita ikuti perjalanan gairah dan kenikmatan yang dialami oleh kedua karakter ini dalam alur berikutnya.

Sebagai tetangga sebelah rumah, aku cukup akrab dengan semua anggota keluarga, sehingga aku bisa keluar masuk rumahnya dengan leluasa. 

Oh iya, sebelum aku lupa, Mbak Emi ini orangnya hitam manis dengan payudara cukup besar. Entahlah, aku sendiri saat itu tidak tau persis, karena masih “ingusan”. 

Yang aku tau, ukurannya cukup membuat anak seusiaku menelan ludah, kalau melihatnya.

Seperti orang Betawi jaman dulu pada umumnya, Mbak Emi ini suka sekali, terutama kalau hari sedang panas, cuma pakai bra saja dan rok bawah. 

Cerita ngentot Janda Seks


Mungkin untuk mendapatkan kesegaran. Nah aku seringkali melihat si Mbak dalam “mode” seperti ini. Usiaku saat itu sudah memungkinkan untuk bergairah melihat tonjolan payudaranya yang hanya ditutupi bra.

 Tapi yang paling membuatku menahan nafas adalah bentuk dan goyangan pantatnya. Pinggul dan pantatnya bulat dan bentuknya “nonggeng” di belakang. 

Kalau berjalan, pantatnya bergoyang sedemikian rupa membuat gairah remajaku yang baru tumbuh selalu tergoda.

Pembaca, Mbak Emi ini sudah tiga kali menjanda, dan semua warga kampung kami sudah tahu bahwa Mbak Emi ini memang “nakal” sehingga tidak ada pria yang betah berlama-lama menjadi suaminya.

Mbak Emi ini suka sekali menggodaku dengan mengatakan bahwa dia pengen sekali merasakan keperjakaanku.

Suatu kali, selepas maghrib, aku ke rumahnya. Tadinya aku ingin mengajak Udin, adiknya yang temanku untuk main. Aku masuk lewat pintu belakang karena memang sudah akrab sekali. 

Tapi di belakang rumahnya itu, ada Mbak Emi yang sedang duduk di kursi dekat sumur.

Aku bertanya ke si Mbak, “Udin ada?”.
“Kagak, dia ikut baba (Bapak) ama nyak (Ibu) ke Depok.” jawab si Mbak.

“Wah, jadi Mbak sendirian dong di rumah?” tanyaku basa basi.

“Iya, asyik kan? Kita bisa pacaran.” sahut si Mbak.
Aku cuma tertawa, karena memang sudah biasa dia ngomong begitu

“Duduk dulu dong Wan, ngobrol ama Mbak ngapa sih.” katanya.

Akupun duduk di kursi sebelah kirinya, si Mbak sedang minum anggur cap orangtua. Aku tahu dia memang suka minum anggur, mungkin itu juga sebabnya tidak ada suami yang betah sama dia.

“Si Amir mana mbak?” tanyaku menanyakan anaknya.
“Diajak ke Depok.” sahutnya pendek.
“Mau minum nggak Wan?” dia nawarin anggurnya.

Aku tidak menolak, aku juga suka minum, cuma karena orang tuaku termasuk berada, biasanya aku hanya minum minuman dari luar negeri. 

Tapi saat itu aku minum juga anggur yang ditawarkan Mbak Emi. Jadilah kami minum sambil ngobrol ngalor ngidul. Tak terasa sudah satu botol kami habiskan berdua. 

Dan aku mulai terpengaruh alkohol dalam anggur itu, namun aku pura-pura masih kuat, karena kulihat Mbak Emi belum terpengaruh.

Aku mulai memperhatikan Mbak Emi lebih teliti. Pandanganku tertuju ke toketnya yang hanya ditutupi bra hitam yang agak kekecilan. 

Sehingga toketnya seperti mau meloncat keluar. Wajahnya cukup manis, agak ke arab-araban, kulitnya hitam tapi mulus. Baru sekarang aku menyadari bahwa ternyata Mbak Emi manis juga. 

Rupanya pengaruh alkohol sudah mendominasi pikiranku.

Merasa diperhatikan si Mbak membusungkan dadanya, membuat penis remajaku mulai mengeras. Dan dengan sengaja dia membuat gerakan menggaruk toket kirinya sambil memperhatikan reaksiku. Tentu saja aku belingsatan dibuatnya.

Sambil menggaruk toketnya perlahan si Mbak bertanya.

“Wan kok bengong gitu sih?”
Bukannya kaget, aku yang sudah setengah mabok itu malah menjawab terus terang, “Abis tetek Mbak gede banget, bikin saya napsu aja.”

Eh, dia malah merogoh toket kirinya, terus dikeluarkan dari branya.

“Kalo napsu, pegang aja Wan. Nih,” katanya sambil mengasongkan toketnya ke depan.

“Diemut juga boleh Wan.” tambahnya.
Aku yang sudah mabok alkohol, semakin pusing karena ditambah mabok kepayang akibat tantangan Mbak Emi.

“Boleh Mbak?” tanyaku lugu.

“Dari dulu kan Mbak udah pengen buka “segel” Irwan. Irwannya aja yang jual mahal.” katanya sambil memegang kepalaku dengan tangan kirinya dan menekan kepalaku ke arah toketnya.

Aku pasrah, perlahan mukaku mendekat ke arah toket kirinya yang sudah dikeluarkan dari bra itu. Dan hidungku menyentuh pentilnya yang cokelat kehitaman. Segera aroma yang aneh tapi membuat kepalaku seperti hilang menyergap hidungku. 

Dan keluguanku membuat aku hanya puas mencium dengan hidungku, menghirup aroma toket Mbak Emi saja.

“Waan.” tegur Mbak Emi.
“Apa Mbak?” tanyaku sambil menengadah.
“Jangan cuma diendus gitu ngapa. Keluarin lidah Irwan, jilatin pentil Mbak, terus diemut juga. Ayo coba” Mbak Emi mengajariku sambil kembali tangannya menekan kepalaku.

Aku menurut, kukeluarkan lidahku, dan kujilati sekitar pentilnya yang kurasakan semakin keras di lidahku. Dan sesekali kuemut pentilnya seperti bayi yang menyusu pada ibunya. 

Ku dengar Mbak Emi mengerang, tangannya meremas rambutku dan berkata.

“Naah, gitu Wan. Terusin Waann. Gigit pentil Mbak Wan, tapi jangan kenceng gigitnya, pelan aja.” pinta si Mbak.

Akupun menuruti permintaannya. Kugigit pentilnya pelan, erangan dan desahannya semakin keras. Dengan lembut si Mbak menarik kepalaku dari toketnya, wajahku ditengadahkan, lalu dia mencium bibirku dengan penuh gairah. 

Bibirku diemut dan lidahnya bermain dengan lincahnya di dalam mulutku. Aku terpesona dengan permainan lidahnya yang baru sekali ini kurasakan. Getaran yang diberikan Mbak Emi melalui lidahnya menjalar dari sekujur bibirku sampai ke seluruh tubuhku dan akhirnya masuk ke jantungku. 

Aku terbawa ke awang-awang. TIdak hanya itu, Mbak Emi menjilati sekujur wajahku, dari mulai daguku, ke hidungku, mataku semua dijilat tak terlewat satu sentipun.

Terakhir lidah Mbak Emi menyapu telingaku, bergetar rasanya seluruh tubuhku merasakan sensasi yang Mbak Emi berikan ini. “Ngesex Janda HOT”
Sambil menjilati telingaku, tangannya menarik tanganku dan dibawanya ke toketnya, sambil membisikkan, “Remes-remes tetek Mbak dong Waann.

” Aku menurutinya, dan kudengar desahan si Mbak yang membuatku semakin bergairah, sehingga remasanku pada teteknya juga semakin intens.

“Aauugghh.. Sshh.. Naahh gitu Wan.”
Lalu diapun kembali menjilati daerah telingaku. Aku semakin terbuai dengan permainan Mbak Emi yang ternyata sangat mengasyikkan untukku ini. 

Lalu Mbak Emi kembali menciumi bibirku, dan kami saling berpagutan. Aku jadi mengikuti permainan lidah Mbak Emi, lidah kami saling membelit, menjilat mulut masing-masing. 

Kembali kurasakan tekanan tangan Mbak Emi yang membimbing kepalaku ke leher dan telinganya. Akupun melakukan seperti yang dilakukan Mbak Emi tadi.

Kujilati telinganya, dan dia mendesah kenikmatan. Lagi, dia menekan kepalaku untuk mencapai teteknya yang semakin mencuat pentilnya. 

Aku mencoba mengambil inisiatif untuk memegang vaginanya. Tangan kiriku bergerak turun untuk menyentuh bagian paling intim Mbak Emi. Tapi Mbak Emi menahan tanganku.

“Nanti dong Waan, sabar ya sayaanng.” Aku sudah gemetar menahan gairah yang kurasakan mendesak di sekujur tubuhku.

“Mbak, Irwan pengen Mbak.” pintaku.
“Pengen apa Waan,” tanya Mbak Emi menggodaku.

“Pengen liat itu.” kataku sambil menunjuk ke selangkangan Mbak Emi yang masih tertutup rok merah dari bahan yang tipis.

“Pengen liat memek Mbak?” Mbak Emi menegaskan apa yang kuminta.
“Iya Mbak.” jawabku.

“Itu sih gampang, tinggal Mbak singkapin rok Mbak, udah keliatan tuh.” kata Mbak Emi sambil menyingkapkan roknya ke atas, sehingga terlihat celana dalamnya yang berwarna biru tua.

Dan kulihat segunduk daging di balik celana dalam biru tua itu. Aku menelan ludah dan terpaksa menahan untuk tidak limbung. Sungguh luar biasa bentuk gundukan di balik celana dalam itu. 

Aku memang baru pertama kali melihat gundukan memek, tapi aku yakin kalo gundukan memek Mbak Emi sangat montok alias tembem sekali. 

Dan Mbak Emi memang sengaja ingin menggodaku, dia menahan singkapan roknya itu beberapa lama, dan saat aku ingin menyentuhnya, dia kembali menutupnya sambil tertawa menggoda.

“Jangan disini dong Wan. Ntar kita digerebek lagi kalo ada yang tau.” kata Mbak Emi sambil berdiri dan menuntun tanganku ke dalam rumahnya.

Bagai kerbau dicocok hidungnya akupun menurut saja. Aku sudah pasrah, aku ingin sekali merasakan nikmatnya Mbak Emi. 

Dan yang pasti aku sudah telanjur hanyut oleh permainannya yang pandai sekali membawaku ke dalam jebakan kenikmatan permainan sorgawinya.

Mbak Emi menuntunku ke kamarnya. Tempat tidurnya hanya berupa kasur yang diletakkan di atas karpet vinyl, tanpa tempat tidur. Lalu Mbak Emi mengajakku duduk di kasur. 

Kami masih berpegangan tangan. Mbak Emi melumat bibirku, dan kami berpagutan kembali. Lalu Mbak Emi menghentikan ciuman kami. Dia menatapku dengan tajam, lalu bertanya.

“Wan, kamu bener-bener pengen ngeliat memek Mbak?”

Aku mengangguk, karena pertanyaan ini membuatku tidak bisa menjawab. Semakin mabok rasanya. Mbak Emi kemudian melepaskan rok dan bra yang dipakainya dan sekarang tinggal celana dalamnya saja yang masih tersisa.

Kembali aku menelan ludah. Dan pandanganku terpaku pada gundukan di balik celana dalam Mbak Emi. Betapa montoknya gundukan memek Mbak Emi.

Lalu Mbak Emi berbaring telentang, kemudian dengan gerakan perlahan, Mbak Emi mulai menurunkan celana dalam sehingga terlepaslah sudah. 

Aku yang masih duduk agak jauh dari posisi memek Mbak Emi cuma bisa menahan gairah yang menggelegak di dalam jantung dan hatiku.

Benar saja, memek Mbak Emi sangat tebal, dagingnya terlihat begitu menggairahkan. Dengan bulu yang lebat, semakin membuatku tidak karuan rasanya.

“Katanya pengen ngeliat, sini dong liatnya dari deket Wan,” kata Mbak Emi.

“I iya Mbak,” sahutku terbata sambil mendekatkan wajahku ke selangkangan Mbak Emi. Dia melebarkan kedua pahanya sehingga membuka jalan bagiku untuk lebih mendekat ke memeknya.

“Niih, puas-puasin deh liatin memek Mbak, Wan.” kata Mbak Emi.

Setelah dekat, apa yang kulihat sungguh membuatku tidak kuat untuk tidak gemetar. Belahan daging yang kulihat ini sangat indah, berwarna merah, bulunya lebat sekali menambah keindahan. 

Di bagian atas, mencuat daging kecil yang seperti menantangku untuk menjamahnya. Aromanya, sebuah aroma yang aneh, namun membuatku semakin horny.

“Udah? Cuma diliatin aja? Nggak mau nyium itil Mbak?” pancing Mbak Emi sambil dua jari tangan kanannya menggosok-gosok daging kecil yang mencuat di bagian atas memeknya.

“Mm.. Mmau Mbak. Mau banget.” kataku antusias. Lalu tangan Mbak Emi menekan kepalaku sehingga semakin dekat ke memeknya. “Ya udah cium dong kalo gitu, itil Mbak udah nggak tahan pengen Irwan ciumin, jilatin, gigitin.”

Dan bibirkupun menyentuh itilnya, kukecup itilnya dengan nafsu yang hampir membuatku pingsan. Aroma kewanitaan Mbak Emi semakin keras menerpa hidungku. 

Mbak Emi mendesah saat bibirku menyentuh itilnya. Lalu kejilati itilnya dengan semangat, tidak hanya itilnya, tapi juga bibir memek Mbak Emi yang tebal itu aku jilati. Jilatanku membuat Mbak Emi mengejang seraya mendesah dan mengerang hebat.

“Sshh.. Aarrgghh.. Gitu Waann.. Oogghh..”
Suara rintihan dan desahan Mbak Emi membuatku semakin bergairah menjilati seluruh bagian memek Mbak Emi. Bahkan sekarang kumasukkan lidahku ke dalam jepitan bibir memek Mbak Emi. 

Tangan Mbak Emi menekan kepalaku, sehingga wajahku semakin terbenam dalam selangkangan Mbak Emi. Agak susah juga aku bernafas, tapi aku senang sekali.

Kumasukkan lidahku ke dalam lubang nikmat Mbak Emi, lalu ku jelajahi lorong memeknya sejauh lidahku mampu menjangkaunya. Tiba-tiba, kurasakan lidahku seperti ada mengemut. 

Luar biasa, rupanya memek Mbak Emi membalas permainan lidahku dengan denyutan yang kurasakan seperti mengemut lidahku.

Tubuh Mbak Emi menggelinjang keras, pinggulnya berputar sehingga kepalaku ikut berputar.

Tapi itu tidak menghentikan permainan lidahku di dalam jepitan daging memek Mbak Emi. 

Desahan Mbak Emi semakin keras begitu juga dengan gerakan pinggulnya, aku semakin bersemangat menjilati, dan sesekali aku menjepit itilnya dengan kedua bibirku, dan rupanya ini sangat membuat Mbak Emi terangsang, terbukti setiap kali aku menjepit itilnya dengan bibir, Mbak Emi mengejang dan mendesah lebih keras.

“Sshh, aarrghhgghh, Wan, itu enak banget waan..”

Tapi, putaran pinggul Mbak Emi terhenti, sebagai gantinya, sesekali dia menghentakkan pantatnya ke atas. Hentakan-hentakan ini membuat wajahku seperti mengangguk-angguk. Erangannya semakin keras, dan tiba-tiba dia menjerit kecil, tubuhnya mengejang, pantatnya diangkat keatas, sedangkan tangannya menekan kepalaku dengan kencang ke memeknya. 

Dan kurasakan di dalam memek Mbak Emi ada cairan yang membanjir dan ada rasa gurih yang nikmat sekali pada lidahku.

Desahan Mbak Emi seperti sedang menahan sakit. Tapi belakangan baru aku tahu bahwa ternyata Mbak Emi sedang mengalami orgasme. Dan pantat Mbak Emi berputar pelan sambil terkadang terhentak keatas, dan tubuhnya mengejang. 

Sementara itu, cairan yang membanjir keluar itu ada yang tertelan sedikit olehku, tapi setelah aku tahu bahwa rasanya enak, akupun menjilati sisa cairan yang masih mengalir keluar dari memek Mbak Emi. Mbak Emi kembali menggeliat dan mengerang seperti orang sedang menahan sakit.

Kepalaku masih terjepit dipahanya, dan mulutkupun masih terbenam di memeknya. Tapi aku tak peduli, aku menikmati sekali posisi ini. 

Dan tak ingin cepat-cepat melepaskannya. Tak lama kemudian, Mbak Emi merenggangkan pahanya sehingga kepalaku bisa bebas lagi. Kemudian Mbak Emi menarik tanganku. 

Aku mengikuti tarikannya, badanku sekarang menindih tubuhnya, kambali bibir kami berpagutan. Lidah saling belit dalam gelora nafsu kami.

Lalu Mbak Emi melepaskan ciumannya dan berkata, “Wan, terima kasih ya. Enak banget deh. Mbak puas. Ayo sekarang giliran Mbak.”

Mbak Emi bangun dari tidurnya dan akupun duduk. Dia mulai membuka pakaianku dimulai dari kemejaku. Setiap kali satu kancing baju terlepas, Mbak Emi mengecup bagian tubuhku yang terbuka. 

Dan saat semua kancing sudah terlepas, Mbak Emi mulai menjilati dadaku, pentilku disedotnya. Aku merasakan sesuatu yang aneh namun membuatku semakin bernafsu. Sambil menjilati bagian atas tubuhku, tangan Mbak Emi bekerj membuka celana panjangku dan melemparkannya ke lantai. 

Sekarang aku hanya tinggal mengenak celana dalam saja. Mbak Emi menyuruhku berbaring telentang. Aku menurut.

Lalu celana dalam ku diperosotkannya melalui kakiku, aku membantu dengan menaikkan kakiku sehingga Mbak Emi lebih mudah melepaskan celana dalamku. Dunia seperti terbalik rasanya saat tangan Mbak Emi mulai menggenggam tititku dan mengelus serta mengocoknya perlahan.

“Lumayan juga titit kamu Wan. Gede juga, keras lagi.” celetuk Mbak Emi.

Tak membuang waktu, Mbak Emi segera menurunkan wajahnya sehingga mulutnya menyentuh kepala tititku. Dikecupnya kepala tititku dengan lembut, kemudian dikeluarkannya lidahnya, mulai menjilati kepala, lalu batang dan turun ke.. Bijiku. 

Semua dilakukannya sambil mengocok tititku dengan gerakan halus. Lidahnya bergerak turun naik dengan lincahnya membuatku semakin tidak terkendali. 

Aku mendesah dan mengerang merasakan kenikmatan dan sensasi yang Mbak Emi berikan. Sungguh luar biasa permainan lidah Mbak Emi.

Setelah beberapa lama, Mbak Emi menghentikan lidahnya. Rupanya dia sudah merasa bahwa tingkat ereksiku sudah cukup untuk memulai permainan.

“Udah Wan, sekarang Irwan masukkin kontol Irwan ke memek Mbak. Adduhh, Mbak udah nggak sabar pengen disiram sama perjaka. Biar Mbak awet muda Wan.” kata Mbak Emi.

Aku tak mengerti maksud Mbak Emi, tapi yang jelas, sekarang Mbak Emi kembali tiduran dan menyuruhku mulai mengambil posisi di atasnya. 

Mbak Emi melebarkan kedua kakinya sehingga aku bisa masuk di antara kakinya itu. Kemudian Mbak Emi memegang tititku dan mengarahkannya ke memeknya yang sudah menanti untuk kumasuki.

Mbak Emi meletakkan tititku di depan memeknya, kemudian berkata, “Nah, sekarang teken Wan.”

Aku tidak menunggu lebih lama lagi. Segera kutekan tititku memasuki kegelapan memek Mbak Emi. Kurasakan tititku seperti dijepit daging yang sangat keras namun lembut dan kenyal, agak licin tapi sekaligus juga agak seret.

“Aagghh.. Pelan dulu Wan,” pinta Mbak Emi.

Saat kepala tititku sudah masuk, Mbak Emi menggoyangkan pinggulnya sedikit, membuatku semakin mudah untuk memasukkan seluruh tititku. Dan akhirnya terbenamlah sudah tititku di dalam memeknya. 

Jepitannya kuat sekali, namun ada kelicinan yang membuatku merasa seperti di dalam sorga. Kemudian Mbak Emi terdiam. DIa berkonsentrasi agaknya, karena tahu-tahu kurasakan tititku seperti disedot oleh memek Mbak Emi. 

Ya ampuun, rasanya mau meledak tubuhku merasakan denyutan di memek Mbak Emi ini. Tititku seperti dijepit dan tidak bisa kugerakkan. 

Seperti ada cincin yang mengikat tititku di dalam memek Mbak Emi. Aku agak bingung, karena aku tidak bisa bergerak sama sekali.

“Mbak, apa nih?” aku bertanya.
“Enak nggak Wan?” tanya Mbak Emi.
“Iya Mbak, enak banget. Apaan tuh tadi Mbak?” aku kembali bertanya.

Mbak Emi tidak menjawab, hanya tersenyum penuh kebanggaan. Kemudian Mbak Emi melepaskan jepitan memeknya pada tititku.

“Sekarang kamu gerakin keluar masuk titit kamu ya Wan.” perintah Mbak Emi.
Dan akupun mulai permainan sesungguhnya, kugerakkan tititku keluar masuk di lorong kenikmatan Mbak Emi. Setiap gerakan yang kubuat menimbulkan sensasi yang luar biasa, baik untukku maupun untuk Mbak Emi. 

Mula-mula pelan saja gerakanku, tapi lama-lama, mungkin karena nafsu yang semakin besar, gerakanku semakin cepat. Dan Mbak Emi mengimbangi gerakanku dengan putaran pinggulnya yang mengombang-ambingkan tubuhku.

Putaran pinggul Mbak Emi membuat seperti ada yang mau meledak dalam diriku.

“Hhgghh.. Oogghh.. Sshh, Waann. Kamu jago banget waann..” desah Mbak Emi.
Aku tidak tahu apa maksudnya, namun pujiannya membuatku semakin memacu “motor”ku menerobos kegelapan di lorong Mbak Emi. 

Lalu Mbak menghentikan putaran pinggulnya dan melingkarkan kakinya ke kakiku sehingga kembali aku tidak bisa bergerak leluasa.

“Wan, sekarang kamu diem aja, kamu rasain aja mpot ayam Mbak.” perintahnya.
Lagi, aku tak tahu apa maksudnya, namun Mbak Emi mencium bibirku dan lidahnya mengajakku berpagutan kembali.

“Mbak udah mau keluar lagi nih wan, kita barengin ya sayang, Mbak tanggung pasti enak deh.” kata Mbak Emi.

Tubuh Mbak Emi diam, namun kurasakan tititku seperti dijepit dan dipijit dengan lembut, benar-benar luar biasa memek Mbak Emi. Kembali desakan lahar dalam diriku menuntut dikeluarkan. Dan denyutan memek Mbak Emi terus saja mengemuti tititku membuatku merem melek. 

Dan akhirnya aku benar-benar tidak kuat menahan lahar yang mendesak itu.
“Mbakk.. Adduuhh.. Sayaa..” aku tidak dapat meneruskan kata-kataku, tapi Mbak Emi rupanya mengerti bahwa aku sudah hampir mencapai klimaksku.

“Tahan Wan, Mbak juga mau nyampe nih, Barengin ya Wan.” kata Mbak Emi.
Aku tak peduli, karena aku tidak bisa menahannya, dengan erangan panjang, aku merasakan tititku mengeras dan tubuhku mengejang. Kuhunjamkan tititku dalam-dalam ke memek Mbak Emi, dan menyemburlah lahar yang sudah mendesak dari tadi ke dalam memek Mbak Emi.

“Mbaaaaaaaak.. Aagghh..”

Croott… Crroott… Mbak Emipun menjerit kecil dan tubuhnya menegang, tangannya memeluk dengan kuat. Di dalam kegelapan memek Mbak Emi, semprotan air maniku bercampur dengan banjirnya air mani Mbak Emi. Aku tak bisa mengungkapkan bagaimana enaknya sensasi yang kurasakan. 

Pinggul Mbak Emi bergetar, dan menghentak dengan kerasnya. Memeknya berdenyut-denyut, enak sekali. Banyak selaki lahar yang kumuntahkan di memek Mbak Emi, ditambah lahar Mbak Emi, rupanya tidak mampu ditampung semuanya, sehingga sebagian meleleh keluar dari memek Mbak Emi dan turun ke belahan pantatnya.

Lama kami berdiam dalam posisi masih berpelukan, tititku masih terbenam di memek Mbak Emi. Tubuh kami bersimbah peluh, nafas kami masih memburu. Kemudian, Mbak Emi tersenyum, lalu menciumku.

“Kamu hebat banget Wan. Baru pertama aja udah bisa bikin Mbak puas. Gimana nanti kalo udah jago.” kata Mbak Emi.
“Mbak, Ma kasih ya Mbak. Enak banget deh tadi Mbak.” kataku.

“Sama-sama Wan, Mbak juga terima kasih udah dikasih perjaka kamu. Besok mau lagi nggak?” tantang Mbak Emi.

“Mau dong Mbak, siapa yang nggak mau memek enak kayak gini.” jawabku sambil mengecup bibirnya. Dan kamipun kembali berpagutan...

Related Posts: