Sang Cewek Idola, Bonus Foto Bugil

cerita ngentot idola


Aaah.. aah.. oohh.. Vennyy.." begitulah suara saya setiap malam dengan mengocok-ngocok penis saya yang tegang sekali karena membayangkan seorang cewek kelas 2 SMP di sekolah saya (akan saya rahasiakan) yang juga menjadi idola satu sekolah.

Namanya adalah Venny (saya samarkan sedikit). Sebagai gambaran, orangnya sangat cantik (hampir sama seperti salah satu penyanyi Bening), kulitnya benar-benar putih mulus, proprosi tubuhnya bagus benar, tidak gemuk, dadanya ukuran sedang, dan pantatnya wuiihh.. menggiurkan deh. Lalu tidak terlalu pendek, juga tidak terlalu tinggi. Dan selain gambaran fisiknya itu, yang saya yakin setiap cowok yang melihat dia dan ngomong dekat-dekat dia, pasti langsung 'ngaceng' berat.

Si Venny ini juga sangat supel dan baik, dan kabarnya selalu dapat juara 1, kalau tidak 2, benar-benar cewek idola. Memang waktu pembagian raport, saya pernah coba lihat orangtuanya, bertampang galak, dan menurut info teman saya ini (saya sendiri waktu itu sudah kelas 1 SMA), orangtuanya sangat keras dan ketat.
 
Makanya, pernah si Venny ini coba didekati sama cowok-cowok seangkatannya yang lumayan berparas, tapi Venny dengan senyumnya yang manis sambil kedua tangannya dirapatkan ke bawah, bilang "Emm.. jangan dulu deh, kita temen aja.. ok..?"
Lalu dia langsung berbalik dengan gayanya yang benar-benar lincah, langsung berlari kecil ke arah teman-temannya lagi. Saya yakin cowok-cowok itu pasti langsung kecewa berat karena 'ditolak', dan hanya bisa ngaceng membayangkan kalau mereka dapat menyetubuhi Venny ini.

"Aaah.. nikmatnyaa..! Aaah.. oohh.. Vennyy.. mmh.. mhh.." kembali saya di ranjang mengocok terus penis saya, ngocok, ngocok sampai sperma saya muncrat keluar, nikmat.
"Crot.., crot.., croot..," membayangkan seandainya saya mampu, tidak usah jauh-jauh, melihat saja tubuh Venny yang aduhai ini, alangkah bangganya saya.
Maka rencana busuk pun mulai terlintas di pikiran saya, dan ini sebenarnya sudah saya pikirkan dari dulu. Tapi kali ini beda, dan saya ada keyakinan dapat berhasil, kenapa..? karena kedua orangtuanya dikabarkan lagi pergi ke Singapore dengan urusan mereka sendiri.

Nahh, begini, rumah saya itu dekat sekali dengan sekolah kami (saya dan Venny, satu sekolah, hanya saya SMA, dia gedung SMP). Jadi tidak heran kalau banyak teman saya yang kalau sudah selesai ekskul, ada main ke rumah saya, atau sekedar istirahat atau ngobrol-ngobrol. Dan saya tahu kalau si Venny ini sehabis sekolah, setiap Senin ada ekskul volley, biasa sampai jam 5 sore. Rencana saya, ajak Venny ke rumah saya, lalu.. hmmhh.. hahaha.. aah.. tak terpikirkan kenikmatannya.

Dan dengan agak ragu sedikit (lebih banyak yakinnya), saya mulai lancarkan serangan saya pada hari Senin depannya (tentu setelah mendapat info-info lebih lanjut yang mutlak, bahwa orangtuanya lagi tidak ada, dan tidak ada yang jemput dia pulang sekolah, seperti biasanya (jadi dia untuk sementara ini pulang naik angkutan umum).

Tepat sekitar jam 4.30 sore, Venny tersenyum sambil mengambil handuknya dan mengusap-usap keringatnya dengan handuk. Rupanya dia letih dan sudah capek dengan volley-nya, maka dia duduk, dan teman-teman dia yang lainnya masih tetap main. Saya mengintip dari balik tembok utama, dan penis saya sudah keras sekali, ooh.. kuusap sedikit-sedikit, sambil membayangkan kalau rencana saya ini berhasil total. Lalu saya mulai memberanikan diri jalan sedikit demi sdikit ke tempat Venny duduk, kadang berhenti dikit. Dan saya pegang jantung saya, oh.. berdetak kencang sekali. Penis saya juga semakin menegang. Lalu akhirnya sampailah saya ke tempat Venny. Venny lalu menoleh ke arah saya, dan sebentar dia terdiam, lalu tersenyum, "Ada apa..?"

Saya langsung mulai bertanya, "Venny kan..? Saya Agus dari gedung sebelah.." sambil menunjukkan ke gedung SMA.
"Ooh.. ada apa Ko..?" katanya lagi, duduknya kali ini agak tegak, sehingga menyembulkan dadanya yang montok agak ke depan, oohh.. dewa.
"Venny ada teman namanya Sinta kan..? Naah, dia ada pinjem buku perpustakaan Venny ya..?"
"Iya," jawabnya halus.
"Naah, dia itu adiknya temen baik Koko, si Fredi. Makanya dia bilang suruh Koko entar kasih balik buku perpus-nya ke Venny.."
"Ooh.. gitu yahh, Ko. Aduh, makasih yaa.."

Memang benar, Sinta pinjam bukunya Venny, dan saya memang sudah rencana untuk langsung waktu hari Jumat lalu, pas pulang sekolah, pura-pura alasan mau minjam buku si Venny ini. Lantas saja karena Sinta kenal lumayan baik sama saya (Kokonya si Freddy kan teman baik saya), dia pinjamkan deh tuh bukunya, langsung saya bilang ke Sinta tidak usah repot-repot, nanti saya yang mengembalikan ke orangnya langsung. Semuanya memang sudah direncanakan dengan matang, untuk hari kenikmatan ini.

"Tapi, Ven, bukunya sekarang ada di rumah Koko. Venny udah selesai kan ekskul-nya? Ke rumah Koko bentar yah, deket kok, hanya 5 menit jalan dari sini.." sambil saya tunjuk ke arah barat, yakni arah rumah saya.
"Mmm.. boleh sih, tapi ngga usah repot-repot deh Ko, besok aja Koko kasihnya di sekolah ini, gimana..?" tanyanya.
"Wah.. besok Koko engga tau sempet atau engga, mendingan hari ini aja, dan Koko tau Venny suka volley kan? Di rumah Koko ada lapangan gede tuh, kita ntar main bentar aja, ok..?"

Venny masih terlihat ragu, namun saya sudah deg-deg-an merasa rencana saya ini akan berhasil.
"Oh ya, ntar Koko skalian anterin pulang deh. Venny tunjukkin jalan ke rumah Venny ya.." balas saya, "Lagian udah sore, kan susah nungguin angkutan umum."
Maka setelah beberapa lama dia agak terdiam sambil menggumam, "Mm.. mm.." gitu, keluarlah dari bibirnya yang basah dan menawan itu kata-kata yang saya selalu harapkan.
"Um.. engga apa-apa ya Ko..? Iya, boleh deh.."
"Yess..! Berhasil..!" pikirku senang sekali, penisku pun ikut senang.
"Ooohh.. Venny, hari ini juga akan kulihat seluruh tubuhmu yang putih bersih, akan kuhayati dan mmhh.. kubawa dalam kenikmatanku."

Maka singkat cerita, akhirnya dia pun sudah masuk ke dalam rumah saya. Dan perlu pembaca ketahui, kedua orangtua saya pun kebetulan lagi ada urusan, pulangnya masih minggu depan. Jadi di rumah saya ya hanya ada pembantu. Sempat kaget dia melihat lapangan belakang rumah saya.
 
"Wuaah.. lapangannya luas ya Ko! Koko senang main volley juga..?" tanyanya sambil berjalan meloncat kecil, yang syuur membuat saya langsung terangsang lagi.
Dadanya sempat berguncang sedikit ketika dia loncat, aakkhh.. Venny.. cewek idola.
"Iya dong. Koko mah senang olahraga lagi. Ya volley kek, basket kek, buanyak dehh.."
"Wah hebat bener Ko. Venny aja engga bisa basket lhoo, bisanya volley doang, hihihi.." dia tertawa kecil.

"Naah, Ven, sementara Koko ambil bukunya, Venny mau main volley di luar? Boleh-boleh, nih bolanya.." saya langsung ambil bola volley saya di dalam lemari.
Dia tampak senang, lalu bertanya lagi, "Bener boleh kan, Ko?"
Saya mengangguk-angguk saja, dan dia tanpa aba-aba lagi langsung pergi ke lapangan belakang, dan mulai deh bermain-main sendiri.
"Bentar lagi Venny.. bentar lagi, maka tubuhmu yang putih ini bisa saya nikmatii.. oohh.." gumamku.

Lalu saya mulai siapkan minuman untuk saya dan dia. Dan dalam gelasnya, saya taruh obat tidur yang lumayan ampuh. Dengar-dengar dari teman saya, obat ini bakalan buat orang tidak sadar sekitar 2 jam. Lagi-lagi semua sudah terencanakan. Saya pertama-tama agak gemetar menaruhnya, soalnya mungkin ini kejahatan pertama yang akan saya lakukan, namun.. kapan lagi dapat menikmati tubuh putih mulus cewek idola sekolah ini? Apalagi kalo orangtuanya sudah datang. Entah kapan lagi ada kesempatan. Maka saya pun menaruh obat itu, dan saya sudah seperti bertanduk setan saja, tertawa kecil sambil mengusap-usap sedikit penis saya.
"Ooohh.. Vennyy.."

Karena melihat dia asyik main sendiri di luar, maka saya pun ikut menemaninya main volley di halaman belakang. Sewaktu main, ada dua tiga kali posisinya agak menunduk ketika mau mengambil bola, dan waktu itu saya sempat melihat dari balik seragam sekolahnya, oohh.. BH-nya yang putih berenda, dan sedikit bagian atas kedua dadanya. Benar-benar pemandangan yang membuatku sangat-sangat terangsang. Tapi saya tetap tahan nafsu saya untuk yang tidak-tidak, disimpan untuk nanti.. hahaha.

Setelah main sekitar 10 menit, suasana jadi semakin akrab antara saya dan Venny. Namun saya lebih banyak diamnya dibanding Venny, yang memang supel dan pandai bicara. Kadang dia keluarkan suaranya yang manja kalau bolanya jatuh (kami berdua bukan main volley betulan, hanya sekedar pukul-pikul bola ke atas udara dan bertanding siapa yang lebih tahan tidak jatuh duluan).
 
Dia bilang, "Aaahh.. jatuh lagi jatuh lagi.."
Aduhh.. mendengar suaranya seperti itu, saya semakin tidak tahan dengan cewek cantik ini.
"Aaah Venny.. engkau begitu supel dan menggairahkan, tunggu, tunggu saatnya..," begitu pikir busukku.

5 menit kemudian, capailah kami berdua. Lalu saya mulai lagi rencana saya.
"Ven.., cape yahh..?"
"Iya nih, Ko, cape, tapi Koko jago juga ya volley-nya.. (beruntung saya bisa main volley)"
"Iya dong. Koko ini superman lho, bisa apa aja.."
"Aaah, Koko.." katanya sambil mukul kecil bahu saya.
Wowww.. tangannya yang putih halus itu menyentuh bahu saya. Oohh.. saya seperti tersengat, terangsang lagi, bayangkan yang tidak-tidak.
"Ven, yuk ke dalam. Koko udah buatin minuman."
"Makasih ya Ko..!"

Yess! Dia tidak ragu-ragu, maklum, dia masih murni, sepertinya belum tahu niat baik seorang lelaki yang saat ini ada di sampingnya, mengamati dan menghayati setiap gerak-geriknya yang lincah sekali. Dia sepertinya belum sadar ada seorang lelaki di sampingnya yang sudah sangat 'on' sekali, sebentar-sebentar memegang 'benda'-nya itu, memikirkan yang jahat. Dan dia langsung berlari ke dapur, saya pun mengikutinya. Lalu dia meminumnya, saya berhasil, rencana saya berhasil total. Saya juga meminum saya punya, dengan perasaan berdebar-debar melihat dia masih asyik minum.

"Ven, istirahat dulu aja sambil tuh nonton TV. Koko mau telpon temen Koko bentar yaa..!" sambil saya nyalakan TV di ruang keluarga.
Venny pun menurut, lalu dia mulai nonton dengan kedua tangannya memegangi dagunya. Saya pura-pura ke kamar saya untuk telepon, padahal bohong. Lalu dengan terangsang, saya mulai bergegas mengambil handycam saya, sambil mengocok-ngocok sedikit penis saya. Saya mulai menyalakan tombol 'on', dan saya melihat jam dinding saya, sudah lewat 10 menit. Saya berdebar-debar sekali, lalu perlahan saya buka pintu kamar saya, dan ternyata Venny sudah tertidur dengan lelap di sofa ruang keluarga saya. Dia tertidur!



Maka saya pun tanpa ragu lagi keluar dari kamar saya, saya berjalan kecil sampai pada tempat Venny tidur dengan TV masih menyala. Saya amati lagi wajahnya, cantik sekali, hidungnya yang mancung, bibirnya yang basah, kulitnya yang benar-benar mulus, dan tangannya yang telentang, sangat putih dan merangsang nafsu. Saya lihat dia dalam keadaan berseragam, atas putih, bawah biru.. mmh.. saya bayangkan lagi wataknya yang sangat baik, pintar, supel, aah.. benar-benar cewek idola. Dan akhirnya saya sudah tertawa senang, karena saya tahu, cewek cantik putih yang berseragam ini, pada hari ini saja akan menjadi tak berseragam dan telanjang bulat, dan saya akan menikmatinya sepuasnya. Saya akan merekam segala adegan saya ini, untuk saya hayati di hari-hari lain.

"Venny.. Venny.." saya pun pura-pura memanggil, yess, dia tidak menyahut.
"Venny.. Venny.." kali ini saya memanggilnya sambil menggoyang-goyangkan sedikit tangannya yang telentang di pinggir sofa, dan yess, dia tidak ada respon.
Maka, perbuatan biadab pun saya mulai.
"Ooh.. Venny.. oohh.." sambil berkata demikian, saya mulai gendong tubuhnya, dan saya gendong sampai ke kamar saya.
Waktu menggendongnya saja saya sudah terangsang berat merasakan pantatnya. Mmmhh.., maka saya baringkan tubuhnya di ranjang saya. Mulutnya terbuka menganga sedikit, tidak sadarkan diri. Handycam pun sudah on, dan saya kunci pintu. Inilah harinya!


Oh, Venny.. apakah yang akan terjadi dengan dirimu yang cantik ini? Saya sudah benar-benar tidak tahan lagi untuk segera melihat keindahan tubuh Venny, sang cewek idola sekolahku yang begitu cantik (mirip salah satu penyanyi Bening), putih bersih, hidung mancung, bibir basah dan menawan, dan belum lagi sifatnya yang sangat supel, baik, dan juga pintar. Ooohh.., apakah ini suatu kenyataan? Sekarang, Venny, cewek yang didamba-dambakan hampir semua cowok di sekolah saya, baik SMP maupun SMA, sekarang ada di tempat tidur saya, tertidur tidak sadarkan diri!
"Deg.., deg.., deg.., " begitulah jantung saya berdetak kencang, karena kejahatan pertama yang sudah terkuasai nafsu tidak terbilang akan terjadi.

Saya langsung saja pasang handycam saya dalam keadaan 'on', lalu menaruh pada sudut yang tepat, agar terekam semua kebiadaban ini. Saya langsung mulai buka celana saya, dan juga celana dalam saya, dan penis saya pun yang sudah tegang dari tadi langsung keluar. Langsung saya elus-elus sebentar. Mmhh.., melihat Venny yang terbaring di ranjang saya dengan mulut basahnya yang sedikit terbuka benar-benar terlihat seperti orang yang tidak berdaya. Langsung saja saya lompat ke atas ranjang, dan saya benar-benar kaget atas apa yang akan saya lakukan ini. Dan mungkin hanya untuk hari ini, karena saya tahu tidak akan ada kesempatan lain lagi (apalagi setelah orangtua saya dan orangtuanya nanti pulang), tapi saya sudah tidak perduli lagi. Akan saya puaskan nafsu saya yang sudah tidak terkontrol ini.

Wajah saya dan Venny sekarang sudah berhadapan dekat sekali, yang saya yakin sayalah cowok pertama yang benar-benar sedekat ini, dengan cara biadab ini. Venny yang tidak tersentuh sekarang akan disentuh oleh saya. Saya dengan gemetar mengambil tangan kirinya yang putih mulus itu, lalu menaruhnya di penis saya, aah.. nikmat sekali, dan saya langsung gerakkan tangannya untuk mengocok penis saya. Penis saya disentuh sang cewek idola ini, siapa yang tidak senang, mmhh.., saya sangat terangsang sekali. Langsung saya kulum mulutnya, saya kulum dengan penuh nafsu, saya jilat rongga mulutnya, saya hisap lagi bibirnya yang menawan sambil saya terus goyangkan tangannya yang tidak berdaya itu untuk memuaskan penis saya.

Setelah sekitar 2 menitan dengan kenikmatan mengulum, saya berhenti melihat wajahnya lagi, aah.. cantik sekali. Rambutnya yang hitam panjang terurai di ranjang saya, saya ciumi harum rambutnya yang semerbak. Mata saya sekarang mulai saya alihkan ke bawah rok seragam SMP-nya yang biru sangat menggoda. Saya langsung mulai angkat perlahan demi perlahan.., perlahaan, ooh.. Venny.., perlahan pahanya yang putih sudah terlihat. Paha yang dari dulu ingin saya lihat, tapi tidak pernah ada kesempatan sebagus ini. Paha putihnya, yang kalau di sekolah selalu ditutup rapat dengan posisi duduk yang benar, membuat setiap cowok hanya dapat membayangkannya saja dan memohon supaya posisi duduknya dapat terbuka agar terlihat pahanya, tapi permohonan itu tidak pernah terkabulkan, hanya saya saja yang hari ini berhasil melihatnya.

Aaah.., Venny yang cantik.., mmh.., tangannya yang sudah lemas saya gerakkan lagi mengocok penis saya, biadab memang. Begitulah saya terus angkat sedikit demi sedikit roknya, sedikit mulai terlihat atas pahanya, oohh.. selangkangannya, dan kocokan saya makin cepat karena terangsang berat. Dan sampailah pada puncak rangsangan, yakni celana dalamnya yang berwarna putih berenda akan saya kerjai.
"Aaahh.. ooh.. Venny, maafkan saya, saya sudah sejauh ini berbuat yang tak senonoh.." kata saya dalam hati.
Keringat saya mulai keluar sedikit demi sedikit, saya melihat sebentar handycam saya, masih 'on', hahaha.. bagus.., semua adegan ini berarti sudah terekam.

Saya terus pandangi celana dalamnya dan juga pahanya selama 2 menit. Ohh.. Vennyy.., melihatnya saja sudah membuat saya mengocok agak cepat. Hampir saja keluar, apalagi dikocok dengan tangannya yang putih mulus.., tapi saya tahan, karena permainan ini masih panjang. Sekarang posisi roknya sudah melintang diagonal ke atas, dengan terlihat sedikit celana dalamnya yang menawan. Jantung saya berdebar kencang sekali. Adegan selanjutnya, saya mulai dengan gemetar menggerakkan jari-jari setan saya ke arah baju seragamnya yang putih. Lalu, saya buka kancing atasnya (kancing kerah), aah.. kulit putih lehernya sudah terlihat! Aah.., saya berhenti lagi sebentar, saya usap dikit keringat saya, lalu saya lihat lagi wajahnya yang cantik dan membawa rangsangan penis saya.

Saya kulum lagi bibirnya yang basah tidak berdaya itu, perlahan saya mulai gerakkan lagi tangannya untuk mengocok penis saya, nikmaat sekali, saya sampai hanya dapat mendesah dan mengerang sebentar-sebentar kenikmatan. Saya mulai beranjak membuka kancing kedua, langsung sambung kancing ketiga, dan oohh.., terlihatlah sedikit bagian atas BH-nya yang putih berenda itu. Langsung saja saya teruskan membuka kancing seragamnya, sampai akhirnya semua kancing terbuka, sehingga saya dapat melihat Venny sekarang dari atas leher sampai perutnya yang putih.

Saya benar-benar tidak tahan sekali, langsung saya remas-remas kedua belahan dadanya dengan kedua tangan saya (tangannya saya lepaskan), sambil saya kulum dan hisap lagi mulutnya. Aaah.. Vennyy.. kau.. milikku. Dadanya masih ber-BH, langsung tangan kanan saya mulai menggerayangi belakang tubuhnya, dan dia masih berseragam, tapi dengan kancing terbuka sekarang (Dapat membayangkan kan? Memang saya suka sekali melihat cewek yang masih berseragam sedikit, merangsang sekali, daripada telanjang bulat langsung.).

Posisi saya sekarang naik sedikit agak membentuk busur, dan saya makin dahsyat menghisap dan mengulum mulutnya, tarik, sedot.. mmhh.. sambil mata saya terus melihat wajahnya yang tidak berdaya. Tangan kanan saya akhirnya berhasil menggerayangi punggungnya yang putih bersih, lalu tali BH itu terlepas sudah.
"Aaah, Venny.., kau benar-benar cantik, tercantik..!" begitu pikiran jorokku.
Saya langsung pindahkan lagi kedua tangan saya sekarang di atas bulatan dadanya lagi, hati saya berdegup kencang. Saya dengan perlahan dan penuh penghayatan, membuka BH-nya, sedikit demi sedikit. Melihat BH-nya saja saya sudah sangat terangsang.

Saya benar-benar tidak tahan lagi, apalagi setelah melihat putingnya sedikit, putingnya yang berwarna merah muda yang begitu menawan, puting sang cewek idola, aah.. nikmat! Saya langsung usap keringat saya, dan saya bimbing penis saya, dan saya gosok-gosokkan sekarang di antara kedua belahan dadanya yang sangat menawan. Saya tekan kedua dadanya Venny dengan lembut sehingga menyentuh samping-samping penis saya, lalu saya mulai naik-turunkan. Setiap kali naik-turun, saya selalu mendesah, benar-benar kenikmatan yang tidak terbayangkan. Beda sekali dengan mengocok sendiri (masturbasi).

Saya naik-turunkan lagi kedua buah dadanya, aah.. turun, ooh.. Venny, naik.., dan saya akhirnya merasa ada sesuatu yang hampir keluar, suatu air kenikmatan. Langsung saja saya cium dan hisap lagi bibirnya, dan kali ini penis saya arahkan ke salah satu putingnya yang masih tertutup sedikit pinggir BH-nya. Saya naik-turunkan dengan cepat penis saya di putingnya Venny, dan ciuman saya pun makin cepat.
"Aaahh, croott.. Vennyy.. croot.., croott..!" keluar banyak sekali air kenikmatan saya, yang sudah lama saya mimpi-mimpikan.

Dan itu belum selesai, kali ini saya lihat lagi wajahnya yang cantik sekali. Langsung tangan saya mengocok lagi penis saya dengan cepat, lalu saya melihat tubuhnya yang putih bersih sudah hampir telanjang dengan BH-nya yang putih berenda sudah hampir terbuka, langsung, "Croot.. croot..!" keluarlah lagi, dan nikmat sekali. Keluarlah semua air sperma saya, yang saya yakin baru kali ini keluar sangat banyak! Ya terang saja, habis tepat di depan saya ada sang cewek idola, yang tiap malam saya biasa hanya dapat masturbasi memikirkan dia. Sekarang sudah saya sentuh-sentuh, jamah-jamah, mmh.. nikmat.

Apakah permainan sudah selesai? Ooo.., tentu saja belum, belum Venny, hahaha..! Sayang sekali Venny masih tidak sadarkan diri, kalau tidak, mmh.. pasti lebih nikmat. Pokoknya hanya ada hari ini, tidak akan ada lagi kesempatan lain, harus kumanfaatkan semaksimal mungkin. Sejenak saya ambil tissue untuk membersihkan sperma-sperma saya di atas tubuhnya yang putih, lalu selama 4-5 menit saya kembali melihat wajahnya yang sangat putih bersih dengan rambutnya yang hitam kelam. Saya ambil sedikit rambutnya, saya cium-ciumi terus, dan alhasil, penis saya tegang lagi, lalu permainan kembali saya lanjutkan.

Sambil terus mengocok penis saya sendiri dan sambil melihat kulit badan depannya yang putih, juga sedikit puting dan BH-nya, saya menjadi sangat terangsang lagi, nafsu saya mulai bergejolak, apalagi dengan cewek idola seperti ini, cewek yang selalu diinginkan cowok-cowok sekolah saya. Saya langsung beralih ke roknya yang masih berposisi diagonal agak kusut, gara-gara goncangan saya ketika menaik-mundurkan penis saya di dadanya. Dan inilah kenikmatan kedua, saya mulai balikkan tubuh Venny yang tidak berdaya. Sebelumnya saya kulum dan hisap lagi mulutnya yang lemas menganga dan basah.

Lalu setelah tubuhnya terbalik, saya mulai angkat roknya lagi, dan kali ini roknya benar-benar terangkat sampai ke punggung, sehingga sekarang celana dalamnya terlihat jelas. Langsung saya mulai turunkan celana dalam putihnya, sedikit demi sedikit. Kedua belah pantatnya Venny yang putih bersih, terlihat sudah. Aah.. aahh.., kocokan saya makin saya percepat, makin cepat, aah.., erangan semakin kencang, dan peluh keringat juga semakin keluar bercucuran. Saya terangsang sekali. Maka tanpa banyak berpikir lagi, saya langsung sentuhkan penis saya tepat di antara kedua pantatnya, dengan celana dalam putih rendanya yang sekarang ada di bawah pantatnya sedikit.

Mmmhh.. aah.., posisi ini sudah sama seperti posisi bersenggama. Saya sempat tidak percaya, aah.. nikmat sekali pantatmu Venny! Saya gerakkan penis saya naik-turun di pantatnya yang menggemaskan itu, sambil memegangi celana dalam dan menghayatinya, dan satu tangan lagi menggerayangi dadanya (BH-nya yang menggemaskan itu masih melekat di badannya Venny, tapi hanya sedikit) begitulah penis saya terus naik-turun dengan urat-uratnya di antara kedua belah pantat Venny.

"Venny.. ohh.. tahukah kau, sudah lama saya ingin ngentotin kamu! Vennyy.. aah.. mmh.. dan sekarang ini saatnya.. Veen.. kamuu canttiikk.. pantatmu.. putih.. aah.. kulitmu putih mulus.. kau cantik.. aah.. pintar.. aah.. segala.. ah.. nyaa" saya ngomong sendiri, dan kejadian naik-turun ini berlangsung sekitar 8 menit.
Dan akhirnya, "Croott.. croott.. Veennyy.. aah.. nikkmaatt sekali.." keluarlah air sperma saya ronde kedua membasahi pantatnya yang menggemaskan dan seksi itu.

Saya naik-turunkan lagi penis saya dengan tempo tercepat, croott.. keluar lagi sisa-sisanya. Aaahh.. Vennyy..! Maka saya dengan lemas ambil lagi tissue di pinggir ranjang, langsung saya bersihkan sedikit pantatnya karena sisa-sisa sperma saya. Saya melihat jam dinding, wah 'permainan' biadab ini sudah berlangsung sekitar 40 menit.
"Aaah.. bentar lagi pengaruh obat bisa hilang.." begitu pikir saya.
Saya langsung berpikir saya akan coba menggunakan 30 menit lagi untuk memuaskan diri saya ini. 30 menit, saya lalu turunkan sedikit celana dalamnya ke bawah, lalu saya dengan cepat ambil handycam saya di sudut tembok, lalu kembali ke ranjang.

Saya mulai telusuri Venny dengan posisi 'zoom', dari ujung kaki, paha dengan celana dalam putihnya, berhenti sebentar, tangan kanan saya mengocok lagi penis saya karena saya benar-benar bisa gila melihat tubuh seksinya yang putih bersih. Aaah.., saya teruskan lagi ke kedua pantatnya, lalu naik ke punggungnya yang putih, saya miringkan sedikit handycam saya ke arah baju seragam dan roknya yang terurai. Kocokan saya pun semakin cepat, lalu sekarang ke bagian belakang kepalanya dengan rambut hitam semerbak. Saya dekatkan lagi wajah saya ke rambutnya, saya ciumi lagi rambutnya yang harum, rambut sang cewek idola! Aah.. penis saya langsung mulai tegang lagi.

Saya langsung balikkan tubuh Venny, dan saya mulai lagi rekaman saya, kali ini tampak depan, dan aah.., saya akhirnya dapat melihat kemaluan Venny, kemaluannya.. Vagina cewek cantik putih bersih ini..! Tidaak, saya benar-benar tidak tahan, dengan gemetar saya terus rekam vaginanya, saya usap-usap keringat saya yang berjatuhan, saya larikan lagi kamera saya ke bawah sedikit menyorot celana dalamnya, untuk seakan menunjukkan bahwa saya telah berhasil melihat tahap paling dalam hal yang selalu berusaha dihindari setiap cewek. Saya melihat vaginanya, bukan sekedar paha, atau celana dalam lagi! Siapa yang tidak terangsaang super berat..? Pengalaman yang takkan pernah terlupakan!



Kocokan penis saya makin lama makin cepat.
"Aah.. aah.. Venny.. yang caan.. aah.. tiik..," desahanku semakin kencang.
Saya gerakkan lagi handycam saya, melanjutkan penelusuran tubuhnya lagi yang sangat ramping dan seksi putih. Saya kali ini sampai pada perutnya, mmhh.. dan dadanya.. dan putingnya, dengan sedikit pinggir BH putihnya yang sangat merangsang setiap nafsu cowok. Aahh.. apalagi saya yang benar-benar seperti jomblo (loser) ini!

"Maaf, Frank (cowok terkeren di SMA saya, yang jelas juga tertarik sama si Venny ini), saya sudah melihat puas dan menggerayangi tubuh Venny duluan.. hahahaa!" begitu pikir jahatku.

Sambil keringat saya makin bercucuran, akhirnya saya sampai pada wajahnya, matanya yang masih terpejam seraya tidak berdosa, rambut panjang hitamnya yang terurai, hidungnya yang mancung, dan mulutnya yang menawan. Langsung saya cepat sekali letakkan kembali handycam saya di sudut tembok. Setelah puas menelusuri tubuh putih Venny, langsung saya bergegas lagi ke ranjang dengan terangsang berat, saya tidak tahan. Dan permainan terakhir pun terjadilah, saya langsung buka seragam sekolahnya keluar dari lengannya, saya letakkan di pinggir ranjang. Lalu saya turunkan rok birunya ke bawah sampai ke ujung kakinya.

Selanjutnya saya buka BH-nya, dan biarkan BH-nya masih melekat di punggung putih mulusnya, dengan depannya sudah terbuka total. Saya langsung seperti kesetanan, saya turunkan sedikit lagi celana dalamnya hingga bagian lutut, maka dengan posisi yang sangat meranggsang seperti ini, saya langsung mulai menjilat-jilat puting susunya, dadanya, dan tangan kanan saya langsung mulai memasuki vaginanya. Saya putar-putar, dan tangan kiri saya membimbing tangan kanan Venny untuk mengocok kembali penis saya yang sudah tegang berurat, dan pembaca, inilah kenapa saya sebut permainan ternikmat, Venny bersuara.

"Mmhh.. mmhh.." rintihannya yang sangat manja itu benar-benar menusuk telinga saya, dan tentu penis saya semakin menegang.
Ternyata obat itu bukan hanya untuk menidurkan saja fungsinya, tapi mungkin merangsang. Setelah 1 jam kemudian, oohh.. hebat, hebat.., saya malah jadi makin bersyukur dan bernafsu mendengar suaranya, sambil dengan mata terpejam tidak sadar. Mungkin dia pikir ini semua mimpi.., pasti! tapii.. hahahaa.. ini bukan mimpi, Venny yang cantik! Saya sangat terangsang sekali mendengar lenguh nafasnya yang makin memburu.

"Mmhh.. mmh.. ah.. ah.. ah.. ah.. mmh.." begitu suara Venny yang kecil mungil tinggi dan nyaring itu membuat penis saya makin berat terangsang beserta urat-uratnya.
Saya makin ganas mengulum dan menghisap dada dan juga puting susunya Venny.
"Sslluurrpp.. sseepp.. aah.. aah..," dan saya makin mempercepat permainan tangan kanan saya di vaginanya.
"Mmmhh.. ah.. ah.. ah.. mmhh.." desahan Venny lebih lanjut lagi, kali ini agak kencang sedikit, mengoyak kuping saya.
"Aaah.. Vennyy.. aah.. suaraammuu.. aah.. sekkssiihh.." saya juga ikut mendesah melihat bibirnya yang makin basah dan gerak mulutnya yang mendesah-desah.

Wajahnya semakin memerah, benar-benar mempercantik dewi ini saja. Saya benar-benar sudah tidak karuan nafsunya. Di dalam kamar saya ini sekarang hanya ada suara desahan nafsu saling bergantian satu sama lain. Satu desahan saya, desahan biadab.., satu lagi desahan Venny yang seakan-akan meronta minta ampun.
"Jangaan.. jangaann..!" begitulah pikirku, "Hahahaha.. terlambat, Venny!"
Satu hal yang perlu pembaca ketahui, saya benar-benar tidak berani untuk memasukkan dan menembuskan penis saya ke dalam vagina Venny, karena saya benar-benar takut akan resiko. Jomblo (loser) macam saya ini, paling takut untuk berurusan dengan resiko, apalagi kalau nanti orangtuanya tahu, habis saya! Makanya, yang saya lakukan adalah terus memain-mainkan jari saya di dalam vaginanya.

"Mmhh.. ahh.. aahh.." pekikan Venny dan desahannya semakin manja dan tinggi, sehingga saya benar-benar terangsang habis.
Kocokan saya semakin lama semakin cepat, apalagi melihat wajahnya yang makin memerah, menambah kecantikan seorang yang sudah super cantik ini, dan suaranya itu benar-benar menambah nafsu setan.
"Aaah.. Veenny.. kamu.. cantt.. aah.. tiik.. suaaramu.. aah.. ahh.."
"Ah.. ah.. mmh.. aah.. aah.. aah.. ja.. jangaan..!" desah Venny, dan kali ini tambah lagi kata baru 'jangan', sepertinya dia lagi mimpi diperkosa.
Padahal memang benar kenyataanya Venny, kau lagi diperkosa oleh cowok gila ini. Cowok yang bagai pungguk merindukan bulan ini, tapi akhirnya berhasil memuaskan hasrat terdalamnya.

"Aaah.. Veenny.. aah.. aah.." tangan putih Venny yang mulus saya gerakkan mengocok batang penis saya makin sangat cepat.
"Aaah.. mmhh.. jaanngaann.. mmh.. aahh.." desah Venny sambil mulutnya bergerak-gerak.
Saya cepat-cepat hisap dan kulum bibirnya untuk terakhir kalinya, dan saya merasa penis saya akan memuncratkan air ternikmatnya. Maka, sekaranglah puncaknya, saya dengan gila sekali seperti kesurupan, menggerayangi tubuh Venny, apa saja, dengan cepat! Kedua tangan saya memegang-megangi dada Venny, puting, perut, punggung, balik lagi dada, dan posisi badan saya sudah tepat di atas Venny. Wajah saya dan si cewek idola ini sudah dekat sekali hingga hidung menyentuh hidung, yang saya rasakan hanya nafas harum Venny dan harum rambutnya.

Saya gerayangi makin cepat, dan penis saya sekarang sudah di bibir/pinggir vagina dan selangkangannya, saya gesek-gesekkan ke atas ke bawah sambil tangan saya pegang-pegangi lagi dada, puting (sambil diputar-putar).
"Aah.. mmhh.. ah.. ah.. ah.. ahh.." desah Venny.
"Mmh.. Venny.. sllupp (suara kuluman bibir), aah.. Veenny.. aah.. sslluupp.. mhh.. aahh.."
"Aaah.. aahh.. janngaann.. aah.." pekik Venny sedikit manja.
"Aaah.. aahH.." saya naik-turunkan penis saya yang sudah menindih vaginanya (tapi tidak menembus), "Aaah.. Vennyy.." tangan saya dua-duanya meremas kedua dadanya.
Saya ganti menjilat-jilat puting susunya, dan naik turun penis saya, mmhh.. langsung saya cepat ciumi vagina Venny, saya jilat-jilati.
"Aaah.. mmh.. ja.. janngaan.. aahh..!" desah Venny.
"Haha.. terllaambbaat, caantti.. aah.. iikk.., Venny.."

Saya jilat-jilati, lalu kembali saya tindihkan penis saya naik turun. Saya kulum dan hisap lagi bibirnya sampai dia hanya dapat berkata, "Mmh.. mmhh.."
"Vennyy.. Venny.. kau cantiikk.. kau mendessaah.. aahh.. sayaa.. aahh..!"
"Croott.. croott.. serr.. Vennyy.. Crroott.. aahh.. nikkmaatt..!"
Venny masih bersuara lagi, "Aah.. aah.. aah.."
"Terus, terus bersuara..!" pekikku.
"Aaah.. croott.." meledak lagi 'hujan' spermaku, saya langsung melihat lagi wajah cewek yang selama ini saya impi-impikan untuk memuaskan nafsu saya.
Dan sudah terwujud semua itu, maka berakhirlah sudah permainan biadab ini.

Saya kembali melihat jam dinding sambil terbaring lemas di atas tubuh Venny yang menggiurkan.
"Sudah 15 menit, gilee..! Cilaka, dia bentar lagi terbangun..!" pikir saya.
Langsung saya ambil tissue, rapihkan segalanya, dan akhirnya dengan handycam saya, saya rekam segalanya ketika saya kembali membetulkan celana dalamnya, memasang kembali tali BH-nya yang putih berenda, mengancing balik seragam sekolahnya, dan memakaikan rok sekolahnya. Rasanya sangat nikmat. Jadi selama ini yang memakaikan pakaiannya akan ada 2 orang, Venny sendiri, dan cowok bejat ini, saya sendiri. Aaah.. nikmat.

Mata Venny pun terbuka, dan dia sempat bingung melihat kanan kiri, dan menemui dirinya sedang telentang di sofa ruang keluarga, dengan TV menyala. Saya pun keluar dari kamar saya.
"Venn, kamu ketiduran lama sekali lhoo, cape yaah..?"
"I.. iya yah, Ko..? Adduhh.. Koo, sorri yaah.. sori bener deh, engga maksud Venny buat tidur begini.." kata Venny dengan nada manja.
Sayang sekali dia tidak tahu apa yang sudah terjadi atas dirinya. Mengingat itu semua membuat saya mulai terangsang lagi.

"Nih bukunya, Venn.." kata saya dengan halus.
"Aduuh, makasih ya Ko. Mm.. Koo, minta anterin pulang.. boleh kan..?"
"Oh.. iyaa, boleh dong, boleh. Kan Koko udah janji.." senyum saya.
Maka saya pun mengantarkan dia pulang. Dan selama di mobil, meskipun cukup sebentar, saya tidak ada pikiran lain selain memikirkan apa yang sudah saya perbuat terhadap cewek cantik di samping saya ini. Aaah.. tegang tidak terkira. Ingin saya lakukan lagi, tapi sudah habis keberanian saya. Saya jadi banyak diam, dan sedikit-sedikit melirik Venny, lalu kembali terlintas lagi pikiran gila itu, dan saya ada sedikit juga meladeni omongan Venny. Dan akhirnya dia dengan langkah gesit masuklah sudah ke gerbang rumahnya.

Pembaca, saya benar-benar merasa puas sekali atas apa yang sudah saya perbuat atas diri Venny. Saya puas sekali saya telah berbuat dalam waktu yang tepat. Kenapa saya tekankan kata 'tepat' ini? Karena siang itu adalah siang pertama dan terakhir bagi saya untuk dapat memuaskan nafsu setan saya ini terhadap Venny. Karena tepat 3 hari sesudah kejadian terkutuk itu, orangtua Venny yang sangat keras itu sudah pulang balik dari Singapore, dan 4 hari kemudian disusul orangtua saya.

Anak-anak SMP maupun SMA tidak ada yang tahu mengenai kejadian nikmat ini, dan tidak pernah ada yang tahu. Venny pun tampak ceria dan supel seperti biasa, dan tidak ada lagi kesempatan bagi saya, juga cowok-cowk lain untuk ngomong dengan Venny selain tentang pelajaran, karena setelah kelas bubar, langsung orangtua Venny sudah menunggu dan menjemput gadis cantik seksi idola sekolah ini. Dan hampir semua cowok hanya dapat menyesalkan kenapa mereka tidak pernah tahu atas ketidakadaan orangtuanya minggu lalu, dan yang tahu pun juga menyesal karena tidak seuntung saya ini.

Dan apakah yang terjadi pada saya pada hari-hari selanjutnya? Sudah dapat ditebak, saya hanya dapat mengintip saja gerak-gerik Venny dari balik tembok. Hanya sebentar setelah selesai sekolah, lalu setelah Venny dengan senyum manisnya melambaikan tangan ke teman-temannya (cewek-cewek), dan setelah dengan langkah gesit dia ketemu dengan kedua orangtuanya. Maka saya dengan penis berdenyut kencang, langsung segera pulang. Dan di dalam keremangan kamar saya, tiada yang tahu.
 
"Aaah.. aahh.. oohh.. Vennyy.. segalanya terlambat.. hahaa.. aah.. kau cantiik sekali.. mmhh.. aahh.. ahh.." erangku sambil mengocok penis saya yang benar-benar tegang, tentu saja dengan melihat kembali rekaman saya atas diri Venny 7 hari lalu di atas ranjang saya.
Nikmat sekali, dan jelas sekali rekamannya.

Saya terus lakukan masturbasi (onani) di kamar saya ini setiap hari, setelah mengintip Venny yang ceria sepulang sekolah dari balik tembok. Terus.. terus.. dan tidak terlupakan. Mungkin sepanjang masa kenikmatan sang cewek idola ini.

Related Posts:

Ngentot Memek Sempit Adik Iparku Plus Foto

Cerita Ngentot Memek Sempit


Suatu saat ketika adikku mendapatkan tugas kantornya selama dua bulan, dia memintaku menemani istrinya. 

Aku heran dengan adikku ini, sering sekali istrinya yang masih muda dan montok ditinggal kemana2. 

Aku sih ok saja nemenin perempuan muda yang montok dan merangsang, malah pikiranku menjadi ngeres sendiri melihat adik iparku itu. 

Pagi hari setelah suaminya berangkat ke airport , adik iparku menyediakan makan pagi untukku. Setelah siap dia memanggilku. 

"Mas, sarapan mas..". 

Dia memanggilnya sembari mendorong pintu kamarku untuk melongok kedalam kamar, aku saat itu sudah terbangun tetapi segera memejamkan mata ketika mendengar pintu kamar dibuka. 

Aku kalau tidur memang biasa hanya memakai cd. Aku mengintipnya dengan membuka sedikit mataku, dia terpana melihat tubuhku yang kekar dengan dada yang bidang hanya dibalut sepotong cd dimana terlihat jelas kon tolku besar dan panjang tercetak dengan jelas di cdku. 

kontolku dah ngaceng berat, biasanya kalau baru bangun kon tolku memang sering ngaceng. Entah disadari atau tidak dia menggunggam sendiri, 

".. Ohh mas seandainya mas suami Ines akan Ines peluk tubuh mas yang perkasa ini..".

Walaupun suaranya lirih tetapi tapi aku dapat mendengarnya, aku membuka mataku dan tersenyum. 

"Kenapa Nes, kamu gak puas ya dengan suamimu". Dia jadi tersipu malu. 

"Sarapan dulu mas, ntar dingin", katanya sambil keluar kamar. 

Karena aku gak keluar2 juga dari kamar, dia memanggilku lagi, "Mas". Aku gak menjawabnya sehingga dia kembali ke kamar.

 Aku sedang telentang sambil mengusap2 kon tolku dari luar cd. Ketika kulihat dia ada dipintu kamar, sengaja pelan2 kuturunkan cdku sehingga nongollah kon tolku yang besar mengacung dengan gagahnya. 

Dia terbelalak ngeliat kon tol segede itu. "Kamu pengen ngerasain kon tolku ya Nes", kataku terus terang. "Belum pernah ya ngerasain kon tol segede aku punya. 

Aku juga napsu ngeliat kamu Nes, bodi kamu merangsang banget deh". Aku bangun dalam keadaan telanjang bulat menuju ke tempat dia berdiri. 

kontolku yang tegang berat berayun2 seirama jalanku. Aku segera memeluknya dan kutarik ke ranjang, dirumah memang gak ada siapa2 lagi. Daster yang dipakainya berwarna kuning dengan ukuran mini. 

Daster tersebut hanya sebatas setengah pahanya saja dan berenda kuning juga, kemudian di pundaknya hanya mengenakan satu tali saja. Toketnya yang ranum menantang sekali dengan dua pentil yang mencuat. 

Dia tidak memakai BH, tapi masih memakai cd. Cd itu tercetak jelas menerawang tembus pandang dari daster kuning itu. Cd nya juga dalam ukuran sexy, cd mini warna putih, kontras dengan daster yang dipakai.

Aku mencium kecil pipi kanannya. Dia tersenyum, kemudian membalas mencium kecil bibirku. Aku pun meraba toketnya Dia menutup mata merasakan kenikmatan tersebut, kemudian aku mencium bibirnya, sambil sesekali kuhisap bibir bawahnya dan lidahku menjelajah ke rongga giginya dan menghisap lidahnya. 

Dia benar benar menikmatinya, kedua tanganku sudah berada pada dua toket ranumnya. Kuremas remas sambil kupelintir kedua pentilnya dengan ibu jari dan telunjukku. Dia terkadang bergetar tubuhnya ketika kombinasi yang kulakukan yaitu meremas sambil memuntir pentilnya. 

"Ah, mas pinter deh bikin Ines terangsang ya", katanya. Aku membaringkan tubuhnya diranjang dan langsung kutindih sambih terus meremas dan mencium bibirmya. 

kontolku yang sudah ngaceng keras menggesek bibir luar no noknya dan gerakan kami seperti orang yang sedang ngentot. Aku mendorong kebawah, dia mendorong pula pantatnya keatas, Aku tarik pinggangku, dia pun demikian. Mukanya bersemu merah menahan napsunya. Langsung kujilati pentil yang memerah muda, karena napsu sambil aku menyedot pentilnya dengan keras. 

Dia menggigit bibir sendiri menahan napsunya yang kian memuncak. Kakinya sudah menyepak kesana kemari membuat daster yang dikenakan tidak bisa menutupi bagian bawahnya. Sambil menjilat, aku memperhatikan gundukan di bawah pusar yang mumbul dengan jembut yang menyembul keluar. 

Pinggulnya bergerak tak menentu, "Hhh, mas.. hh enak", erangnya. 

Mendapat respon seperti itu tanganku mulai turun menjelajah dari toketnya ke arah perut, mengusap daerah pusar, kemudian turun lagi kebawah pusar yang ditumbuhi jembut, kemudian meraba daerah selangkangannya yang empuk. 

Aku tekan sekali sekali sambil kuremask. Hal ini menyebabkan gerakan pinggulnya yang makin panas. Aku dapat melihat butiran butiran keringat napsu yang menetes dari dahinya yang sedang membasahi rambut panjangnya.

Kemudian dasternya kuangkat dari bawah dan dinaikkan lewat lehernya, kulepaskan. Kami langsung berpelukan sambil berciuman panjang. Setelah pelukan plus ciuman aku rasa cukup, tanganku mulai bermain ke arah selangkangannya dengan mengusap lembut naik turun melewati belahan no noknya. 

Dari luar cdnya aku bisa merasakan bahwa didalam sudah lembab sekali, tentu banyak cairan yang sudah keluar dari no noknya.

Karena dia menggunakan CD mini yang memang kurang bahan untuk menutupi no noknya, jariku dengan mudahnya dapat masuk melalui samping selangkangan dan bermain di sana. 

Sesekali jariku bermain pada bibir no noknya agak lama, dia meliukan pinggangnya bergoyang goyang. Aku tetap tenang mengelus, sesekaliseluruh jariku masuk dan meremas no noknya dengan lembut. 

Hal ini membuat dia melenguh keras. Sambil tanganku meremas no noknya, tangan kiriku masih terus aktif meremas toketnya baik yang kiri maupun yang kanan sambil mengisap bibir dan salah satu pentil yangnganggur. 

Jari tengahku mulai mengilik i tilnya. Benar saja, i tilnya sudah membesar dan basah. dia menggeliat tak tentu arah sambil mendesah, "Oh.. mas enak sekali". 

"CDmu kubuka ya biar kamu nggak kegencet, liat tuh CD kamu kekecilan nggak bisa nampung pantat kamu yang bulat besar sama no nok kamu yang tembem, lagian kamu juga udah basah", jawabku sambil melepas cdn mini putih berenda itu, dan kali ini aku benar benar melihat dia dalam keadaan polos tanpa sehelai benangpun, dengan keadaan napsu yang memuncak. 

Bukan main indahnya bentuk no noknya, dia mempunyai jembut yang lebat dan halus semua warna hitam. Jembutnya nampak rapih, karena dalam keadaan lurus tidak keriting seperti wanita kebanyakan. 

Aku mulai menyusuri ke arah pusarnya terus turun dan berhenti tepat dino noknya. Dia sedikit jengah dan berkata, 

"Oh, mas jangan liat kayak gitu dong.. Ines kan malu" sambil tangannya mencoba menutupi. Tapi dengan cepat tanganku menahannya dan langsung bibirku mencium bibir luar no noknya sambil kuhisap-hisap kedua belah bibir no noknya. Dia benar benar kelojotan," 

Ah mas, oh.. enak banget, hmm.. oh iya bener gitu.. ohh.."Aku menyapukan lidahku naik turun sambil tak lupa i tilnya aku emut emut dan didalam bibirku aku kedut kedutkan. 

Lidahku mulai merangsek masuk ke dalam no noknya yang memang benar benar sudah basah.
Dalam keadaan tersebut kepalanya tersentak kekiri dan kekanan menahan luapan napsu. Aku bisa melihat dan merasakan dia hampir nyampe, dan aku mulai menuntun kon tolku yang sudah siap tempur. 

Kedua belah kakinya aku lebarkan sambil tangan kiriku mempermainkan i tilnya dengan ibu jari dan tangan kananku mengarahkan kon tolku ke no noknya. 

Ketika kon tolku bertemu dengan no noknya, kepala kon tolku langsung seperti dihisap oleh no noknya. Aku peluk dia sambil sedikit aku goyangkan tanpa mendorong masuk kon tolku ke dalamnya. Cukup kepalanya saja yang terjepit di dalam no noknya. 

Pinggulnya mengimbangi gerakanku yang naik turun menggesek no noknya. Kepala kon tolku benar benar dijepit erat oleh no noknya. Dia merem melek keenakan, dan tangannya memelukku dan mengimbangi gerakanku. 

"Mas, kon tol mas enak banget sih hangat kena no nok Ines." Setelah kurang lebih tiga menit kami seperti itu, aku merasakan pantatnya naik lebih tinggi, seakan akan ingin lebih merasakan kon tolku. Maka akupun mulai sedikit demi sedikit mendorong lebih dalam, sehingga seluruh kon tolku terbenam di dalam no noknya. Dia mulai meracau lagi, 

"Oh mas..enak banget kon tol mas masuk semua ke dalem no nok Ines.. hh. dorong lagi biar makin dalem masuknya.." Sambil memompa aku bertanya, "Nes.. kon tolku lagi ngapain no nok Ines?" "Hhh, skh.. hh kon tol mas lagi ngen totin no nok Ines," jawabnya sambil meremas pantatku gemas. 

Aku pura pura tidak mendengar ingin dia mengulang lagi kata katanya, "Ha.. lagi ngapain?" "Lagi dien tot ..ohh nikmatnya.." Aku bertanya lagi, "Emang Ines mau aku en tot?" Dia menyahut,"Iya jadi ketagihan nih dien tot sama mas, abis kon tol mas mantap, nikmat, enak rasanya." 

Sambil begitu aku benar-benar merasakan jepitan-jepitan halus dari dinding no noknya. no noknya mempunyai jepitan yang kuat, kon tolku di dalam seperti dirayapi oleh jutaan semut, jadi seperti terkena setrum kecil, tapi hangat dengan sebentar-bentar no nok tersebut mencucup kembang kempis menyedot seluruh kon tolku. Setelah lebih 20 menit, dia sudah hampir nyampe. 

"Ayo mas, Ines udah mau nyampe, enjot terus, iya teken biar kena i til Ines oh.. benar begitu .. aduh, enak bener ngen tot ama mas." Akupun merasakan intensitas kedutan no noknya makin tinggi, dan sepertinya akupun sudah ingin ngecret juga. 

"Oh, Nes.. enak banget no nokmu ada empot ayamnya, rasanya legit, rapet, peret, oh, aku mau ngecret, gimana nih didalam atau diluar," kataku. 

"Didalem aja mas biar enak, Ines juga mau ngerasain disemprot peju mas, mungkin besok lusa dapet haid, jadi aman," desahnya yang juga menahan napsu yang siap meledak beberapa saat lagi. 

Akhirnya aku merasakan kon tolku diremas kuat sekali oleh otot no noknya, gerakan pinggulnya terhenti, sambil pantatnya ditinggikan, aku mengocok kon tolku, lagi dia menggeram dan.."Oh mas Ines nyampe, ouh.. ahh. nggh ahh enak.. enak hh.." 

Aku pun tak tahan kon tolku diremas dan disedot oleh no noknya, dengan satu dan dua kali sentakan kon tolku menyemprotkan peju kedalam no noknya. 

Ketika aku menyemprotkan peju, no noknya menyedot kencang hingga kami berdua merasakan nikmat senggama yang sangat indah. Puas aku selesai ngecret dan begitu juga dia, ketika aku ingin melepas kon tolku, dia mencegahnya. 

"Biarin didalam dulu sampe ngecil dan keluar sendiri yah." Akhirnya kami berbaring menyamping dengan kon tolku masih nancep didalam no noknya, masih dapat aku rasakan kedutan dalam no noknya namun sudah melemah, dan kon tolku mulai berangsur-angsur mengecil dan akhirnya lepas dengan sendirinya dari no noknya.

Dia terkulai lemes dan bermandikan keringat. Aku berbaring disebelahnya. Dia meremes2 kon tolku yang berlumuran peju dan sudah lemes. Gak lama diremes2, napsuku timbul lagi, kon tolku mulai ngaceng lagi. 

"Mas, Ines dien tot lagi dong, tuh kon tolnya sudah ngaceng lagi. Mas kuat banget seh, baru ngecret udah ngaceng lagi". 

Aku diam saja, dia berinisiatif menaiki tubuhku. Disodorkannya pentilnya ke mulutku, segera pentilnya kukenyot2, napsunya mulai memuncak lagi. Dia menggeser ke depan sehingga no noknya berada didepan mulutku lagi. 

"Mas, jilat dong no nok Inesa, i tilnya juga ya mas". Aku mulai menjilati no noknya dan i tilnya kuhisap, kadang kugigit pelan, "Aah, mas, diemut aja mas, jangan digigit", desahnya menggelinjang. 

Dia gak bisa menahan diri lagi. Segera no noknya diarahkan ke kon tolku yang sudah tegang berat, ditekannya sehingga kon tolku kembali amblas di no noknyau. Dia mulai menggoyang pantatnya turun naik, mengocok kon tolku dengan no noknya. Aku memlintir pentilnya, dia mendesah2. 

Karena dia diatas maka dia yang pegang kendali, bibirku diciumnya dan aku menyambutnya dengan penuh napsu. Pantatnya makin cepat diturun naikkan. 

Aku dengan gemas menggulingkannya sehingga kembali aku yang diatas, aku segera mengenjotkan kon tolku keluar masuk no noknya. Dia mengangkangkan pahanyau lebar2, menyambut enjotan kon tolku, dia gak bisa nahan lebih lama lagi, tubuhnya makin sering menggelinjang dan no noknya terasa berdenyut2, 

"Maas, aah". Akhirnya dia nyampe lagi, dia tergolek lemes, tapi aku masih saja menggenjot no noknya dengan cepat dan keras, dia mendesah2 kenikmatan. 

Aku bisa membuat dia nyampe lagi sebelum akhirnya dengan satu enjotan yang keras kembali aku ngecretkan pejuku di no noknya. Nikmat nya. 

Aku menciumnya, "Nes, nikmat banget deh ngen tot sama kamu". "iya mas, Ines juga nikmat banget, kalo ada kesempatan Ines mau kok dien tot lagi sama mas".

Related Posts:

Ngentot Dalam Bus

Cerita Ngentot Dalam Bus


Nama saya Florence Kim, saya adalah warga Indonesia keturunan Korea yang sekarang sedang berada di Italy untuk tujuan bisnis dan saya sering sekali membaca cerita dewasa hingga saya menjadi sangat basah. 

Saya mempunyai pacar bernama Erick, seorang warga Roma, tapi sekarang saya tidak menceritakan pengalaman saya bersama Erick.

Pagi itu, kami makan pagi berdua sambil ngobrol-ngobrol ringan. Erick ada meeting dengan factory jam 11 pagi, jadi saya mungkin menghabiskan waktu dengan jalan-jalan sendiri, tapi tidak masalah soalnya saya sudah terbiasa kemana-mana sendiri. So, setelah cium perpisahan dengan Erick, saya mulai berbenah diri.

Pagi itu udara summer kebetulan sangat indah buat jalan-jalan. Saya memakai skirt-dress katun pendek, sekitar 10 cm di atas lutut, motif floral, dengan canvas-shoes di padukan dengan straw hat yang saya beli di Yogyakarta. Sip deh, komentar saya setelah mengecek sekali lagi di cermin. 

Baju ini bagus juga, leher bajunya yang berbentuk kotak, low cut memperlihatkan dada saya yang putih dan berukuran 36B.


Waktu saya turun dari kamar, melewati lobby yang crowded, saya sempat merasa tatapan mata yang tertuju pada saya, apa karena saya manis atau jarang kali ngeliat cewek Asia, tapi lumayanlah buat tambah PD.

Saya berjalan-jalan menyusuri jalan kecil di samping hotel. Tidak lama kemudian saya sudah berada di tengah toko-toko dan kafe-kafe kecil. Mungkin daerah pasar kali, soalnya saya baru pertama kali berada di Roma. 

Entah bagaimana melukiskan perasaan kalau kita berada di tengah-tengah kota yang ramai tapi semuanya asing buat kita. 

Something scary tapi agak menggoda karena banyak hal yang baru, seperti tampang cowok-cowok Italy yang lagi cofee break dengan baju kantor yang rapi. 

Kulit mereka yang kecoklatan, dagu yang keras dan mantap plus itu lho.. sisa cukuran yang masih kebiru-biruan bikin gemes pengen ngelus dech, juga perasaan mau nyobain bagaimana rasanya bercinta dengan mereka.

So, saya berjalan santai dengan pikiran yang bercampur aduk. Akhirnya saya berhenti di depan bus station, kemudian setelah saya pelajari rute di map saya, saya mau pergi ke Via Condotti. yah, buat window shopping.

Waktu saya naik ke bus tersebut, bus-nya lumayan padat, tapi tidak seperti di Jakarta sampai bergelantungan di pintu. Paling lorong bus itu penuh orang berdiri sambil berpegangan di pipa besi. 

Saya juga tidak menemukan tempat duduk jadi saya pilih tempat yang kelihatan agak kosong sambil berpegangan di pipa juga. Kemudian bus-nya melaju.

Saat menit-menit pertama, saya melihat-lihat sekeliling sambil bus itu melaju. Saya merasakan angin bertiup menerpa wajah dan bermain dengan rambut saya yang lurus sebahu. Waktu bus itu berbelok, saya merasa ada sentuhan ringan di paha saya.. kaget, saya melihat sekeliling tapi tidak ada yang ganjil. 

Saya melihat orang-orang sedang bercakap-cakap dan tidak ada yang mencurigakan. Saya mulai merasa ganjil karena keasingan saya di tengah-tengah bahasa mereka.

Karena tidak menemukan sesuatu yang aneh, saya pikir itu mungkin ketidaksengajaan, lalu saya kembali memandang lurus ke depan. Tapi tidak lama kemudian, tangan itu kembali lagi dan kali ini mengelus pantat saya dengan pelan. Saya menoleh mencari siapa tapi lagi-lagi tidak ada yang saya dapati. 

Lalu bus berhenti, masuk lagi segerombolan orang sehingga saya makin terhimpit. Saya pikir kalau sudah begini tidak mungkin lagi orang itu berani pegang-pegang, tapi dugaan saya salah karena tidak lama kemudian saya mulai merasakan tangannya di belakang lutut saya, bergerak naik ke atas paha saya. 

Terus terang saya terangsang sekali karena bagian tengah agak ke belakang dari lutut ke paha itu salah satu daerah sensitif saya.

Antara perasaan gundah, mungkin sungkan siapa tahu ada yang memperhatikan, tapi juga mulai terangsang jadi saya diamkan saja. Karena tidak ada yang bisa saya lakukan di tengah kepadatan bus dan pikir saya, toh dia cuma bisa pegang-pegang, lagi pula saya melihat di sekitar saya itu banyak cowok-cowok berpakaian rapi yang mungkin mau makan siang. 

So, insting iseng dan cuek plus pengen tahu saya lebih kuat daripada perasaan malu. Saya ingin tahu sejauh mana tangan orang tersebut bereaksi dan juga ngapain malu, nggak ada yang kenal saya ini, lagian cowok-cowok yang dekat saya cakep-cakep.

Mungkin karena saya diam saja, tangan itu mulai berani bergerak perlahan terus ke bagian atas paha tengah saya. Saya semakin grogi. Sambil menahan rasa nikmat yang mulai menjalar dari paha, saya gigit bibir saya, karena takut saya nanti bersuara (karena kebiasaan saya suka berisik). 

Saya mencoba untuk menyatukan kaki saya supaya tangannya tidak bisa menggerayang ke atas lagi tapi tidak bisa, karena bus itu bergoyang-goyang, yang membuat badan saya jadi limbung sehingga kaki saya harus agak direnggangkan supaya bisa berdiri dengan stabil.

Diantara perasaan nikmat plus tegang, tangan itu semakin berani kali ini dia maju ke atas, menuju ke celana dalam saya. 

Tangannya mulai membuat lingkaran-lingkaran kecil tepat di daerah sekitar lekukan pantat saya sebelah bawah dan di atas vagina saya yang tertutup celana dalam. 

Wow, makin terangsang plus grogi deh. Kali ini saya agak melenguh sedikit tapi tidak mengundang perhatian penumpang sebelah saya, mungkin mereka pikir saya kecapekan berdiri kali. 

Tapi si pemilik tangan ini makin berani setelah mendengar desahan saya. Dia mulai menyisipkan jemarinya ke dalam celana dalam saya yang mini itu. 

Tidak sulit karena mini, dia bisa merasakan daerah itu mulai basah karena ulahnya. Sungguh sulit untuk melukiskan perasaan saya saat itu.. mungkin pembaca bisa coba untuk membayangkan posisi saya di daerah yang asing dan baru.

Karena dapat angin merasakan kebasahan saya, dia mulai berani membuka bibir kemaluan saya dan memainkan jemarinya di antara kedua bibir itu sambil sesekali melingkar-lingkar di clitoris saya. Aduh, pembaca sungguh nikmat rasanya. Saking tidak kuat menahannya saya rapatkan lagi paha saya. 

Lalu dengan tiba-tiba saya mencoba untuk menjebak tangannya di antara paha saya, tapi refleksnya sangat bagus sehingga dia sempat lolos waktu itu. Lumayanlah pikir saya untuk catch my breath again. 

Jantung saya berdegup sangat kencang sampai-sampai saya takut kedengaran sama yang lain. Kaki saya yang mulai lemas sehingga saya sedikit bersandar di kursi yang terdekat.

Tapi tidak lama tangan itu kembali lagi kali ini saya merasa sesuatu yang dingin di celah paha saya yang nantinya saya sadar mungkin itu gunting or what and how? Karena berikutnya celana dalam saya sudah robek terbelah dua. 

Tangannya semakin berani beroperasi di antara kedua bibir vagina saya melingkar-lingkar dan mulai nenekan perlahan. Pelan namun mesra. 

Kemudian saya mulai merasa jarinya membuka kedua bibir kemaluan saya dan mulai memasukkan dua buah jarinya ke dalam vagina saya keluar masuk sambil digesekkan ke daerah clitoris saya. 

Saya terpana karena tidak menyangka dia seberani itu tapi tak kuasa untuk bertindak. Kaki saya mulai lemas lagi mungkin karena kenikmatan yang dihasilkan oleh gerakan jemarinya.

Saya terpaku oleh rasa itu, diam tak bergerak hanya bisa menikmati sambil kuat-kuat menggigit bibir menahan nikmat itu. 

Perasaan yang tak tertahankan itu membuat saya diam-diam berimajinasi bagaimana rasanya kalau penis yang ada di dalam vagina saya. Dalam diam saya sangat menikmati gerakan tangannya. Saya sudah sangat basah sekarang. 

Saya kuatir nanti terdengar bunyi seperti clep.. clep.. Saya berdiri setengah bersandar di situ antara perasaan grogi takut ketahuan tapi saya berdiri diam di situ tidak bergerak sambil menikmati permainan tangannya.

Tangan itu tidak berhenti juga mungkin dia dapat merasakan gerakan dinding vagina saya yang makin intense. Saya merasa saya hampir orgasme. 

Akhirnya tiba-tiba seperti gelombang saya merasakan suatu perasaan yang sangat hebat, mungkin saya orgasme seperti dalam sedetik itu saya berada di suatu tempat yang terang sekali.. sendirian. 

Untung saya masih bisa menahan tidak menjerit walau susah sekali dan bibir saya terasa sakit karena saya gigit keras sekali. Rasanya berdarah sedikit karena ada rasa besi dalam mulut saya.

Setelah itu, saya kembali bisa merasakan kehadiran orang-orang di sekitar dan membuka mata memandang jalan. Sambil menarik nafas panjang saya berdiri tegak. 

Saya rapatkan kaki saya, dan seperti semula, tangan itu sudah tidak ada. Saya lihat sekeliling, ada beberapa mata yang memandang saya dengan shock tetapi saya cuek saja. 

Saya berbalik memandang jalan kembali dan melihat ke jam tangan saya. Well, semua itu terjadi hanya dalam 10 menit.

Di depan saya melihat ada bus station. Saya cepat melewati orang-orang menuju pintu lalu saya turun. Setelah saya memijakkan kaki saya di tanah, saya pandangi lagi bus yang mulai bergerak maju tapi ada suatu gerakan yang menarik perhatian saya. 

Ternyata ada seorang cowok berkemeja biru, berambut coklat tua dan berumur sekitar 30 tahun mengangkat tangan dan memberi salute kecil pada saya seperti gaya militer di dekat kening itu lho. 

Dia tersenyum (jujur saja, dia memang ganteng. Kalau dia mendekati saya di sebuah café mungkin saya juga tertarik oleh tampang Italy-nya yang rough but nice itu) Tak sadar, saya pun tersenyum balik.

Begitulah pembaca. Saya mulai melihat sekeliling, ternyata saya sudah satu blok di dekat Via Condotti. Saya mulai berjalan sambil masih tersenyum simpul oleh pengalaman tadi. Pengalaman itu adalah salah satu starter yang membuat saya mulai suka melakukan hal-hal tersebut di tempat umum bahkan di Jakarta mungkin karena adrenalin yang berpacu sangat cepat kalau kita tahu kita di tempat umum membuat saya selalu ketagihan.

Wow, Masih begitu perasaan saya kalau mengingat kejadian itu, seperti saya menulis sekarang ini, vagina saya sudah basah. Tinggal menunggu nanti sore selesai jam kantor. Saya akan bertemu Erick, may be Erick can help me now.

TAMAT

Related Posts:

Perjalanan Bisnis Bersama Tante

Halo selamat malam? bertemu lagi dengan admin, kali ini akan berbagi cerita dewasa terbaru lagi untuk kalian. langsung aja dech yah silahkan baca cerita dewasa yang berjudul Perjalanan bisnis bersama tante di bawah ini .


Menemani tante keliling ke beberapa kota untuk jualan konveksi sudah jadi kebiasaanku sejak SMU. 

Dulunya aku belum pandai menyetir, jadi hanya duduk saja di samping Oom-ku yang sigap menyetir. 

Namun, sejak Oom-ku (adik Papaku) meninggal hampir setahun lalu karena sakit, aku terpacu untuk belajar menyetir. 

Tante juga belajar menyetir, jadi kami dapat bergantian kalau jaraknya jauh, sehingga tidak terlalu melelahkan.

Aku terbeban membantu tante karena memang dia lah yang membiayai kuliahku sekarang ini di semester dua. 

ngentot tante



Aku sudah dianggap anak sendiri, sementara dia sendiri tidak dikaruniai anak sejak pernikahannya sekitar 10 tahun lalu setelah ia lulus sarjana muda.

Cara bisnis kami adalah membeli barang dari beberapa pembuat konveksi di rumah-rumah, lalu menjualnya ke kota-kota lain. Untungnya lumayan juga, buktinya mobil box sudah terbeli. Permintaan barang memang meningkat terus. 

Sayang, Oom-ku keburu wafat sehingga Tante sekarang hanya mengandalkan dirinya dan aku. Tante sengaja tidak mau 'pelihara' supir karena untuk menekan biaya operasional.

Sekarang, kalau keliling ke luar kota berjarak jauh, Tante juga menyesuaikan dengan jadwal kuliahku. Sedang kalau jarak dekat dapat dilakukannya sendiri bersama pembantu perempuannya. 

Aku pun ikut menyesuaikan diri, yakni sengaja tidak ambil kuliah di hari Senin, sehingga minimal hari Minggu-Senin bisa untuk bantu keliling. 

Kadang memang kami sampai menginap bila perjalanan cukup jauh, dan karena hal inilah akhirnya kedewasaanku pun tumbuh dengan cepat.

Kisahnya begini, suatu saat kami keliling ke beberapa kota di Jateng utara hingga akhirnya sampai di Semarang sudah jam tujuh malam. 

Selesai makan malam di warung makan sederhana, kami segera mencari losmen kecil supaya pengeluaran dapat dihemat. Rencananya, besok pagi baru kami keliling ke beberapa tempat di kota propinsi ini. 

Biasanya tempat kami menginap selalu ada dua ranjang kecil, masing-masing untuk satu orang, tapi malam itu ternyata yang sisa adalah satu kamar dengan ranjang yang muat untuk dua orang. 

Kami tidak berpikir macam-macam dan menerima kamar itu. Cukuplah untuk tempat kami istirahat malam itu.

Begitu masuk kamar, Tante langsung bergegas mandi karena sangat lelah dan ingin segera tidur. Perjalanan sepanjang siang tadi memang melelahkan dan Tante cukup lama menyetir. 

Aku pun segera mengunci pintu kamar dan jendela-jendela rapat-rapat, takut nyamuk masuk, lalu menyiapkan peralatan mandi. Tidak lama Tante keluar dari kamar mandi, mengenakan kimono batik sebatas paha sambil mengeringkan rambut sehabis keramas.

"Tante tidur dulu, Ron, cape sekali," katanya sambil naik ke ranjang, memilih tempat yang mojok ke tembok, mengatur bantal di sisi kiri lalu membaringkan tubuhnya.
 
Waktu itu masih sekitar jam 8 malam.
"Silahkan Tante, aku juga mau mandi dulu," jawabku sambil masuk ke kamar mandi.
Air dingin segera menyegarkan tubuhku yang berkeringat.

Tidak sampai 15 menit aku mandi keramas, menggosok gigi lalu pakai celana pendek dan t-shirt. Ketika keluar dari kamar mandi kulihat Tante sudah tertidur pulas. 

Fisik wanita memang tidak sekuat pria, padahal kalau dihitung justru aku yang lebih lelah. Selain menyetir aku juga harus angkat-angkat barang dari mobil ke toko-toko, sedangkan Tante hanya mencatat atau membuatkan kuitansi dan menerima pembayarannya saja.

Setelah selesai berbenah, aku pun segera mematikan lampu kamar lalu menyalakan lampu kamar mandi dan membuka pintunya sedikit, sehingga sebagian sinarnya masuk ke kamar. 

Meski hanya redup cukuplah untuk membuat suasana tidak gelap pekat. Kubaringkan diri di sebelah Tante. Kipas angin kecil di atas ranjang terus berputar dan tidak lama kemudian aku pun terlelap.

Jam dinding kamar losmen menunjukkan jam 11 malam ketika mendadak aku terbangun karena rasa panas yang luar biasa menerpaku, badanku berkeringat banyak sekali. 

Kipas angin kecil di langit-langit kamar ternyata tidak mampu menghalau udara panas kota Semarang. Maka aku segera bangkit dan melepas t-shirt, mengeringkan keringat dengan handuk lalu kembali ke ranjang dengan telanjang dada. 

Namun, begitu kembali ke atas ranjang, pandanganku terpaku pada sebatang paha gempal milik Tante yang samar-samar terlihat di antara redupnya sinar lampu kamar mandi.

Posisiku tidur di sebelah kanan Tante, dan sekarang kimono Tante tersibak pada bagian paha kanannya, sampai kelihatan CD-nya! Perlahan aku bangkit dan menguakkan pintu kamar mandi lebih lebar lagi sehingga sinar lampu masuk makin terang dan pemandangan menggairahkan itu semakin jelas. 

Paha yang masih gempal menggairahkan dan gundukan di balik CD-nya benar-benar membuatku panas dingin. Kalau selama ini tidak pernah ada pikiran kotor di benakku, maka sekarang melihat kemolekan milik Tante itu, tubuhku jadi merinding. 

Kutelan ludah beberapa kali sambil membayangkan aku menggeluti tubuh polos wanita bertinggi sekitar 170 cm dan berdada besar itu.

Pelan kubaringkan tubuh di sisi Tante yang tidur telentang dan, entah ada dorongan apa, pelan-pelan kugeser dan kutempelkan paha kiriku yang hanya bercelana pendek ke paha kanan Tante yang terbuka. 

Kalau dia terbangun, aku akan berpura-pura tidur, pikirku nakal. Tapi ternyata dia tidak bangun. Aku pun semakin berani. 

Tempelanku di pahanya semakin lekat, bahkan tubuhku yang telanjang dada pun beringsut mendekatinya. 

Tidak ayal zakarku mulai ereksi. Nafsu syahwatku mulai naik. Kuamati kimono Tanteku dan kucari tali pengikatnya di bagian pinggang. Tanganku bergerilya melepas ikatan kimono itu dan beruntung simpulnya dengan sekali tarik terlepas.

Hati-hati kusibakkan bagian depan kimono Tante ke kiri dan kanan dan.. gila, tubuh Tante begitu mengundang nafsu untuk menggelutinya. 

Dia ternyata tidak ber-BH! Dua gunung gempal montok menantang dan merangsangku. Zakarku bergerak-gerak dan aku pun beringsut-ingsut melepas celanaku luar-dalam, hingga bugil-gil. Nafsu kotor membuatku tidak ingat lagi hubungan Tante dan keponakan.

Dengan gaya pura-pura tidur aku semakin melengketi Tante. Udara panas membuat tubuhku dan tubuh Tante sama-sama berkeringat. 

Dengkurnya yang halus terdengar dekat sekali ketika kepala kami berdekatan. Seperti orang menggeliat, dengan nekat aku bergerak memeluk Tante. Tanganku mengenai payudaranya yang kira-kira berukuran 36B mengkal, padat dan kaki kananku berada di sela-sela pahanya. 

Otomatis penisku tertekan di batang paha kanannya. Kubiarkan posisi ini beberapa saat sambil menunggu reaksinya. Ternyata Tante cuma melenguh kecil dan bergerak-gerak sedikit namun tetap tidur.

Aku bertambah berani, payudara kiri Tante kuusap-usap pelan dengan tangan kanan dan tubuhku semakin condong menelungkupinya. Namun tidak berapa lama kemudian Tante 
menggeliat, meregangkan badan dan sekonyong-konyong justru berguling ke arahku. 

Aku mengikuti arah gerakannya dan jadi gelagapan karena tubuh Tante yang lebih besar dariku sekarang malah yang menindihku. Aku telentang dan terasa buah dada besar Tante menekan dadaku. Anehnya, Tante tetap masih tidur. Maka 'rejeki' ini pun tidak kutolak.

Aku justru mengatur posisi tubuh Tante, kupeluk dan kugeser tubuh montok itu sehingga ia kini benar-benar tepat di atasku, menelungkupiku dengan wajahku di sekitar lehernya. 

Tangan kiriku memeluknya, sementara tangan kananku pelan-pelan melepas kimononya ke belakang. Tante nampak pulas sekali sehingga tidak merasa ketika kimononya kulolosi. Bahkan ketika kedua lengannya bergantian kuangkat untuk memudahkanku melepasnya dari kimono, ia tidak bereaksi.

Sebentar kemudian Tante sudah tinggal berbalut CD saja. Pelukan kiriku tambah erat, sementara tangan kananku bergerak lincah ke arah bawah, menelusup ke balik CD-nya. 

Pantat gempalnya kuremas, Tante hanya menggelinjang dan mendesah kecil, "Mmm.. mm.." Matanya tetap terpejam. Semakin berani, CD-nya mulai kuturunkan dengan bantuan tangan kiri juga. 

Untuk ini aku terpaksa harus mengangkangkan pahaku menahan kedua paha Tante, melepaskan CD Tante pelan-pelan sampai sekitar paha lalu menurunkannya dengan bantuan jari kakiku sampai lepas ke bawah.

Kemudian kuatur posisi zakarku sehingga terjepit paha Tante. Kutambah dengan jepitan di paha Tante, ugh.. nikmat sekali rasanya. 

Sejauh ini, entah pura-pura entah tidak, tante tetap terlelap, sehingga aku pun kian brutal. Kupeluk erat tubuh atasnya, kujilati payudaranya, kugerak-gerakkan zakar tegangku sambil sedikit kuhentak-hentakkan pinggulku ke atas sehingga zakarku di sela-sela pahanya ikut merasakan nikmat.

Lama-lama aku tidak tahan lagi dan ingin segera membenamkannya ke vagina Tante. Perlahan tubuhnya kudorong sampai telentang dan kutelungkupi. 

Pahanya kukangkangkan lebar-lebar, kucium-cium dan kujilat-jilat vaginanya. Lalu zakarku yang sudah tegang penuh kuhunjamkan agak kasar ke lubang nikmat itu. 

Begitu sudah melesak seluruhnya, aku pun segera menggenjot sekuat-kuatnya. Aku tidak perduli lagi apakah Tante mau bangun atau tidak, yang penting syahwatku tersalur!

Sleb.. sleb.. sleb.. aku terus memompa. Tangan Tante kiri kanan kupegang merentang di atas kepala dan mulutku asyik menjilati payudaranya. 

Uh.. uh.. uh.. kurasakan tenaga Tante berusaha memberontak namun aku tetap menekannya sehingga ia hanya dapat melenguh dan menggelinjang kecil dengan mata tetap terpejam.

Beberapa menit kemudian kurasakan pahaku yang sedang memompa dijepit erat-erat paha Tante, lalu pantatnya terangkat tinggi dan berkejat-kejat beberapa kali sampai zakarku terasa diremas-remas, lalu terasa basah. 

Setelah sekali lagi pahanya menjepit ketat pahaku dan mengejat-ngejat tiga kali, dia jadi layu. Kedua pahanya tergolek ngangkang ke kiri-kanan. Tangannya yang masih kupegang pun lalu terasa lemas.

Aku melepaskannya, lalu melanjutkan pompaanku sambil memeluk punggung dan menyedot-nyedot buah dadanya kiri-kanan. Matanya tetap terpejam sambil tubuhnya terguncang-guncang naik turun, terus sampai akhirnya aku orgasme dan zakarku terbenam dalam di vaginanya. 

Tubuhku pun lemas lunglai ambruk menindihnya. Mataku berat dan mengantuk sekali setelah itu.

Aku terbangun lagi ketika jam dinding menunjukkan sekitar jam dua pagi dan mendapati tubuh kami masih pada posisi semula. 

Aku menelungkup di atas tubuh Tante. Dia pun masih tertidur dengan dengkur halusnya. Di luar masih gelap, dalam kilasan cahaya dari kamar mandi kuamati wajah Tante yang berkesan kuat dengan alis tebal. Aku jadi ingin mencium bibirnya yang agak tebal.

Pelan kunaikkan tubuhku yang lebih pendek dari tubuhnya. Kukecup-kecup kecil bibirnya sebentar, lalu kutempelkan bibirku di bibirnya. Lidahku menguak bibir itu, menyeruak di sela-sela giginya, menerobos masuk lalu menjilati lidah Tante.
 
"Emm.. emm..," Tante melenguh kecil dan kurasakan lambat laun mulai ada balasan jilatan pada lidahku.

Tubuh bagian pinggul Tante bergerak-gerak kecil sehingga zakarku pun mulai mengembang lagi. Tanganku pun mulai beraksi meremas dua bongkah daging kenyal di depan dadaku. 

Entah kenapa, sampai saat ini Tante tetap tidak mau membuka matanya. Malukah dia bersetubuh dengan keponakan sendiri? Malukah dia telah memperjakai keponakannya? Malukah dia karena telah membuat keponakannya jadi 'kepenakannya'?

Aku tidak perduli, terserah dia mau buka atau tutup mata, toh yang penting aku dapat menyalurkan syahwat tanpa gangguan! Zakarku sudah menegang besar kembali, kedua kakiku segera membuka paha Tante lebih lebar dan.. sleeb, masuklah kembali burungku ke sangkarnya yang mulai terasa licin. 

Gerakan maju-mundur, naik-turun, masuk-keluar pun mulai kulakukan, sambil tangan tetap meremas-remas payudaranya, sambil lidah kami tetap bergelut. Malah kali ini terasa kedua tangan Tante memeluk dan menekan leherku. Nikmat sekali.

"Egh.. egh.. egh..!" desis bibir Tante yang setengah terbuka.

Aku bergerak keluar-masuk dengan santai, demikian pula pinggul Tante yang sesekali ikut mengimbangi gerakanku dengan gerakan berputar atau terangkat. 

15 menit sudah kami bergerak berirama dan lagi-lagi mendadak kedua kaki Tante memeluk pahaku erat-erat, lalu pinggulnya terangkat tinggi-tinggi dan berkejat-kejat lima enam kali. Sebelum akhirnya kembali melemas di atas ranjang. 

Aku mengira-ngira, pasti Tante mengalami seperti yang kualami tadi, dan kini pun aku mulai tidak tahan untuk mengeluarkan sesuatu dari batanganku.

Kupercepat gerakanku, semakin kasar mencumbu vagina Tante, semakin gemas meremas payudaranya, semakin kuat bibir dan lidahku mengulum mulutnya, sampai akhirnya.. creet sekali (pantatku berkejat dua kali).. creet kedua kali (pantatku berkejat lagi dua kali).. creett lagi (pantatku berkejat empat kali).. creet creet cret (pantatku berkejat-kejat keras sampai menekan vagina Tante dalam-dalam). 

Habis tuntas rasanya seluruh cairanku. Lemah lunglai badanku terkapar di atas tubuh Tante. Kami tidak perduli dengan badan yang bersimbah keringat hingga seprei ranjang basah kusut.

"Cukup, Ron..!" bisik Tanteku sambil mendorongku dari atas tubuhnya.
Aku agak kaget mendengar suaranya dan segera menggulirkan diri ke samping kanannya. 

Kuperhatikan Tante segera memunggungiku sambil menekuk kedua kakinya, sehingga badannya bongkok udang, tetap telanjang dan berkeringat. Aku juga telentang ngos-ngosan, telanjang dan berkeringat. Sejurus kemudian kami pun tertidur lagi.

Jam lima pagi, aku terjaga lagi. Kali ini terasa agak dingin dihembus kipas angin dari atas. Kuambil selimut sambil melihat Tante yang masih berposisi telanjang bongkok udang. Hal ini menarikku untuk memeluknya dari belakang. Kutebarkan selimut lebar itu hingga menutupi tubuh kami berdua. 

Tangan kiri kusisipkan di bawah badannya dan tangan kananku kupelukkan melingkupi dadanya. Pinggulku kulekatkan ke arah pantatnya, sehingga otomatis zakarku menempel di situ pula, di sela-sela paha belakangnya.

Dasar darah mudaku masih panas, sejenak kemudian burung kecilku sudah jadi 'garuda' perkasa yang siap tempur lagi. Kugerak-gerakkan menusuki sela-sela paha belakang Tante. 

Tanganku pun tidak tinggal diam dan mulai memelintir puting Tante kiri-kanan seraya meremas-remas gumpalan kenyal itu. Kontan mendapat perlakuan seperti itu Tanteku terbangun dan bereaksi.

"Sudah, Ron..! Jangan lagi..!" tubuh Tante beringsut menjauhiku, namun aku tetap memeluknya erat.
 
Bahkan dengkulku sekarang berupaya membuka pahanya dari belakang. Tante beringsut menjauh lagi dan kedua tangannya berusaha melepas pelukanku.
 
"Jangan, Ron..! Aku ini Tantemu." rintihnya sambil tetap membelakangiku.
"Tapi, tadi kita sudah melakukannya, Tante?" tanyaku tidak mengerti. Pelukanku tetap.
 
"Ya. Ta.. tadi Tante.. khilaf.."
"Khilaf..? Tapi kita sudah melakukannya sampai dua kali Tante?" aku tidak habis mengerti.
Kulekatkan lagi zakarku ke pantatnya. Tante menghindar.

"Ii.. ya, Ron. Tante tadi benar-benar tak mampu.. menahan nafsu.. Tante sudah lama tidak melakukan ini sejak Oom-mu meninggal. Dan sekarang kamu merangsang Tante sampai Tante terlena."
 
"Masak terlena sampai dua kali?"
"Yang pertama memang. Tante baru terbangun setelah.., Roni mem.. memasuki Tante. Tante mau melawan tapi tenagamu kuat sekali sampai akhirnya Tante diam dan malah jadi terlena."

"Kalau yang kedua, Tante..?" tanyaku ingin tahu sambil mendekap lebih erat. Tante menghindar dan menepisku lagi.

"Kamu mencium bibir Tante. Di situ lah kelemahan Tante, Ron. Tante selalu terangsang kalau berciuman.."
 
"Oh, kalau begitu Tante kucium saja sekarang ya..? Biar Tante bernafsu lagi." pintaku bernafsu sambil berupaya memalingkan wajah Tante. Tapi Tante menolak keras.
 
"Jangan, Ron..! Sudah cukup. Kita jangan berzinah lagi. Tante merasa berdosa pada Oom-mu. Hik.. hik.. hik.." Tante terisak.
Aku jadi mengendurkan serangan, meski tetap memeluknya dari belakang.

Kemudian kami terdiam. Dalam dekapanku terasa Tante sedang menangis. Tubuhnya berguncang kecil.

"Ya sudah, Tante. Sekarang kita tidur saja. Tapi bolehkan Roni memeluk Tante seperti ini..?"
Tidak kuduga Tante justru berbalik menghadapku sambil membetulkan selimut kami dan berkata, "Tapi kamu harus janji tak akan menyetubuhi Tante lagi kan, Ron?"
"Iya, Tante. Aku janji.., anggap saja Tante sekarang sedang memeluk anak Tante sendiri."

Sekilas kulihat bibir Tante tersenyum. Di bawah selimut, aku kembali memeluknya dan kurasakan tangan Tante juga memelukku. Buah dada besarnya menekan dadaku, tapi aku mencoba mematikan nafsuku. 

Zakarku, meski menyentuh pahanya, juga kutahan supaya tidak tegang lagi. Wajah kami berhadap-hadapan sampai napas Tante terasa menerpa hidungku. Matanya terpejam, aku pun mencoba tidur.

Mungkin saking lelahnya, dengan cepat Tante terlelap lagi. Namun lain halnya dengan aku. Terus terang, meski sudah berjanji, mana bisa aku mengekang terus nafsu birahiku, terutama si 'garuda' kecilku yang sudah mulai mengepakkan sayapnya lagi. 

Dengan tempelan buah dada sebesar itu di dada dan pelukan hangat tubuh polos menggairahkan begini, mana bisa aku tidur tenang? Mana bisa aku menahan syahwat? Jujur saja, aku sudah benar-benar ingin segera menelentangkan Tante, menusuk dan memompanya lagi!


Tapi aku sudah janji tidak akan menyetubuhinya lagi. Mestikah janji ini kuingkari? Apa akal? Bisakah tidak mengingkari janji tapi tetap dapat menyebadani Tante? Benakku segera berputar, dan segera ingat kata-kata Tante tadi bahwa dia paling mudah terangsang kalau dicium.

 Mengapa aku tidak menciumnya saja? Bukankah mencium tidak sama dengan menyetubuhi?

Ya, pelan tapi pasti kusisipkan kaki kiri di bawah kaki kanan Tante, sedang kaki kananku kumasukkan di antara kakinya sehingga keempat kaki kami saling bertumpang tindih. 

Aku tidak perduli zakarku yang sudah jadi tonggak keras melekat di pahanya. Kurapatkan pelukan dan dekapanku ke tubuh Tante, wajahku kudekatkan ke wajahnya dan perlahan bibirku kutautkan dengan bibirnya.

Lidahku kembali berupaya memasuki rongga mulutnya yang agak menganga. Aku terus bertahan dengan posisi erotis ini sambil agak menekan bagian belakang kepala Tante supaya pertautan bibir kami tidak lepas. Dan usahaku ternyata tidak sia-sia. 

Setelah sekitar 30 menit kemudian, tubuhku mulai pegal-pegal, kurasakan gerakan lidah Tante. Serta merta gerakannya kubalas dengan jilatan lidah juga.
 
"Emm.. emm.. mm.." desis Tante sambil membelit lidahku.

Kepalanya kutekan makin kuat dan aku berusaha menyedot lidahnya hingga masuk ke mulutku. Kukulum lidahnya dan kupermainkan dengan lidahku. Kusedot, kusedot dan kusedot terus sampai Tante agak kesakitan, lalu kubelit-belit lagi dengan lidahku. 

Ya, silat lidah ini berlangsung cukup lama dan ketika tanpa sengaja pahaku menyenggol vagina tante, terasa agak basah. Pasti Tante terangsang, pikirku. Tapi aku tidak mau memulai, takut melanggar janji. Biar Tante saja yang aktif.

Maka aku pun berusaha menambah daya rangsang pada diri Tante. Pelan tangan kirinya kubimbing untuk menggenggam zakarku. Meski mula-mula enggan, tapi lama kelamaan digenggamnya juga 'garuda perkasa'-ku. Bahkan dipijit-pijit sehingga aku pun menggelinjang keenakan.
 
"Shh.. shh..!" desisku sambil mengulum lidahnya.

Tangan kananku, setelah membimbing tangan kiri Tante menggenggam zakarku lalu meneruskan perjalanannya ke celah paha Tante yang sudah basah. 

Kusibakkan rambut-rambut tebal itu, mencari celah-celah lalu menyisipkan jari telunjuk dan tengahku di situ. Kugerakkan ke keluar-masuk dan Tante mendesis-desis, genggamannya di zakarku terasa mengeras. Aku tidak tahan lagi.

"Masukin ya, Tante?" bisikku, lupa pada janjiku.
"Ja.. jangan, Ron..!"
"Ak.. aku nggak tahan lagi, Tante..!" pintaku.
"Di.. dijepit paha saja ya, Ron..?"
 
Tanpa kusuruh, Tante lalu telentang dan mengangkangkan pahanya. Pelan aku menaikinya. Tante membimbing zakarku di antara pahanya sekitar sejengkal di bawah vagina, lalu menjepitnya. Ia menggerak-gerakkan pahanya sehingga zakarku terpelintir-pelintir nikmat sekali.

Payudara besar Tante menekan dadaku juga. Tangan kiriku mengutil-ngutil puting kanannya. Ciuman ke bibirnya kulanjutkan lagi, jemari tangan kananku juga terus berupaya memasuki vagina Tante dan mengocoknya.
 
"Heshh.. heshh.. Ron.. mm..," Tante sulit bicara karena mulutnya masih kukulum.
"Tanganmu.. Ron..!" tangan kanan Tante berusaha menghentikan kegiatan tangan kiriku di putingnya, sedang tangan kanannya berusaha menghentikan kegiatan jemari kananku di vaginanya.

Dipegangnya jemariku. Aku hentikan gerakan, tapi tiga jari tetap terendam di vagina basah itu dan kukutil-kutil kecil. Sampai Tante tidak tahan dan mengangkangkan sedikit pahanya hingga jepitan pada zakarku terlepas. 

Cepat kutarik jemariku dari situ dan kunaikkan sedikit tubuhku sehingga sekarang ganti zakarku berada di pintu gerbang nikmat itu. Kepalanya malah sudah menyeruak masuk.

"Hshh.. Ron, jangan dimasukkan..!" Tante buru-buru memegang zakarku, digenggamnya.
"Tapi aku sudah nggak tahan Tante.." desisku.
 
"Cukup kepalanya saja, Ron.. dan jangan dikocok..!" Tante memperketat genggamannya, sementara aku semakin memperderas tekanan ke vaginanya.
"Ii.. ingat janjimu, Ron..!"
"Ta.. tapi Tante juga ingin kan?" tanyaku polos.
"Ii.. iya sih, Ron. Tante juga sudah nggak tahan. Tapi ini zinah namanya."
"Apa kalau tidak dimasukkan bukan zinah, Tante?" tanyaku bloon.
 
"Bu.. bukan, Ron. Asal burungmu tidak masuk ke vagina Tante, bukan zinah.." aku jadi bingung.
Terus terang tidak mengerti definisi zinah menurut Tante ini.

"Kalau begitu, apa Tante punya jalan keluar? Kita sudah sama-sama terangsang berat. Tapi kita nggak mau berzinah."
 
"Egh.. gini aja Ron. Tante akan.. ugh.. mengulum punyamu. Turunlah sebentar..!"
Dan aku pun menurut, turun dari atas Tante dan telentang. Tante bangkit lalu memutar badannya dan mengangkangiku. Mulutnya ada di atas zakarku dan vaginanya di atas wajahku.

Kurasakan ia mulai menggenggam dan mengulum 'garuda perkasa'-ku. Dikulum dan digerakkan naik turun di mulutnya.

Shiit.. hsshh.. nikmat sekali. Jemariku segera menangkap pinggulnya yang bergerak maju mundur dan segera kuselipkan empat jari kanan ke vaginanya. Kugerakkan cepat, malah agak kasar, keluar masuk sampai basah semua.

"Ugh.. uughh.. uagh.. Ron..! Ron, Tante mau keluar, mm.. mm.." Tante terus mengulum sambil meracau.
 
Sekejap kemudian tubuhnya berhenti bergerak, lalu pinggul yang kupegangi terasa berkejat-kejat. Kemudian cairan hangat membanjiri tanganku dan sebagian menetesi dadaku. Kurasakan cairan itu seperti air maniku hanya lebih encer dan bening.

Tante kemudian terkapar kelelahan di atasku dengan posisi mulutnya tetap mengulum zakarku sambil mengocoknya. Tidak berapa lama, aku pun merasa mau keluar.
 
"Egh.. egh.. Tante. Aku mau keluar..!" Tante malah mempercepat kocokannya dan memperdalam kulumannya.
 
Aku berkejat dan muncrat memasuki mulut Tante dan ditelannya, semuanya habis ditampung mulut Tante. Akhirnya aku pun lemas dan ikut menggelepar kelelahan.

Tangan-kakiku terkapar lemas ke kiri-kanan. Tante juga terkapar kelelahan namun mulutnya masih terus menjilati zakarku sampai bersih, barulah kemudian dia berbalik dan memelukku. Wajah kami berhadapan, mata Tante merem-melek.

"Kalau yang barusan ini bukan zinah tante?" tanyaku lagi.
 
"Bukan, Ron.. karena kamu tidak memasukkan burungmu ke vagina Tante." jawabnya sambil mata memejam.

Aku tidak tahu apakah jawabnya itu benar atau salah. Namun, setelah kupikir-pikir, aku lalu bertanya lagi, "Jadi kalau begitu, boleh dong kita melakukan lagi seperti yang barusan ini, Tante?"
"He-eh.." jawabnya sambil terkantuk-kantuk kemudian dengkur kecilnya mulai terdengar lagi.

Jam enam pagi waktu itu. Aku pun segera menebarkan selimut lagi di atas tubuh polos kami dan memeluknya dengan ketat. Rasanya aku tidak mau melepaskan tubuh Tante walau sekejap pun. 

Persetan dengan pekerjaan, persetan dengan kuliah. Sengaja aku juga tidak mengingatkan Tante akan pekerjaan kami. Aku malah berharap menginap lagi semalam, biar ada kesempatan bersebadan dengan Tante lebih lama lagi. 

Sepanjang hari ini aku mau bercumbu terus dengan Tante, sampai spermaku keluar sepuluh kali lagi! Begitu angan-angan jorokku.

Ya, akhirnya memang kami hari itu tidak keluar kamar dan memperpanjang menginap sehari lagi. Selama di dalam kamar, di atas ranjang, kami tidak pernah mengenakan pakaian barang selembar pun. 

Hampir setiap tiga jam sekali aku dan Tante sama-sama mengalami orgasme, meskipun hanya pakai bantuan tangan atau mulut dan lidah.

Jam delapan pagi, sebelas, dua siang, lima sore, delapan malam, sebelas malam, dua pagi, lima pagi dan delapan paginya lagi kami selalu terkejat-kejat dan orgasme hampir bersamaan. 

Selama itu memang Tante masih selalu ingat untuk menolakku yang ingin memasukkan penisku ke vaginanya, dan aku pun menurutinya.

Namun, akhirnya Tante terlena dan aku pun bebas memasukkan penisku ke vaginanya. Tentunya setelah kami pulang dari perjalanan bisnis berkesan itu, dan kembali pulang ke rumah. 

Kesempatan itu terbuka lebar karena memang aku suka tinggal di rumahnya. Nah, sekian dulu kisahku, semoga dapat memuaskan pembaca sekalian. Terutama untuk pembaca yang dingin, bisa jadi greng..!

semoga terhibur yah sama cerita2 yang ada di situs ini , sampai jumpa di cerita selanjutnya.

Related Posts: