Aku heran dengan adikku ini, sering sekali istrinya yang masih muda dan montok ditinggal kemana2.
Aku sih ok saja nemenin perempuan muda yang montok dan merangsang, malah pikiranku menjadi ngeres sendiri melihat adik iparku itu.
Pagi hari setelah suaminya berangkat ke airport , adik iparku menyediakan makan pagi untukku. Setelah siap dia memanggilku.
"Mas, sarapan mas..".
Dia memanggilnya sembari mendorong pintu kamarku untuk melongok kedalam kamar, aku saat itu sudah terbangun tetapi segera memejamkan mata ketika mendengar pintu kamar dibuka.
Aku kalau tidur memang biasa hanya memakai cd. Aku mengintipnya dengan membuka sedikit mataku, dia terpana melihat tubuhku yang kekar dengan dada yang bidang hanya dibalut sepotong cd dimana terlihat jelas kon tolku besar dan panjang tercetak dengan jelas di cdku.
kontolku dah ngaceng berat, biasanya kalau baru bangun kon tolku memang sering ngaceng. Entah disadari atau tidak dia menggunggam sendiri,
".. Ohh mas seandainya mas suami Ines akan Ines peluk tubuh mas yang perkasa ini..".
Walaupun suaranya lirih tetapi tapi aku dapat mendengarnya, aku membuka mataku dan tersenyum.
"Kenapa Nes, kamu gak puas ya dengan suamimu". Dia jadi tersipu malu.
"Sarapan dulu mas, ntar dingin", katanya sambil keluar kamar.
Karena aku gak keluar2 juga dari kamar, dia memanggilku lagi, "Mas". Aku gak menjawabnya sehingga dia kembali ke kamar.
Aku sedang telentang sambil mengusap2 kon tolku dari luar cd. Ketika kulihat dia ada dipintu kamar, sengaja pelan2 kuturunkan cdku sehingga nongollah kon tolku yang besar mengacung dengan gagahnya.
Dia terbelalak ngeliat kon tol segede itu. "Kamu pengen ngerasain kon tolku ya Nes", kataku terus terang. "Belum pernah ya ngerasain kon tol segede aku punya.
Aku juga napsu ngeliat kamu Nes, bodi kamu merangsang banget deh". Aku bangun dalam keadaan telanjang bulat menuju ke tempat dia berdiri.
kontolku yang tegang berat berayun2 seirama jalanku. Aku segera memeluknya dan kutarik ke ranjang, dirumah memang gak ada siapa2 lagi. Daster yang dipakainya berwarna kuning dengan ukuran mini.
Daster tersebut hanya sebatas setengah pahanya saja dan berenda kuning juga, kemudian di pundaknya hanya mengenakan satu tali saja. Toketnya yang ranum menantang sekali dengan dua pentil yang mencuat.
Dia tidak memakai BH, tapi masih memakai cd. Cd itu tercetak jelas menerawang tembus pandang dari daster kuning itu. Cd nya juga dalam ukuran sexy, cd mini warna putih, kontras dengan daster yang dipakai.
Aku mencium kecil pipi kanannya. Dia tersenyum, kemudian membalas mencium kecil bibirku. Aku pun meraba toketnya Dia menutup mata merasakan kenikmatan tersebut, kemudian aku mencium bibirnya, sambil sesekali kuhisap bibir bawahnya dan lidahku menjelajah ke rongga giginya dan menghisap lidahnya.
Dia benar benar menikmatinya, kedua tanganku sudah berada pada dua toket ranumnya. Kuremas remas sambil kupelintir kedua pentilnya dengan ibu jari dan telunjukku. Dia terkadang bergetar tubuhnya ketika kombinasi yang kulakukan yaitu meremas sambil memuntir pentilnya.
"Ah, mas pinter deh bikin Ines terangsang ya", katanya. Aku membaringkan tubuhnya diranjang dan langsung kutindih sambih terus meremas dan mencium bibirmya.
kontolku yang sudah ngaceng keras menggesek bibir luar no noknya dan gerakan kami seperti orang yang sedang ngentot. Aku mendorong kebawah, dia mendorong pula pantatnya keatas, Aku tarik pinggangku, dia pun demikian. Mukanya bersemu merah menahan napsunya. Langsung kujilati pentil yang memerah muda, karena napsu sambil aku menyedot pentilnya dengan keras.
Dia menggigit bibir sendiri menahan napsunya yang kian memuncak. Kakinya sudah menyepak kesana kemari membuat daster yang dikenakan tidak bisa menutupi bagian bawahnya. Sambil menjilat, aku memperhatikan gundukan di bawah pusar yang mumbul dengan jembut yang menyembul keluar.
Pinggulnya bergerak tak menentu, "Hhh, mas.. hh enak", erangnya.
Mendapat respon seperti itu tanganku mulai turun menjelajah dari toketnya ke arah perut, mengusap daerah pusar, kemudian turun lagi kebawah pusar yang ditumbuhi jembut, kemudian meraba daerah selangkangannya yang empuk.
Aku tekan sekali sekali sambil kuremask. Hal ini menyebabkan gerakan pinggulnya yang makin panas. Aku dapat melihat butiran butiran keringat napsu yang menetes dari dahinya yang sedang membasahi rambut panjangnya.
Kemudian dasternya kuangkat dari bawah dan dinaikkan lewat lehernya, kulepaskan. Kami langsung berpelukan sambil berciuman panjang. Setelah pelukan plus ciuman aku rasa cukup, tanganku mulai bermain ke arah selangkangannya dengan mengusap lembut naik turun melewati belahan no noknya.
Dari luar cdnya aku bisa merasakan bahwa didalam sudah lembab sekali, tentu banyak cairan yang sudah keluar dari no noknya.
Karena dia menggunakan CD mini yang memang kurang bahan untuk menutupi no noknya, jariku dengan mudahnya dapat masuk melalui samping selangkangan dan bermain di sana.
Sesekali jariku bermain pada bibir no noknya agak lama, dia meliukan pinggangnya bergoyang goyang. Aku tetap tenang mengelus, sesekaliseluruh jariku masuk dan meremas no noknya dengan lembut.
Hal ini membuat dia melenguh keras. Sambil tanganku meremas no noknya, tangan kiriku masih terus aktif meremas toketnya baik yang kiri maupun yang kanan sambil mengisap bibir dan salah satu pentil yangnganggur.
Jari tengahku mulai mengilik i tilnya. Benar saja, i tilnya sudah membesar dan basah. dia menggeliat tak tentu arah sambil mendesah, "Oh.. mas enak sekali".
"CDmu kubuka ya biar kamu nggak kegencet, liat tuh CD kamu kekecilan nggak bisa nampung pantat kamu yang bulat besar sama no nok kamu yang tembem, lagian kamu juga udah basah", jawabku sambil melepas cdn mini putih berenda itu, dan kali ini aku benar benar melihat dia dalam keadaan polos tanpa sehelai benangpun, dengan keadaan napsu yang memuncak.
Bukan main indahnya bentuk no noknya, dia mempunyai jembut yang lebat dan halus semua warna hitam. Jembutnya nampak rapih, karena dalam keadaan lurus tidak keriting seperti wanita kebanyakan.
Aku mulai menyusuri ke arah pusarnya terus turun dan berhenti tepat dino noknya. Dia sedikit jengah dan berkata,
"Oh, mas jangan liat kayak gitu dong.. Ines kan malu" sambil tangannya mencoba menutupi. Tapi dengan cepat tanganku menahannya dan langsung bibirku mencium bibir luar no noknya sambil kuhisap-hisap kedua belah bibir no noknya. Dia benar benar kelojotan,"
Ah mas, oh.. enak banget, hmm.. oh iya bener gitu.. ohh.."Aku menyapukan lidahku naik turun sambil tak lupa i tilnya aku emut emut dan didalam bibirku aku kedut kedutkan.
Lidahku mulai merangsek masuk ke dalam no noknya yang memang benar benar sudah basah.
Dalam keadaan tersebut kepalanya tersentak kekiri dan kekanan menahan luapan napsu. Aku bisa melihat dan merasakan dia hampir nyampe, dan aku mulai menuntun kon tolku yang sudah siap tempur.
Dalam keadaan tersebut kepalanya tersentak kekiri dan kekanan menahan luapan napsu. Aku bisa melihat dan merasakan dia hampir nyampe, dan aku mulai menuntun kon tolku yang sudah siap tempur.
Kedua belah kakinya aku lebarkan sambil tangan kiriku mempermainkan i tilnya dengan ibu jari dan tangan kananku mengarahkan kon tolku ke no noknya.
Ketika kon tolku bertemu dengan no noknya, kepala kon tolku langsung seperti dihisap oleh no noknya. Aku peluk dia sambil sedikit aku goyangkan tanpa mendorong masuk kon tolku ke dalamnya. Cukup kepalanya saja yang terjepit di dalam no noknya.
Pinggulnya mengimbangi gerakanku yang naik turun menggesek no noknya. Kepala kon tolku benar benar dijepit erat oleh no noknya. Dia merem melek keenakan, dan tangannya memelukku dan mengimbangi gerakanku.
"Mas, kon tol mas enak banget sih hangat kena no nok Ines." Setelah kurang lebih tiga menit kami seperti itu, aku merasakan pantatnya naik lebih tinggi, seakan akan ingin lebih merasakan kon tolku. Maka akupun mulai sedikit demi sedikit mendorong lebih dalam, sehingga seluruh kon tolku terbenam di dalam no noknya. Dia mulai meracau lagi,
"Oh mas..enak banget kon tol mas masuk semua ke dalem no nok Ines.. hh. dorong lagi biar makin dalem masuknya.." Sambil memompa aku bertanya, "Nes.. kon tolku lagi ngapain no nok Ines?" "Hhh, skh.. hh kon tol mas lagi ngen totin no nok Ines," jawabnya sambil meremas pantatku gemas.
Aku pura pura tidak mendengar ingin dia mengulang lagi kata katanya, "Ha.. lagi ngapain?" "Lagi dien tot ..ohh nikmatnya.." Aku bertanya lagi, "Emang Ines mau aku en tot?" Dia menyahut,"Iya jadi ketagihan nih dien tot sama mas, abis kon tol mas mantap, nikmat, enak rasanya."
Sambil begitu aku benar-benar merasakan jepitan-jepitan halus dari dinding no noknya. no noknya mempunyai jepitan yang kuat, kon tolku di dalam seperti dirayapi oleh jutaan semut, jadi seperti terkena setrum kecil, tapi hangat dengan sebentar-bentar no nok tersebut mencucup kembang kempis menyedot seluruh kon tolku. Setelah lebih 20 menit, dia sudah hampir nyampe.
"Ayo mas, Ines udah mau nyampe, enjot terus, iya teken biar kena i til Ines oh.. benar begitu .. aduh, enak bener ngen tot ama mas." Akupun merasakan intensitas kedutan no noknya makin tinggi, dan sepertinya akupun sudah ingin ngecret juga.
"Oh, Nes.. enak banget no nokmu ada empot ayamnya, rasanya legit, rapet, peret, oh, aku mau ngecret, gimana nih didalam atau diluar," kataku.
"Didalem aja mas biar enak, Ines juga mau ngerasain disemprot peju mas, mungkin besok lusa dapet haid, jadi aman," desahnya yang juga menahan napsu yang siap meledak beberapa saat lagi.
Akhirnya aku merasakan kon tolku diremas kuat sekali oleh otot no noknya, gerakan pinggulnya terhenti, sambil pantatnya ditinggikan, aku mengocok kon tolku, lagi dia menggeram dan.."Oh mas Ines nyampe, ouh.. ahh. nggh ahh enak.. enak hh.."
Aku pun tak tahan kon tolku diremas dan disedot oleh no noknya, dengan satu dan dua kali sentakan kon tolku menyemprotkan peju kedalam no noknya.
Ketika aku menyemprotkan peju, no noknya menyedot kencang hingga kami berdua merasakan nikmat senggama yang sangat indah. Puas aku selesai ngecret dan begitu juga dia, ketika aku ingin melepas kon tolku, dia mencegahnya.
"Biarin didalam dulu sampe ngecil dan keluar sendiri yah." Akhirnya kami berbaring menyamping dengan kon tolku masih nancep didalam no noknya, masih dapat aku rasakan kedutan dalam no noknya namun sudah melemah, dan kon tolku mulai berangsur-angsur mengecil dan akhirnya lepas dengan sendirinya dari no noknya.
Dia terkulai lemes dan bermandikan keringat. Aku berbaring disebelahnya. Dia meremes2 kon tolku yang berlumuran peju dan sudah lemes. Gak lama diremes2, napsuku timbul lagi, kon tolku mulai ngaceng lagi.
Dia terkulai lemes dan bermandikan keringat. Aku berbaring disebelahnya. Dia meremes2 kon tolku yang berlumuran peju dan sudah lemes. Gak lama diremes2, napsuku timbul lagi, kon tolku mulai ngaceng lagi.
"Mas, Ines dien tot lagi dong, tuh kon tolnya sudah ngaceng lagi. Mas kuat banget seh, baru ngecret udah ngaceng lagi".
Aku diam saja, dia berinisiatif menaiki tubuhku. Disodorkannya pentilnya ke mulutku, segera pentilnya kukenyot2, napsunya mulai memuncak lagi. Dia menggeser ke depan sehingga no noknya berada didepan mulutku lagi.
"Mas, jilat dong no nok Inesa, i tilnya juga ya mas". Aku mulai menjilati no noknya dan i tilnya kuhisap, kadang kugigit pelan, "Aah, mas, diemut aja mas, jangan digigit", desahnya menggelinjang.
Dia gak bisa menahan diri lagi. Segera no noknya diarahkan ke kon tolku yang sudah tegang berat, ditekannya sehingga kon tolku kembali amblas di no noknyau. Dia mulai menggoyang pantatnya turun naik, mengocok kon tolku dengan no noknya. Aku memlintir pentilnya, dia mendesah2.
Karena dia diatas maka dia yang pegang kendali, bibirku diciumnya dan aku menyambutnya dengan penuh napsu. Pantatnya makin cepat diturun naikkan.
Aku dengan gemas menggulingkannya sehingga kembali aku yang diatas, aku segera mengenjotkan kon tolku keluar masuk no noknya. Dia mengangkangkan pahanyau lebar2, menyambut enjotan kon tolku, dia gak bisa nahan lebih lama lagi, tubuhnya makin sering menggelinjang dan no noknya terasa berdenyut2,
"Maas, aah". Akhirnya dia nyampe lagi, dia tergolek lemes, tapi aku masih saja menggenjot no noknya dengan cepat dan keras, dia mendesah2 kenikmatan.
Aku bisa membuat dia nyampe lagi sebelum akhirnya dengan satu enjotan yang keras kembali aku ngecretkan pejuku di no noknya. Nikmat nya.
Aku menciumnya, "Nes, nikmat banget deh ngen tot sama kamu". "iya mas, Ines juga nikmat banget, kalo ada kesempatan Ines mau kok dien tot lagi sama mas".