ISTRI YANG MENGABULKAN MIMPIKU UNTUK MENYETUBUHI DUA WANITA SEKALIGUS

Pagi harinya aku dibangunkan oleh ciuman shinta di pipiku. Shinta sudah bangun terlebih dulu dan menyiapkan sebuah sarapan untukku. Dia rebah di sisiku dalam keadaan telanjang saat aku menyantap sarapan pagi ini dia atas ranjang bagaikan seorang raja saja. Kupandang dia dan tersenyum



“Ada yang salah?” tanyanya.

“Tidak ada. Tak ada yang salah sedikitpun. Tapi jika aku tahu jauh lebih awal caranya untuk mendapatkan layanan sarapan pagi di atas ranjang seperti ini, adalah dengan mengatur agar istriku disetubuhi sampai gila, pasti aku sudah melakukannya dari dulu” dia hanya tertawa saja sambil melihatku menyantap sarapan yang dihidangkannya



Setelah aku selesaikan sarapanku, dia bertanya

“Tentang semalam, bagaimana menurutmu? Kamu suka?”.



“Semalam sangat hebat. Kulakukan semua itu hanya untukmu, sayang. Semua wanita bermimpi untuk bercinta dengan dua orang lelaki sekaligus” jawabku.



Shinta memotongku dengan cepat ” Jadi sama juga dengan lelaki, semua lelaki mempunyai mimpi untuk menyetubuhi dua orang wanita dalam waktu yang sama”.



“Tentu. Lelaki mana yang tak akan suka bercinta dengan dua orang wanita diatas ranjang dan waktu yang sama”



Lalu dia mengajukan sebuah pertanyaan besar padaku “Kalau kamu disuruh memilih seorang wanita untuk bergabung dengan kita di atas ranjang, siapa yang akan kamu pilih?” tanyanya.

Ini adalah sebuah pertanyaan yang menjebak, pikirku dan aku harus sangat berhati-hati dengan jawaban pilihanku. Aku hanya tersenyum dan berkata padanya ” Siapa yang akan kamu pilihkan untukku…”.



“Tidak adil. Semalam kamu sudah memilihkan untukku dan aku menyukainya. Nah, katakana padaku siapa yang kamu pilih dan mungkin aku dapat memberikannya untuk kamu setubuhi malam ini”.



Kutunggu beberapa detik. Aku sangat ingin melakukannya, jadi aku harus berpikir keras. Tapi aku sudah tahu siapa yang aku inginkan. Dia adalah adik kandung Shinta sendiri, Dessi. Dia punya penampilan yang dapat membuat semua lelaki akan berlutut dan memohon agar dapat bercinta dengannya.



Tapi yang paling membuatku tergila-gila padanya adalah saat dia memakai rok. Dessi memilki sepasang paha yang mematikan… Tapi Dessi selalu terkesan dingin padaku setiap keluarga besar kami berkumpul. Tapi setiap kali aku memandangnya, hasrat untuk menyetubuhinya selalu membakar benakku.



Cukup sudah, kupikir kenapa aku tidak memberitahu istriku. Ku tatap langsung di matanya “Jika aku disuruh memilih seorang wanita yang akan ikut bergabung di ranjang kita, dia adalah Dessi, adikmu” jawabku. Aku yakin kalau dia akan marah dengan jawaban yang kuberikan.



Tapi dia malah hanya tersenyum dan mulai tertawa “Aku tahu itu. Bisa kulihat kalau kamu suka padanya karena kamu selalu memandangnya saat keluarga kita berkumpul. Kamu suka padanya”.



“Tentu saja aku suka padanya” sekarang adalah waktu untuk menentukan. “Apa yang membuatku tertarik dengan adikmu adlah pahanya. Kamu tahu kan, kalau aku sangat suka dengan paha yang indah” kataku padanya.

“Dan kamu ingin agar aku membawa dia ke ranjang kita agar kamu dapat menyetubuhinya, benar kan?” tanyanya.



Kamu kan bertanya padaku siapa yang aku inginkan” belaku.



Dia kembali tertawa “Apa kamu menginginkan Dessi nanti malam?’



“Ya…” jawabku. Dia kembali tersenyum.

Kami berdua turun dari ranjang dan mandi. Setelah itu dia menyuruhku untuk pergi keluar dan jangan kembali hingga nanti malam

“Aku akan mempersiapkan kejutan untukmu…”

Aku menuruti permintaannya. Kunyalakan mobilku dan pergi ke pusat kota. Pertanyaan besar menghantuiku, apakah dia bersungguh-sungguh dengan ucapannya itu… Akhirnya setelah melewati waktu yang seakan berabad-abad lamanya aku kembali ke rumah. Kubuka pintu depan dengan jantung yang berdetak keras dan masuk ke dalam rumah. Tak kujumpai seorangpun di ruang depan.



Begitu aku memasuki ruang keluarga, suara musik dari stereo set terdengar lembut, Dessi dan Shinta duduk di Sofa dan aku duduk di kursi di depannya. Mereka berdua beristirahat di atas sofa sambil mendengarkan suara musik yang mengalun pelan. Kuperhatikan mata Dessi terpejam dan dia hanya diam saja.



“Selamat datang sayang. Kejutan untukmu sudah siap” sambut istriku

Shinta memegang paha Dessi dan bertanya padanya “Rully, kamu mau tidur di mana?” tak ada jawaban dari Dessi.



“Kamu mau tidur di kamar yang mana malam ini?” Shinta kembali bertanya dan lagi-lagi tak ada jawaban dari adiknya.



“Kukira dia pingsan” Shinta meberitahuku. Aku hanya tertawa.



“Nah, kurasa lebih baik dia tidur di kamar kita”. Sambungnya lagi.



Aku tersenyum lagi “Kita tidak bisa melakukannya pada adikmu, sayang”.

“Percaya padaku saja. Dessi tak akan cepat bangun. Aku sudah memberinya enam butir obat tidur dosis tinggi” kata Shinta meyakinkanku.



“Kamu tak seharusnya melakukan itu, sayang” kataku padanya.



“Oh, diamlah dan bantu aku mengangkatnya ke kamar”. Jawabnya memotong.

Dengan berhati-hati kuangkat tubuh Dessi yang ramping ke kamar kami. Dia masih tetap terlelap saat kurebahkan dia ke atas ranjang. Shinta mendudukkannya lagi dan melepaskan kaos yang dikenakannya tepat di depanku. Tak ada bra di sana. Ini pertama kalinya kulihat payudaranya yang kencang secara langsung dan begitu dekat. Bukit daging itu sangat sempurna, putingnya mencuat keras menghiasi puncaknya.



“Bantu aku melepaskan roknya” kata Shinta pelan sambil merebahkan kembali tubuh Dessi. Begiru Shinta sudah melepaskan rok itu dari kaki adiknya, kembali aku mendapatkan sebuah kejutan lain. Dessi kecil, di usianya yang tiga puluh dua, dia membuat vaginanya tercukur bersih tanpa rambut.



Istriku melihatku memandangi vagina adiknya “Aku tahu kalau kamu akan menyukainya” katanya dengan nada menggoda. Setelah kami selesai menelanjangi Dessi dan merebahkannya dengan baik, istriku melucuti semua pakaiannya dan rebah disamping tubuh telanjang adiknya lalu menatapku.



“Nah, apa kamu mau naik ke atas ranjang sekarang?” tanyanya makin menggoda.

Layaknya orang gila saja, kutelanjangi diriku dengan cepat dan segera meloncat naik ke samping tubuh Dessi yang sebelahnya. Kuberi sebuah pandangan penuh Tanya pada istriku

“Sekarang apa?”.



“Lakukanlah, sentuh dia” jawab istriku.

“Mana mungkin? Nanti dia akan terbangun” kataku ragu.



Shinta tertawa keras



“Lihat. Dessi mulai kedinginan dan dia tak akan terbangun sampai besok”.

“Tentu” .



Shinta membuatku terkejut dan menaruh tangannya tepat di vagina adiknya yang dicukur bersih



“Iya kan. Jika dia bangun, apa bisa aku melakukan ini?”



“Terserahlah” jawabku.



Dan kembali aku dibuatnya terkejut ketika dibentangkannya lebar-lebar paha Dessi dengan tangannya lalu menusukkan dua jarinya ke dalam lubang vagina adiknya. Dessi hanya berbaring dan tak bergerak sama sekali. Shinta mengeluarkan kedua jarinya lalu menyodorkannya ke mulutku.



“Ini kesempatanmu untuk mencicipi bagaimana rasanya vagina adikku. Bagaimana, mau mencobanya?” dengan cepat kutarik kedua jari istriku dan memasukkannya ke dalam mulutku dan menghisapnya dengan rakus.



“Mau menjilat yang nyata?” tanya Shinta

Dia tak perlu bertanya padaku dua kali. Dengan cepat aku bangkit dan mengatur posisi diantara paha Dessi dan menyelam ke vaginanya serta mulai memberinya jilatan lidahku. Begitu aku menjilati vaginanya, tanganku bekerja pada payudaranya.



Tuhanku, payudaranya terasa sangat kencang dan lembut. Putingnya smekin bertambah keras dan panjang. Dessi kedinginan tapi tubuhnya kelihatannya mulai terangsang. Shinta mulai bergerak ke selangkanganku dan mengocok batang penisku yang keras.



“Wah, kamu senang ya menjilat adikku? Aku mau menghisap penismu saat kamu menjilat vaginanya” katanya menggoda. Aku berputar dan memberikan batang penisku pada mulutnya. Dia menghisapnya dengan hebat.



Lalu aku mulai perhatikan kalau pinggul Dessi bergerak sedikit. Aku pikir kalau Dessi mengira jika ini adalah mimpi. Tapi kemudian kurasakan tangannya berada di atas kepalaku,

mendorongkan wajahku dengan kuat ke vagina tak berambutnya. Aku jadi semakin cepat menjilati. Kupandang ke atas pada wajah Dessi dan sekarang kedua matanya sudah terbuka lebar.



“Oh Tuhan, kamu bilang jilatannya hebat” kata Dessi dengan suara keras. Ini sangat mengejutkanku. Shinta menghentikan hisapannya dan tertawa dengan keras.

“Apakah dia pasangan bercinta yang hebat?” tanya Dessi pada kakaknya.



“Oh, ya. Tentu saja… Apa kamu mau mencobanya sekarang?” balas istriku.

“Ya. Itu pasti” pinta Dessi sambil mendorongku menjauh dari vagina tak berambutnya yang basah dan menarikku menaiki tubuh seksi rampingnya.



Sepertinya penisku tahu kemana harus pergi dengan tepat. Tepat ke vaginanya yang basah. Dengan dua-tiga kali dorongan, aku sudah berada jauh di dalam vaginanya. Sekarang Shinta berbaring di sebelah Dessi menyaksikanku menyetubuhi adiknya dengan liar



“Pelan sedikit, sayang. Ingat kalau Dessi menginap dan kamu punya kita berdua untuk dipuaskan malam ini”. Kudorong batang penisku sedalam-dalamnya. Dessi mengerang keras. Aku bisa memastikan kalau dia sudah dekat dengan orgasmenya.



“Apa ini yang kamu inginkan, sayang?” tanya istriku.



“Ya”.



“Ada yang lainnya agar aku dapat mewujudkan fantasimu, sayang?” tanyanya lagi.

“Ya. Hisap putting Dessi saat aku menyetubuhinya, sayang… kumohon” Shinta memegang salah satu payudara Dessi dan mulai menghisapnya dengan liar.



Dessi mengerang semakin keras sekarang. Istriku menghentikan hisapannya sejenak untuk mengambil nafas. Saat dia melakukan hal ini, sebuah cairan putih bening menetes keluar dari mulut Shinta. Itu adalah air susu… Tuhan, tak mungkin pikirku.



Dessi habis melahirkan bayinya tiga tahun yang lalu dan kupikir mungkin suaminya telah menyuruhnya agar dia tetap menjaga agar air susu itu tersimpan dalam payudaranya.

Kudekatkan mulutku pada putting yang satunya dan mulai menyusu seperti seorang bayi yang baru lahir. Ini adalah pertama kalinya aku merasakan air susu ibu dan Tuhanku, rasanya sangat manis.



Aku tahu kalau aku tak akan mampu bertahan lebih lama lagi sekarang. Dan beberapa menit kemudian, spermaku menyembur jauh di dalam vagina adiknya yang panas. Dessi juga mendapatkannya, punggungnya melengkung terangkat dari atas kasur dan mendorongkan pinggulnya ke penisku dengan kerasnya.

Pelan-pelan orgasme kami mereda. Shinta masih menghisap putting payudara Dessi. Aku bergerak turun dari atas tubuh Dessi agar dia dapat bernafas dengan lega. Dessi mencengkeram rambut Shinta.



“Ada apa?” tanya Shinta dengan suara keras.

“Kamu bilang kalau kamu akan membersihkan vaginaku sehabis dia keluar di dalamku”. jawab Dessi. Shinta turun diantara paha Dessi dan mulai menjilat dan menghisapi spermaku di vagina adiknya. Andaikan sekarang aku memegang kamera…



Cukup sudah, pemandangan dari Shinta yang menjilati vagina adiknya sendiri membuat penisku mengeras kembali. Aku bangkit dan bergerak ke belakang Shinta. Hanya dengan satu dorongan saja, seluruh batang penisku sudah terbenam dalam cengkeraman vagina Shinta yang panas.



Semakin keras aku mengocok vaginanya, semakin bertambah cepat pula jilatannya pada vagina Dessi. Setelah kurang lebih selama sepuluh menitan menyodok vaginanya dengan keras, kusemburkan lagi spermaku untuk yang kedua kalinya kurang dalam tiga puluh menit ini.

Astaga, kuraskan vagina Shinta mencengkeram batang penisku dengan sangat erat dan dia mengerang keras tapi tak pernah menghentikan kegiatan menjilatnya. Aku tahu kalau dia mendapatkan sebuah orgasmeyang hebat juga. Dan Dessi juga meraih orgasmenya tak lama berselang. Kami bertiga dalam waktu yang bersamaan. Ini adalah sebuah mimpi yang jadi nyata bagiku…



Aku rebah ke ranjang diantara Dessi dan istriku. Mereka berdua memelukku. Sekarang sudah jam 3 pagi. Kami semua libur keesokan harinya, tapi Dessi harus tidur dulu sebelum dia pulang. Maka kami memutuskan beristirahat saja sekarang.



Istriku berbisik di telinga Dessi, “Mungkin lain kali kalau kamu menginap, Bob dapat menelpon Yudi, temannya dan memintanya untuk menginap agar kita dapat melakukannya berempat” itu membuatku berkhayal. Aku tahu Shinta tak begitu menginginkan Yudi. Tapi sekarang dia sangat ingin membagi adiknya dengan lelaki itu.



Ya tentu saja kukabulkan keinginannya,

“Minggu depan kita akan melakukannya jika Dessi dapat kabur dari suaminya” kataku.

“Kamu yang atur dan aku tak akan pergi kemanapun selama akhir pekan” END

Related Posts: