Cerita Seks Desahan Janda Muda



Wanita tersebut bernama Nia dan dia masih berumur 19 tahun dengan tinggi kurang lebih sekitar 175 dan dengan ukuran bra sekitar 36 C akhirnya saya menawarkan dia untuk mengantar pulang dan dia pun setuju, maka akhirnya kami jalan pulang tanpa ada apa-apa.

Kesokan harinya pada pukul 10.00 Nia menghubungi saya via HP saya

"Hallo, Firman ya?"

"Siapa nih?", tanya saya

"Nia, masa lupa yang semalam kenalan.."

"Oh, iya.. lagi dimana nih."

"Lagi di Blok M, kamu ada acara nggak hari ini?"

"Ehmm, nggak ada tuh kenapa?", jawab saya

"Bisa jemput?"

"Ya udah dimana?"

"Di McDonald Blok M aja ya jam 11.00"

"Ok"

Singkat cerita langsung saya meluncur ke arah Blok M

Sesampainya disana kami ngobrol sejenak lalu kami memutuskan untuk pergi.

"Mau kemana nih?" tanya saya

"Terserah kamu aja.."

"Main kerumahku sebentar yuk mau nggak?"

"Ok", jawabnya dengan santai.

"Ga takut?", tanya saya

"Takut apa?"

"Kalo diperkosa gimana?"

Tapi dia dengan santainya menjawab, "Ga usah diperkosa juga mau kok.. he.. he.." sambil melirik kearahku dan mencubit manja pinggangku.

Kemudian saya bertanya, "Bener nih?"

Dia menjawab, "Siapa takut?"

Lalu segera kita meluncur ke arah rumahku di bilangan Tebet yang memang sehari-harinya selalu kosong. 

Begitu sampai saya lalu mempersilahkan Nia untuk masuk lalu kami duduk bersebelahan dan saya menggoda dia.

"Bener nih nggak takut diperkosa?"

Dia malah menjawab, "Mau perkosa aku sekarang?" ujarnya sambil membusungkan dadanya yang montok itu.

Aku tidak tahu siapa yang memulai tiba-tiba bibir kami sudah saling bertemu dan saling melumat, dan memainkan lidah nya di mulutku. 

Tangan kirinya melepas bajuku dan aku tak mau ketinggalan, saya ikut membuka kaos ketatnya itu dan melepas BH nya.

Ciumanku menjalar menyusuri leher dan belakang kupingnya.

"Ahh.. esst.. terus yang..", Nia udah mulai meracau tidak jelas saat lidah saya turun ke dadanya diantara kedua bukitnya.

Lidah saya terus menjalar di buah dadanya namun tidak sampai pada pentilnya.

Nia mendesah-desah, "Man isep Man ayo Man gue pingin elo isep Man.."

Namun aku tidak memperdulikannya dan masih be......rmain di sekitar pentilnya dan turun ke perut sambil perlaha-lahan tanganku membuka celananya dan masih tersisa celana dalamnya.

Akhirnya kepalaku ditarik Nia dan ditempelkannya teteknya ke mulutku.

"Ayo Man isep Man jangan siksa gue Man.."

Akhirnya mulutku menghisap tetek sebelah kirinya sedangkan tangan kanan ku meremas-remas tetek sebelah kanannya.

"Ohh.. aah.. esst.. enak Man terus sedot yang keras Man gigit Man ohh..", racaunya.

Sambil kusedot teteknya bergantian kiri dan kanan tanganku bergerilya di bagian pangkal pahanya sambil menggosok- gosok klitorsnya dari bagian luar celana dalamnya.

Nia pun tidak sabar, akhirnya dia membuka celanaku termasuk celana dalamku sehingga mencuatlah 'adekku' yang sudah berdiri tegak itu dan Nia terpana.

"Gila gede banget Man punya elo.."

Dan tanpa dikomando langsung Nia memasukan kontolku ke dalam mulutnya yang mungil, terasa penuh sekali mulut itu, Nia menjilat-jilat ujung kemaluanku terus turun ke bawah sampai selurh batangnya terjilat olehnya.

"Ah.. enak Ni terus Ni" aku pun menahan nikmat yang luar biasa.

Akhirnya aku berinisiatif dan memutar tubuhku sehingga posisi kami menjadi 69. Sesaat aku menjilati bagian bibir vaginanya Nia mendesah.

"Ah.. enak Man esst.. terus Man.."

Akhirnya Nia menggelinjang hebat ketika lidahku menyentuh bagian klitorisnya.

"Ahh.. Man aku sampai Man.." sambil mulutnya terus mengelum penisku sedotan Niapun semakin cepat dan kuat pada penisku maka aku merasakkan denyut-denyut pada penisku.

"Ni, gue juga mau sampai Ni ahh.."

"Barengan ya.."

Mendengar itu Nia makin bernafsu menyedot-nyedot dan menjilati penisku dan akhirnya..

"Acchh.. ach..", crot.. crot.. crott.., 8 kali penisku menyemprotkan sperma dalam mulut Nia dan dia menelan semuanya sehingga kamipun keluar secara bersamaan.

Akhirnya Niapun menggelimpang disampingku setelah menjilati seluruh penisku hingga bersih.

"Makasih ya Man aku dah lama nggak orgasme sejak suami gue kabur..", kata Nia

"Emang suami kamu kemana?"

"Ga tau tiba-tiba dia ngilang setelah gue ngelahirin anak gue"

"Lho kamu dah punya anak?"

"Udah umur setahun, Man"

Kemudian Nia memeluk saya dengan eratnya. Lalu dia mendongakkan kepalanya ke arah saya, lalu saya cium bibirnya lembut dia pun membalasnya tapi lama-kelamaan ciuman itu berubah menjadi ciuman penuh nafsu.

Kemudian Nia memgang kemaluan saya yang masih terbuka dan meremas-remasnya sehingga secara otomatis 'adikku' langsung berdiri dan mengeras.

Kemudian Nia menaiki tubuh saya lal......u menjilati habis seluruh tubuh saya mulai dari mulut hingga ujung kaki.

"Ach.." desahku sejalan dengan jilatan di tubuhku.

Kemudian Nia mengulum penisku terlihat jelas dari atas bagaimana penisku keluar masuk mulutnya yang mungil itu.

"Ah. sst.. enak Sayang terus sedot Sayang achh.." desahanku semakin mengeras.

Lalu kuputar tubuhku sehingga posisi 69 dengan Nia diatas tubuhku lalu aku menjilati vagina Nia dan kuisep klitoris Nia.

"Ahh.. enak Man terus Sayang, aku Sayang kamu achh.." desah Nia meninggi.

Kemudian Nia memutar tubuhnya kembali dan dia memegang 'adikku' yang sudah siap tempur itu, dipaskannya ke liang vagina setelah pas perlahan-lahan diturunkannya pantat Nia. 

Sehingga perlahan-lahan masuklah penis saya ke liang senggama Nia

"Auw.. sst.. ohh.. geede banget sih punya kamu yang" lirih Nia.

"Punya kamu juga sempit banget Yang, enak.. ah.." kataku.

Perlahan-lahan aku tekan terus penisku ke dalam vaginanya yang sempit itu. Akhirnya setelah amblas semuanya Nia mulai mengerakan pinggulnya naik turun sehingga membuat penis saya seperti disedot-sedot.

Nia berada diatasku sekitar 15 menit sebelum akhirnya dia mengerang.

"Ahh.. Sayang aku keluar Yang, ahh.." racaunya.

Setelah itu tubuh dia melemas dan memeluk aku namun karena aku sendiri juga mengejar puncak ku maka langsung kubalik tubuhnya tanpa melepas penisku yang ada di dalam vaginanya. 

Setelah aku berada diatasnya maka langsung kugenjot Nia dari atas terus menerus hampir kurang lebih 20 menit hingga akhirnya Nia mengalami orgasme yang ketiga kali dalam waktu yang singkat ini.

"Ahh.. Sayang aku keluar lagi Sayang ahh.." Desah Nia.

"Kamu lama banget sih Sayang" desah Nia sambil terus menggoyangkan pinggulnya memutar.

"Ahh terus Sayang sstt enak Sayang terus.." racaunya.

"Iya aku juga enak Sayang terus Sayang ahh.. enak Sayang mentok banget ah.." racauku tak kalah hebatnya.

Akhirnya setelah aku menggenjot Nia selama kurang lebih 40 menit aku merasakan seperti ada yang mendesak ingin keluar dari bagian penisku.

"Sayang, aku mau keluar Sayang"

"Mau di dalam atau diluar Sayang?" kataku.

"Bentar Sayang aku juga mau keluar lagi nih ahh.." desah Nia.

"Di dalem aja Sayang biar aku tambah puas" desah Nia lagi.

"Ahh.. sst.. Sayang aku keluar Sayang ahh.." racauku

"Barengan Sayang aku juga sampai ah.. ahh.. oh.." desah Nia.

"Ahh.. Sayang aku keluar Sayang ahh.. sst.. ohh.." desahku.

"Aahh" menyemprotlah spermaku sebanyak 9 kali.

"Emmhh.." saat itu juga si Nia mengalami orgasme...."Makasih ya Sayang" kata Nia sambil mencium bibirku mesra.

Setelah itu kami langsung membersihkan diri di kamar mandi dan didalam kamar mandi pun kami sempat 'main' lagi ketika kami saling membersihkan punya pasangan kami masing-masing tiba-tiba Nia jongkok dan mengulum punyaku kembali dan au dalam posisi berdidi mencoba menahan nikmatnya. 

Namun aku tidak tahan menahan gejolak yang ada maka aku duduk di ws dan Nia duduk di atasku dengan posisi menghadapku dan dia memasukkan kembali penisnya kedalam vaginanya.

"Bless.. ahh.. sst.. enak Sayang ahh.." racaunya mulai menikmati permainan.

Namun setelah 15 menit aku merasa bosan dengan posisi seperti itu maka aku suruh memutar tubuhnya membelakangi aku dan aku angkat perlahan tanpa melepas penisku dan aku suruh Nia menungging dengan berpegangan pada tepian bak mandi dan ketika dia menungging langsung aku genjot maju mundur sambil meremas-remas buah dadanya yang mengayun-ayun.

"Ah.. Man aku mau keluar Man.." desahnya.

"Man aah..", terasa cairan orgasme Nia kembali membasahi penisku.

Karena kondisi Nia yan lemas maka aku memutuskan untuk melepaskan penisku dan Nia melanjutkannya dengan mengulum penisku hingga akhirnya..

"Ni aku mau keluar Sayang.. ah..", Sambil kutekan dalam-dalam kepalanya ke arah penisku sehingga terlihat penisku amblas semua ke mulutnya yang mungil itu.

Dan ketika Nia menyedot penisku maka.. "Ah.. Ni.." akhirnya aku semprotkan seluruh spermaku ke mulut Nia dan aku lihat Nia menelan semua spermaku tanpa ada yang tumpah dari mulutnya bahkan dia membersihkan penisku dengan menjilati sisa-sisa seluruh sperma yang ada.

Setelah itu kami saling membersihkan tubuh kami masing-masing dan kami kembali ke kamar dengan tubuh yang sama-sama telanjang bulat dan kami tiduran sambil berpelukan tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh kami dan kami saling mencium dan meraba serta ngobrol-ngobrol sejenak.

Tanpa terasa kami sudah berada di rumahku hampir selama 4 jam. 

Maka akhirnya kami mengenakan baju kami masing-masing dan setelah itu aku mengantarkan Nia pulang ke kostannya di daerah Blok M dan berjanji untuk saling menghubungi. Hingga saat ini diturunkan kami masih sering melakukan hubungan intim.

Related Posts:

Cerita Seks Gadis SMP Binal



Cerita Seks Terbaru - Kisah ini terjadi saat aq masih duduk di kelas SMP. Di kelasku ada cewek namanya Susi, anak ini memang terkenal genit. Padahal sebenarnya orangnya biasa2 aja gak terlalu istimewa tapi karena sifatnya yang ramah dan gampangan itu yang membuat dia banyak dikerubutin teman2 cowok termasuk aq.

Diantara sekian banyak cowok ada satu yang paling getol dekat2 ma Susi, namanya Rudi. Setiap kali aq melihat Rudi mendekati Susi maka tangannya gk jauh2 dari meraba pantat atau toked Susi.

Pernah suatu ketika saat pelajaran Kesenian, Susi yang duduk sendirian karena teman satu mejanya tidak datang pindah tempat duduk ke tempat Rudi yang memang duduk sendirian dibarisan paling belakang sudut, bersebelahan dengan mejaku.

Mulanya aq gk terlalu pedulian, paling juga si Rudi ngucek2 payudaranya si Susi. Tapi saat aq ngelirik, aq kaget setengah mati. tongkol si Rudi udah keluar dari celananya dan sedang dikocok2 ma Susi! Rudi menyeringai bangga melihat ke arahku. Sementara Susi hanya tersenyum2 genit aja melihat aq yang terpelongo.

Sambil menikmati kocokan Susi tangan kiri Rudi asik meremas2 payudara kanan Susi, untuk menutupi pandangan guru dari depan Rudi sengaja menaruh buku bacaan kesenian di depan Susi dengan cara di dirikan jadi seolah2 mereka berdua sedang membaca buku itu.

Beberapa menit kemudian kulihat peju Rudi menyembur keluar, Susi kemudian mengelap tangannya yg belepotan peju Rudi ke celana Rudi. Meilhat itu aq juga jadi kepingin. Aq segera memberi kode sama Rudi untuk gantian, kamipun berganti posisi.

“Si, aq juga donk..” pintaku setelah duduk di sampingnya,

“Paan?” tanyanya pura2 gk tau. “Kocokin tongkol aq” ujarku, Susi mencibir kearahku, “Gak mau” tolaknya. bangs*tnya ni pikirku, gk tau orang dah konak juga. Sementara di meja sebelahku, si Rudi cekikikan melihatku, teman semejaku juga ngintip2 sambil tersenyum2 mupeng. Pasti mintak bagian juga tuh.

Karena udah gk tahan menahan birahi, sambil melihat kedepan pelan2 aq menurunkan resleting celanaku, tapi susah juga ngeluarin si tongkol yang udah jegang dari tadi dalam posisi duduk gini. Ku longgarkan sedikit ikat pinggangku dan ku lepaskan kait kancing celanaku baru kurogoh tongkolku mengeluarkannya, begitu tongkolku keluar dari celana langsung keraih tangan kanan Susi, ku arahkan ke batang tongkolku.

“kocokla cepat..” bisikku, tangan Susi yang lembut dan halus kemudian memegang batang tongkolku dan mulai mengocok2nya membuat aq tertunduk keenakan.

“enak ya..?” bisik Susi, “anjeng, enak kali” balasku berbisik. Berkali2 aq mengeluarkan nafas keras saat kulit tangan Susi yang lembut menggesek2 kepala tongkolku.

Sesekali aq melirik ke arah Rudi dan temanku yg tertawa2 kecil melihat aq lagi dikocokin ma Susi, teman semejaku berkali2 memberi kode mintak giliran yang dibalas dengan Susi leletan lidahnya. Asli mupeng dia, terlebih lagi saat aq dengan sengaja meremas2 payudara Susi sambil melirik mengejek ke temanku itu.

Beberapa menit kemudian pejuku akhirnya muncrat keluar disertai rasa nikmat tiada tara, sebisa mungkin aq menahan untuk tidak mengerang. Kututupi wajahku dengan kedua tanganku menahankan rasa nikmat di tongkolku.

Susi mengangkat tangannya menunjukkan jari2 tangannya yang belepotan pejuku, wajahnya menunjukkan ekspresi jijik. Kemudian seperti tadi dia mengelapkan tangannya ke celanaku.

Karena merasa masih ada bau2 pejunya, Susi permisi ke wc. Gk lama teman sebangkuku ikut permisi keluar. Aq kembali pindah ke mejaku sementara Rudi duduk di bangku sebelahku.

Tapi ko lama kali ya..?? “jangan2 mereka maen di wc” terka Rudi. Aq manggut2 mengiyakan. Ampe pergantian jam pelajaran (kira2 15 menit lebih) baru mereka kembali, ku lihat teman aq itu tersenyum bahagia. Sementara Susi kembali ke bangkunya, bukan di tempat Rudi lagi.

Langsung kucecar teman ku dengan pertanyaan2, ngapain aja kalian? Temanku cerita begitu dikamar mandi, dia langsung meluk Susi. Sambil berciuman temanku meremas2 payudara Susi lalu dia meminta Susi untuk menghisap tongkolnya, Susi ok-ok aja menghisap tongkol temanku itu, lagi pula biasanya kamar mandi pas jam pelajaran masih berlangsung memang tergolong sepi kuadrat.

Eh pas lagi asik2an begitu tiba2 masuk cowok dari kelas sebelah, udah bisa ketebak cowok itupun mintak bagian. Terpaksa Susi ngelayani dua tongkol sekaligus. Sepikan bukan berarti gk ada yang datang, beberapa menit kemudian datang dua orang cowok, anak kelas 2. melihat Susi yang lagi jongkok sambil ngisapin tongkol kami, mereka pun dengan sabar ngantri mintak disepong juga.

Setelah semua ngecrot baru Susi dan teman aq itu kembali ke kelas. Aq jadi geleng2 mendengar cerita teman aq itu, jontor deh tuh bibir nyepong 4 batang sekaligus…

Lain waktu ada lagi cerita saat aq, Rudi dan Susi tergabung dalam satu tugas kelompok yg diberikan oleh guru bahasa inggris kami. Selain kami bertiga ada empat orang lagi, dua perempuan dua laki2. Jadi totalnya kami bertujuh. Kami memutuskan mengerjakan tugas kelompok tersebut pada hari minggu di rumah Susi.

Jadi begitulah pada hari minggu yang dijanjikan kami berkumpul di rumah Susi, kami mengerjakan tugas itu di ruang tamunya. Mulanya sih biasa2 aja, selain karena ada cewek lain juga karena orang tua Susi masih berada di rumah.

Suasana mulai berubah saat orang tua Susi keluar untuk menghadiri suatu pesta pernikahan, tangan Rudi mulai gatal meraba2 tubuh Susi membuat Susi sibuk menepis tangan jahil Rudi. Jadinya malah gk mengerjakan tugas kelompok lagi tapi mule cerita2 jorok yang membangkitkan gairah.

“Sil udah pernah liat tongkol gk?” tanya Rudi ma Silvia salah satu teman cewek dalam kelompok kami. Nih anak emang gk ada otaknya. Silvia yang mendengar pertanyaan Rudi jadi merah padam mukanya, mulutnya langsung melancarkan cacian sama Rudi membuat kami tertawa2.

“gitu aja marah, Sil, Susi aja tenang2 aja klo liat tongkol, ya kan Si” Amir ikut2 nimbrung sambil ngelirik genit sama Susi, Susi hanya mencibir menanggapi godaan Amir.

“ngomong2 tongkol kelen, macam yg besar aja tongkol kelen” Wita kali ini yang angkat bicara, nih anak mang rada berani dibandingin Silvia.

“eh, mo liat ko tongkol aq…?” tanyak Rudi semangat sambil berdiri memamerkan celananya yang menggembung di bagian selangkangan. Tingkahnya membuat para cewek2 itu terpekik2 sambil cekikikan, Susi yang tepat berada di samping Rudi tiba2 meninju selangkangan Rudi membuat dia terpekik kesakitan yang disambut gelak tawa kami semua.

Gk sadar udah hampir tiga jam juga kami di rumah Susi, akhirnya kami memutuskan melanjutkan lagi pengerjaan tugas kelompok itu Senin besok. Wita dan Silvia pulang dengan diantar Amir dan Joko sementara aq dan Rudi tetap tinggal. Aq sudah menebak apa yang ada dalam pikiran Rudi, begitu mereka berempat meninggalkan rumah Susi, Rudi langsung melancarkan serangan2nnya.

Entah siapa yang bernafsu duluan keduanya udah bergumul saling peluk dan cium mengabaikan aq yang terbengong2 melihat aktivitas mereka berdua. Dengan ganas tangan Rudi meremas2 payudara Susi sementara tangan Susi meraba2 selangkangan Rudi. Gk mau ketinggalan aq langsung duduk disamping kiri Susi dan ikut2an meremas2 payudara kirinya.

Susi melepaskan ciumannya dari Rudi gantian menciumi bibirku yang kubalas dengan penuh nafsu. Aq menggeliat nikmat saat jari2 Susi meremas selangkanganku sementara disamping kanan Susi Rudi memelorotkan celananya sekaligus celana dalamnya hingga tongkolnya yang tegang terlihat menjulang.

Rudi segera meraih tangan Susi dan mengarahkannya ke tongkolnya, Susi melepaskan ciumannya dariku dan melihat ke arah tongkol Rudi kemudian mulai mengocok2nya membuat tubuh Rudi jadi kejang2. Aq ikut2an melepasi celanaku hingga tongkolku dengan leluasa tegak dengan gagah.

Aq berdiri disamping Susi sambil meraih kepala Susi dan menariknya ke arah tongkolku, mengerti kemauanku Susi langsung membuka mulutnya lebar2 membiarkan batang tongkolku masuk ke dalam mulutnya, begitu tongkolku masuk langsung dia menghisapnya membuat aq mendesis keenakan.

“tongkol! Kau pulak yang duluan di sepong!” maki Rudi, “salah sendiri lah” jawabku penuh kemenangan. Kugerakkan pinggulku seolah2 sedang mengent*ti mulut Susi sambil mendesah2 keras memanas2i Rudi sementara Susi makin aktip menghisap2 tongkolku.

Panas melihat aq yang disepong Susi, tangan Rudi kelayapan menaikkan rok terusan Susi ke atas hingga pahanya yang mulus terbuka sampai terlihat pangkal paha Susi yang terbalut celana dalam warna pink.

Rudi menggesek2kan telunjuknya ke selangkangan Susi membuat Susi mengeluarkan suara2 mengeram sambil terus menghisap2 tongkolku. Celana dalamnya terlihat basah oleh rembesan cairan vaginanya.

“Si buka sempak kau, si Martin mau liat pepek kau” kata Rudi sambil tangannya berusaha memelorotkan celana dalam Susi, Susi agak menaikkan pantatnya agar celana dalamnya dengan mudah dapat dipeloroti Rudi ke bawah.

Mataku tak lepas memandang pepek Susi yang ditumbuhi bulu2 halus, begitu pepek Susi terbuka jari2 Rudi langsung bermain di celah pepek Susi membuat Susi mendengus2 merasakan kenikmatan. Tubuhnya menggeliat2 merasakan gesekan2 jari Rudi di celah pepeknya.

Tanpa sadar aq makin dalam menyodokkan tongkolku di dalam mulut Susi, berkali2 Susi mengeluarkan suara tersedak dan berusaha melepaskan tongkolku dari dalam mulutnya tapi karena aq telah dikuasai nafsu birahi malah makin kasar menggoyang2kan pinggulku mengent*ti mulut Susi sambil tanganku memegang kepala Susi menghindari dia melepaskan tongkolku.

Susi udah gk lagi menghisap tongkolku hanya membiarkan saja tongkolku memenuhi rongga mulutnya bergerak leluasa.

“ayo tin terus” ujar Rudi sambil memberi semangat sambil tangannya juga dengan cepat menggesek2 pepek Susi membuat Susi makin keras mengerang2.

“aq mo keluaaarrrr…” jeritku, dengan susah payah Susi menjauhkan kepalanya dari tongkolku, tepat saat dia berhasil mengeluarkan tongkolku dari dalam mulutnya, maniku muncrat keluar dengan perasaan nikmat tiada tara.

Susi memiawik kecil saat maniku menyembur ke wajahnya, aq dengan sengaja mengarahkan ujung tongkolku ke wajahnya hingga maniku muncrat di wajah Susi. Maniku yang kental dan berwarna putih itu menempel disekitar wajah Susi.

“martin jahat, maninya ditembakkan ke muka Susi” rungut Susi manja, dengan perasaan lelah aq duduk disamping Susi melihat dengan takjub maniku meleleh di sekitar wajah Susi sebagian menetes ke baju kaosnya.

“memang ni, gk usah kasih lagi Si” Rudi ngompor2in, pasti udah mupeng dia. “dah buka aja Si bajunya, udah kenak mani si martin gitu” ujar Rudi, “alah pengen aja bilang” cibir Susi tapi dia mau juga membuka bajunya.

Kini udah benar2 bugil , tongkolku yang semula layu mulai bangkit kembali melihat tubuh telanjang Susi, “kelen juga la buka baju masak aq aja” ujar Susi, tanpa diminta dua kali Rudi segera menanggalkan pakaiannya diikuti oleh aq.

Kini kami bertiga udah bugi, aq dan Rudi segera mencaplok masing2 payudara Susi yang cukup besar itu membuat Susi tertawa geli menerima rangsangan dari kami. Ini pertama kalinya aq menghisap pentil perempuan.

Rudi kemudian merebahkan tubuh Susi di sofa dengan kepalanya berbantalkan pahaku hingga wajahnya tepat di depan tongkolku yang mulai tegak lagi. Aq terbengong2 melihat Rudi mengambil posisi di tengah2 pangkal paha Susi, tongkolnya yang tegang tepat berada di celah pepek Susi.

“ko mo ngent*ti dia??” tanyaku terheran2, “memang kenapa?” tanya Rudi, sementara Susi memandangku dengan ekspresi heran, “nanti dia gk perawan lagi” ujarku lugu. Mereka berdua tertawa geli mendengar ucapanku.

“Martin tenang aja, nantik abis Rudi, Martin boleh ngent*ti Susi” ujar Susi sambil menggesek2kan pipinya di batang tongkolku. Sementara Rudi kembali melanjutkan maksudnya mengent*ti Susi.

Terdengar pekik Susi saat batang tongkol Rudi menerobos masuk kedalam pepeknya, entah karena udah dari tadi nahan nafsunya, Rudi dengan cepat menjurus kasar menyodok2kan batang tongkolnya di dalam pepek Susi membuat Susi makin memiawik2 menahankan serangan2 Rudi.

“enak kali pepek kauuu siii….”ceracau Rudi meningkahi pekikan Susi, sementara aq hanya bisa diam aja menonton mereka berdua ngent*t dengan liarnya. tongkolku sekarang udah benar2 ngaceng lagi.

Tubuh Susi terguncang2 seiring hunjaman tongkol Rudi di dalam pepeknya, teteknya yang bulat ikut bergoyang2 membuatku jadi gemas meremas2nya.

“Ahhh…..uunnnngghhhh…. pelaaaaaannnn… pelaaaaannnn diiiiiiiiii….”pekik Susi, tapi Rudi nggak merubah tempo genjotannya malah makin cepat menggoyang2kan tubuhnya. Tubuh mereka berdua mulai dibanjiri oleh keringat.

“ungh…ungh…”dengus Rudi, yang dibalas dengan pekikkan terputus2 Susi. Entah berapa lama tiba2 Rudi mencabut tongkolnya dari dalam pepek Susi dan mengocok2kan batang tongkolnya di depan perut Susi. Gk berapa lama tongkolnya memuntahkan mani yang cukup banyak. Maninya muncrat diperut bahkan sampai ke payudara Susi.

“aduh enak kali..” desis Rudi, sementara Susi memejamkan matanya dengan dadanya yang turun naik seolah2 baru saja berlari jauh. Tubuhnya yang mungil terlihat mengkilat oleh keringatnya.

Begitu Rudi bangkit dari tubuh Susi, aq segera menggantikan posisinya. Dengan tidak sabar menusukkan batang tongkolku ke celah pepek Susi tanpa memperdulikan mani Rudi di tubuh Susi.

Tapi berkali2 kutusukkan ko gk masuk2 ya??? Ini memang pertama kalinya aq mengent*t dengan perempuan. Sadar ketidak tahuanku, sambil memegang batang tongkolku dia mengarahkan arah tusukanku, “dibawah sini” bisiknya masih dengan nafas yang tersengal2.

Lobang pepknya mengalirkan cairan lendir yang membuat permukaan pepeknya terasa licin. Aq terpejam nikmat merasakan pertama kali tongkolku masuk ke lobang pepek perempuan, aq berusaha mengocokkan batang tongkolku di pepeknya tapi berkali2 tongkolku keluar lagi dari pepek Susi. Melihat itu Rudi jadi tertawa2, “jangan panjang2 ko nareknya bodoh” ujar Rudi.

“baru pertama ya tin?” Susi ikut2an bersuara membuat jadi panas. Setelah agak lama akhirnya terbiasa juga aq menyodok2kan tongkolku di dalam pepek Susi. Beda dengan Rudi dengan ku Susi hanya mengeluarkan suara mendesah2 kecil aja.

Walau tadi baru mengeluarkan tapi karena ini sensasi pertama ku mengent*ti cewek, gk lama kurasakan maniku akan muncrat. Aq makin mempercepat goyanganku, berkali2 tongkolku keluar dari pepek Susi tapi dengan cepat ku masukkan lagi dan ku kocok lagi.

“Tin klo mo nembak jangan di dalam” ujar Rudi mengingatkan, tubuh Susi sendiri terlihat makin kaku. Akhirnya dengan perasaan nikmat tiada tara tongkolku untuk kedua kalinya mengeluarkan spermanya. Kalo ini di dalam pepek Susi, tubuh ku mengejang2 kaku mendapatkan orgasme kedua ku. Susi langsung terpekik kaget menyadari aq menembak di dalam vaginanya.

“wei tongkol, jangan ko tembak didalamnya!” maki Rudi, tapi aq yang lagi dilanda kenikmatan gk peduli sama sekali. Aq makin menekankn dalam2 batang tongkolku di dalam pepek Susi sementara tubuh Susi yang terhimpit tubuhku ikut mengejang. Kepalanya menggeleng2 kiri dan kanan, kurasakan daging otot pepek Susi mencengkram erat batang tongkolku.

Ku rasa pepek Susi makin penuh dan sempit, oleh maniku, lendirnya juga karena kontraksi otot pepeknya.

Lima menit kemudian kami uda berpakaian kembali, sementara Susi ke kamar mandi. Baru kemudian kami berpamitan pulang. Selama sebulan aq cemas2 Susi akan hamil, apalagi tiap hari Rudi menakut2iku kalo Susi hamil dan mintak pertanggung jawabanku. Tapi ternyata apa yg ku khawatirkan tidak benar2 terjadi.

Related Posts:

Baru Kenal Udah Ngajak Mesum



Cerita Seks Terbaru - Sore yang cerah, aku duduk gelisah sambil sesekali menatap jam dinding kantor pemberangkatan bus yang akan membawaku ke kota persinggahanku selanjutnya. Menunggu adalah pekerjaan yang meresahkan bagiku terutama menunggu sesuatu hal yang baru seperti ini. Perjalanan dengan bus dari Balikpapan ke Banjarmasin merupakan perjalananku pertama.

Kulihat orang-orang disekitarku dengan beragam aktivitas mereka, ada beberapa calon penumpang yang saling bercakap-cakap, bahkan bersendau gurau satu sama lainnya. Karena sendirian maka yang dapat kulakukan hanyalah menunggu serta memperhatikan mereka.

Waktu telah menunjukkan 17.15 dan tempat pemberangkatan mulai dipadati calon penumpang, tapi aku tak tahu apakah mereka akan seperjalanan dengan aku karena sudah ada 3 bus yang siap berangkat dengan arah yang berbeda.

Kulihat tiket keberangkatan dan berjalan mendekat nomor bus yang dimaksud dalam tiket. Setelah memasuki bus tanpa kesulitan kutemukan tempat dudukku no 33. Aku agak lega ternyata nomorku tepat disamping jendela sehingga keinginanku untuk dapat melihat pemandangan luar terkabul meskipun aku sadar bahwa tak banyak yang akan kulihat karena ini merupakan perjalanan malam hari dan jendela bus ber-AC secara permanen tak dapat dibuka. Kulihat keluar jendela dan secara tak sengaja aku memperoleh pandangan yang menyegarkan. Sebagai seorang pria lagi bujang yang berumur 28 tahun, pandangan yang menyegarkan otakku adalah wanita. Sudah sejak tadi kucari pemandangan seperti ini tapi baru kudapatkan pada saat busku akan segera berangkat.

“Kenapa cewek-cewek itu tidak ada sedari tadi?”, umpatku dalam hati.

Kulihat cewek-cewek itu dari kaca jendela bus sambil mengira-ngira umur mereka, “yang rambut pendek sekitar 20-an, yang baju coklat sekitar 25-an, yang modis disana tak lebih dari 25-an, terus..”, kemudian otakku berfantasi jika saja salah satu dari mereka ada yang duduk di sebelahku pasti perjalananku ini jadi asyik. Tapi aku sadar seketika bahwa fantasiku tersebut tak mungkin jadi kenyataan ketika seorang pria berumur 50-an meletakkan sebuah tas disamping tempat dudukku dengan kasar. Belum hilang rasa kagetku pria tersebut meneriakkan sebuah nama sambil ngeloyor keluar bus.

“Busyet, sial banget hari ini!”, umpatku dalam hati.

Awak bus sudah bersiap-siap untuk memberangkatkan bus dengan memberi peringatan pada calon penumpang agar segera naik. Kulihat didalam bus juga mulai penuh, tapi pria yang mengagetkanku tadi belum juga menduduki kursinya disampingku. Bus mulai bergerak tapi kursi disampingku hanya masih terisi tas dari pria tadi. Aku tak peduli lagi dengan siapapun yang akan duduk disampingku, malahan aku berpikiran kalau memang hanya terisi tas aja malah dapat memberiku keleluasan dalam perjalanan ini, aku akan buat bantal tasnya dan menikmati perjalanan ini dengan tidur nyenyak dengan 2 kursi.

Perhatianku sekarang ada pada pemandangan yang muncul di jendela. Tapi tak beberapa lama aku dikejutkan dengan suara wanita yang bersusah payah memindahkan tas disamping tempat dudukku dengan dibantu seorang awak bus dan kemudian wanita tersebut duduk disebelahku sambil berkata, “permisi ya, bang”, aku hanya tersenyum dan tak mengeluarkan kata-kata karena masih bingung dengan apa yang terjadi.

Lalu dengan rasa penasaran aku bertanya pada wanita tersebut, “Mbak, apa bener nomor tempat duduknya?, soalnya tadi yang meletakkan tas disini cowok.”

Sambil tersenyum wanita tersebut menerangkan kalau pria yang meletakkan tas itu tadi adalah suaminya yang hanya mengantarkan sampai ke bus aja.

Kemudian dia melanjutkan dengan pertanyaan, “Apa abang keberatan saya duduk disini?”.

Spontan langsung kujawab “Wah, nggak kok Mbak”.

“Jangan pura-pura, pasti kamu kecewa yang duduk disebelahmu wanita tua yang sudah bersuami lagi!”, kujawab dengan muka merah, “Nggak kecewa kok, lagipula Mbak juga kelihatan masih muda”.

“Jangan basa-basi, umurku udah 35 tahun kok dibilang muda.”, katanya.

“Tapi wajah Mbak kelihatan masih 25-an tahun.”, kilahku.

Sekilas kulihat senyum di bibirnya dan segera kutolehkan wajahku ke jendela untuk menghindari tanya jawab lagi karena aku merasa malu dengan tanya-jawab yang baru saja terjadi.

Pemandangan diluar bus mulai gelap dan lampu didalam bus terang benderang sehingga terpantullah wajah wanita yang duduk disampingku di jendela kaca.

Kuperhatikan dengan seksama, perawakannya khas wanita kalimantan, tinggi sekitar 160cm, kulit kuning agak kecoklatan, rambut hitam sebahu agak berombak, wajah lumayan, berat kuperkirakan sekitar 60 kilo-an, dan dengan mengenakan kaos ketat warna biru tua lekuk-lekuk tubuhnya yang lumayan menggoda kelihatan, celana jeans yang ketat menambah daya tariknya, “Tak salah aku tadi kalau bilang ia seperti masih 25 tahun-an”, gumamku dalam hati.

Setelah 30 menit perjalanan, bus memasuki antrian ke dalam fery. Bus berhenti dan sopir dan awak bus turun diikuti oleh beberapa penumpang yang ingin ke toliet. Aku duduk santai dengan pandangan lurus kemuka dan berusaha memejamkan mata, tapi tak berhasil.

Kucoba merebahkan kursiku tanpa mengganggu wanita disebelahku yang saat ini lagi asyik membaca majalah. Dalam keadaan bus berhenti, aktifitas yang kubuat-buat dengan berganti-ganti posisi duduk supaya tak bosan ternyata tanpa kusadari mengundang perhatian wanita disampingku.

“Ngantuk ya?”, tanyanya

“Iya tapi nggak bisa tidur, Mbak”, jawabku polos

“Masih sore gini kok bisa ngatuk? Seperti anak kecil aja”, ejeknya.

“Capek Mbak, seharian jalan-jalan di Balikpapan”, jawabku seenaknya.

“Jalan-jalan? Apa hari ini liburan sekolah? Sekolah dimana kamu?” tanyanya lagi.

“Saya udah lulus kok”, kujawab dengan tenang tapi dalam hatiku merasa dilecehkan seperti anak kecil.

“Oh, kukira masih sekolah. Kelihatannya kamu masih muda sekali!”, aku cuman tersenyum saja mendengar alasannya, karena wajah & penampilanku menunjukkan lebih muda dari umurku yang hampir kepala 3 dan hal ini sudah seringkali terjadi.

“Darimana asalmu?”

“Saya dari Surabaya, seminggu yang lalu datang ke Tarakan, kemarin balik dan mampir ke Balikpapan, sekarang mau jalan-jalan ke Banjarmasin”, jawabku dengan sopan.

“Enak ya bisa jalan-jalan keliling!”

“Nggak Mbak, jalan-jalan ini karena kerjaan saja, kebetulan kerjaan berikutnya ada di Banjarmasin dan masih 3 hari lagi, daripada pulang balik waktunya aku pakai untuk jalan-jalan melihat kota-kota di Kalimantan.”

“Umurmu berapa?”, tanyanya sambil menutup majalah yang ada dipangkuannya sambil menoleh kepadaku.

“28″, jawabku dan langsung dibalas, “Masa sudah 28, kelihatannya masih 20-an”.

“Percaya atau nggak, pokoknya 28″, sambil berdiri dari tempat dudukku dan minta jalan untuk segera turun dari bus. Ternyata hawa diluar bus lebih hangat daripada didalam karena AC bus tak dimatikan sewaktu berhenti.

Setelah turun dari bus, aku berjalan ke kerumunan awak bus dan menanyakan kapan giliran busku masuk ferry dan menyeberangi Teluk Balikpapan yang lebar ini. Setelah mendengar jawaban dari awak bus dan petugas ferry bahwa busku hanya bisa masuk ferry yang besar sehingga harus nunggu sampai 2 jam lagi, maka dengan perasaan kesal aku berjalan ke arah sungai sambil mengeluarkan rokokku dari dalam jaket. Sambil menghisap rokokku dalam-dalam kurogoh jam di sakuku dan kulihat waktu sudah menunjukkan 20.00. Disertai terpaan angin dan hawa sungai yang khas, kunikmati kesendirianku dengan sebatang rokok.

Dari kejauhan kulihat busku mendapat tambahan penumpang dan yang menjadi perhatianku adalah seorang gadis cantik beserta ibunya naik melalui pintu belakang bus. Pikiranku kembali melayang membayangkan duduk disebelah gadis cantik itu, tapi pikiran sadarku melenyapkan lamunanku dan memaksa menerima kenyataan bahwa yang duduk disampingku adalah wanita ber-suami berumur 35 tahun.

Sebenarnya aku tak menyesal duduk disamping wanita itu tapi obrolannya seringkali menganggap aku anak kecil, makanya aku turun dari bus sebenarnya untuk menghindari obrolan dengannya.

Kekuranganku adalah sangat kaku dengan orang yang baru kukenal terutama wanita sehingga obrolanku hanyalah soal-soal sepele saja karena takut menyinggung perasaan, apalagi saat ini aku berada di daerah yang adatnya beda denganku meskipun aku sudah berkali-kali ke beberapa kota di Kalimantan.

Setelah capek keliling didaerah penyeberangan ferry, aku kembali naik kedalam busku. Aku kaget ketika mendapati tempat dudukku sudah diduduki wanita yang duduk disebelahku tadi.

Dengan tenang dia berkata dengan logat Banjar, “Ekam (kamu) duduk di tempatku lah!”.

Karena tak ingin ribut soal tempat duduk aku menuruti aja kemauannya. Sekarang wanita itu duduk disebelah kiriku dekat jendela dan aku disebelah kanannya dekat lorong bus.

“Berani benar wanita ini, kalau begitu aku harus bersikap sama dengannya”, umpatku dalam hati.

Belum habis kedongkolanku dia mengulurkan tangannya padaku sambil mengucapkan namanya, “Iswani, namamu siapa?”.

Dengan malas kujabat tangannya, “Antok”, jawabku singkat sambil menarik tanganku.

Tapi genggamannya erat seakan tak mau melepas tanganku, aku merasa dia berusaha merasakan kepalan tanganku. Kemudian dia melepas sambil berkata, “Tanganmu halus sekali seperti tangan cewek”, dengan tersenyum.

“Emangnya kenapa?”, tanyaku dengan ketus.

“Kerjamu apa? Pasti bukan kerja kasar”, tanyanya kembali dengan nada halus.

“Memang bukan, terus kenapa?”, sengaja kujawab dengan pertanyaan lagi.

“Ya, nggak kenapa-kenapa, kalau nggak mau jawab nggak apa-apa!”, dengan nada kesal.

Melihat raut mukanya yang kesal akan jawabanku aku tersenyum dalam hati sambil menatap wajahnya agak lama dan baru kusadari kalau wajahnya cukup menarik. Belum lama kunikmati wajahnya, dia menoleh padaku, secepatnya kualihkan perhatianku pada majalah yang dipegangnya. Merasa gugup dan salah tingkah, aku tak dapat mengeluarkan sepatah kata-pun dan hanya menatap majalah yang ada di pangkuannya.

“Pingin pinjam?” tanyanya.

“Iya, iya ..”, jawabku patah-patah.

“Suka lihat cewek telanjang ya?”, tanyanya.

Bagai disambar gledek, aku terhenyak sadar bahwa sampul depan majalah gosip yang sedang kutatap adalah gambar cewek berbikini dengan pose menantang di pinggir kolam renang. Seketika itu wajahku memerah.

“Ah, Iya .. mm.. nggak kok Mbak”, sambil tersenyum malu.

Dia hanya tersenyum melihat tingkahku, “Nih majalahnya, jangan malu-malu, dong”.

Dengan perasaan campur aduk antara malu dan bingung kuterima majalahnya, lalu segera kubuka ke halaman tengah untuk menghindari gambar seronok, tapi justru yang kubuka adalah halaman poster dimana model yang ada dicover depan berpose lebih menantang lagi.

“Cakep ya!”, gumam Iswani yang ikut melihat halaman yang sedang kubuka.

“Eh, iya Mbak, sip banget”, jawabanku polos dan tak terkontrol lagi, tapi dalam hatiku mengumpat, “Sial, sial, sial..”

“Dasar cowok, kalau udah lihat cewek cakep pasti lupa istrinya”, celoteh Iswani.

“Jangankan istri, pacar saja saya belum punya kok”, jawabku sambil menutup majalah.

“Nggak usah bohong, Tok”

“Terserah Mbak, mau percaya boleh, nggak juga nggak apa-apa”

Kemudian kami mengobrol panjang lebar dengan berbagai persoalan sampai tak terasa kalau bus sudah masuk kedalam ferry.

Setelah ferry jalan, sopir bus mematikan mesin serta semua lampu bus dan menyilahkan penumpang naik ke ferry, tapi karena malas keluar aku berusaha merebahkan tempat dudukku agar bisa tertidur. Iswani bertanya padaku, “Nggak turun, Tok?”. “Malas, mau tidur aja disini”. “Dasar bayi, kerjanya tidur melulu”, olok Iswani padaku sambil berdiri dan berusaha melewati kakiku.

Tanpa menyahutinya kupejamkan mataku, kurasakan kakiku mulai dilewati Iswani dengan susah payah karena sempitnya ruangan antara kakiku dengan tempat duduk depanku, tapi hal itu tak membuatnya menyerah atau membangunganku meminta jalan sejenak.

Akupun cuek saja sambil membuka sedikit mataku dan kulihat Iswani melewatiku dengan membelakangiku sehingga pantatnya yang seksi berada tepat dimukaku.

Sebenarnya aku ingin memegangnya tapi aku masih tahu diri. Tanpa sengaja langkahnya tersandung pahaku sehingga sandalnya lepas. Dengan agak berjongkok dia berusaha mengenakan kembali sandalnya dan mataku terbuka lebar karena pantatnya menggeser-geser pahaku.

“Kenapa nggak lewat-lewat?”, tanyaku pura-pura tak tahu masalahnya.

“Sandalku lepas, nah ini baru dapat!”, bersamaan dengan itu terdengar suara perahu mesin berpapasan dengan ferry sehingga terjadi gelombang yang membuat ferry sedikit mengayun. Ayunan gelombang yang sebenarnya tak seberapa itu membuat Iswani yang ada berdiri di depanku kehilangan keseimbangan dan jatuh menimpaku yang lagi duduk.

Karena kesigapanku aku berhasil menahan punggungnya sehingga dia terduduk dipangkuanku. Pantatnya menduduki daerah kemaluanku hingga dengan cepat burungku berdiri dan menonjolkan bagian depan celanaku.

“Nggak apa-apa, Mbak?”, tanyaku tepat diteliga kanannya.

“Nggak apa-apa, terima kasih ya!”, jawabnya sambil menolehkan wajahnya ke mukaku.

Karena gerakannya menoleh tadi, tanganku yang menahan punggunya lepas dan mengenai bagian samping payudaranya. Dalam remang-remang dalam bus wajahnya bertatapan dengan wajahku sambil menunggu redanya ayunan akibat gelombang.

Saat itu aku merasa tegang tapi Iswani sepertinya malah menikmati duduk dipangkuanku. Setelah kurasakan agak reda dari ayunan gelombang, aku menariknya berdiri lagi. Akhirnya ia dapat berdiri lagi dengan membelakangi aku tapi karena ruangan sempit maka bagian depan celanaku yang menonjol menggeser selakangan belakangnya.

Kurasakan enaknya hingga dengan sengaja aku sedikit jongkok dan menggesek pantat dan selakangan belakangnya. Bukannya segera lewat dari depanku tetapi Iswani malah merapatkan gesekan sambil sedikit mengerang lirih “mmh..”, untungnya didalam bus tak ada siapa-siapa. Menyadari setiap saat ada orang yang dapat memasuki bus maka kutarik badanya kekanan hingga lepas himpitan badanku. Kemudian aku duduk kembali tanpa berani menatap wajahnya dan dia ngeloyor turun dari bus.

Kupejamkan mata dan segera kulupakan kejadian mengasyikkan yang baru terjadi.

Samar-samar dalam tidurku terdengar suara gaduh penumpang yang kembali ke bus. Rupanya ferry telah sampai dan bus akan segera melanjutkan perjalanannya, tapi mataku masih sulit terbuka. Baru setelah teman dudukku melewati kakiku membuat aku terbangun, setengah sadar aku bertanya, “Jam berapa sekarang?”

“Baru pukul 21.00″, jawabnya.

Dengan setengah sadar kutegakkan kembali kursiku agar penumpang dibelakangku tak terganggu. Bus bergerak keluar dari ferry dan dalam 30 menit berbelok ke kanan dan berhenti di sebuah rumah makan.

Kali ini aku segera turun karena sudah lapar sekali. Aku langsung mengambil makanan yang telah disiapkan serta menyerahkan sobekan tiketku pada pegawai yang menghidangkan makanan. Selesai makan aku segera ke toilet untuk buang air kecil, lalu kembali ke bus dengan menghisap sebatang rokok. Aku merasa segar kembali, sambil menunggu untuk berangkat kembali, aku melakukan stretching disamping pintu masuk bus agar badanku tidak pegal semua karena terlalu lama duduk.

Tiba-tiba aku merasa punggungku ditepuk orang, aku toleh kebalakang yang kulihat adalah Iswani.

“Kalau acara makan kamu cepat sekali, turun duluan, nggak nunggu aku”, ucapnya tanpa memberiku kesempatan bicara.

“Turun duluan saja dapat makan sedikit, apalagi nunggu Mbak, pasti keburu habis”, gurauku untuk menangkis olokannya.

Sambil mendorongku minggir untuk masuk kedalam bus dia berkata “Awas, ya!” dengan muka masam.

Perjalanan berlanjut melewati jalan aspal yang berukuran pas untuk 2 kendaraan seukuran kijang, beruntunglah dalam perjalan ini cenderung sepi, tapi bila berpapasan dengan truk atau sesama bus maka salah satunya harus turun dari jalanan aspal. Hal ini membuat bus bergoyang keras kekiri dan kekanan. Kali ini teman dudukku sangat diam, tapi aku tidak tahu apakah dia tidur atau masih terjaga karena lampu didalam bus dimatikan.

Setelah 2 jam berjalan bus mulai memasuki daerah tanjakan dengan jalan yang berlika-liku. Goyangan bus sangat keras sekali ketika menikung karena sopir tidak mengurangi kecepatan sama sekali. Barang-barang dibawah kursi penumpang mulai berserakan tak terkecuali sandal dan sepatu penumpang yang dilepas. Aku sama sekali tidak khawatir dengan hal itu karena sepatuku tidak pernah kulepas, tapi tidak bagi teman dudukku. Dia kelihatan bingung mencari sandal kanannya yang hilang entah kemana.

Aku mencoba menenangkan, “Mbak, nanti aja dicari kalau bus berhenti dan lampunya dinyalakan, pasti ketemu.”

Bukannya tenang tapi dia malah marah, “Jangan bercanda, ayo bantuin cari.”

“Percuma gelap Mbak, nggak kelihatan apa-apa”, jawabku.

“Belum berusaha udah nyerah”, bentaknya padaku sambil membungkukkan badannya.

“Bukannya menyerah, Mbak, tapi aku kan tidak ikut punya sandal, kalau kaki Mbak juga bisa dilepas mungkin juga ikut hilang ya, hehehe..”, jawabku dengan bercanda.

Dalam remang-remang kulihat dia mendongkakkan kepala menghentikan pencariannya dan dengan cepat tangannya memegang bagian dalam pahaku lalu mencubitnya. Untung bisa kutahan jeritanku, tapi rasa cubitan itu benar-benar menyakitkan. Iswani ganti tersenyum dan tak melepaskan cubitannya berkata pelan, “Untuk tanganku ini nggak bisa dilepas, kalau bisa pasti sudah merah semua sekujur tubuhmu karena cubitannya”.

Kupegang tangannya yang mencubit sambil memohon, “Maaf Mbak, tolong lepaskan cubitannya nanti aku bantuin”.

“Kalau kamu bohong akan kucubit lagi ya”, ancamnya sambil melepaskan cubitannya.

“Iya, iya”, jawabku sambil menengok kebagian belakang bus kalau-kalau ada kursi kosong untuk pindah tempat dan menghindari cubitan berikutnya, tapi tak kutemukan.

“Cari apa Tok? Kursi belakang udah penuh tinggal sebelah sopir kalau mau pindah”, bisik Iswani di telinga kiriku.

“Ah, nggak kok Mbak”, sambil mengelus bekas cubitannya yang masih sakit padahal aku memakai celana jeans tebal. Ternyata siasatku sudah terbaca, “Sial”, ungkapku dalam hati.

“Ayo cepat carikan sandalku sebelum benar-benar hilang”, perintahnya padaku.

“Sebentar Mbak, cubitan Mbak masih sakit nih”, jawabku tak mau kalah.

“Ooo, pingin dicubit lagi ya?”, ancamnya lagi.

“Iya-iya”, lalu kurogoh saku jaketku untuk mengambil senter kecil yang biasa kubawa dan menyalakannya. Kuarahkan senterku ke sandal kirinya untuk melihat bentuknya lalu kubungkukkan badan kebawah kursiku, dengan senterku akhirnya terlihat sandal kanan Iswani ada dibawah tempat duduknya terjepit oleh kaki belakang kursinya dan dinding bus.

“Sudah ketemu Mbak”, kataku sambil menegakkan lagi punggungku.

“Mana?”, tanyanya. “Kejepit dibawah kursi Mbak, dari bawah kursiku tanganku nggak sampai, coba Mbak rogoh sendiri, mungkin tangan Mbak sampai.”

Belum selesai penjelasanku dia sudah membungkukkan badan dan berusaha mencari-cari dengan tangannya. Tapi usahanya gagal.

“Tok, coba kamu aja yang ambil tapi lewat sini”, sambil menunjuk ruangan diantara kedua belah paha kakinya yang sudah dilebarkan.

“Yang bener Mbak?”, meskipun dia memakai celana jeans tapi tetap aja rasanya nggak benar.

Dengan berbisik dia menenangkanku kalau hal itu nggak apa-apa karena lampu didalam bus gelap sehingga tidak akan ada yang melihat. Akhirnya kuturuti kemauannya, kubungkukkan badanku ke pangkuannya dan kumasukkan tanganku kebawah tempat duduknya untuk meraih sandal yang terjepit.

Usaha pertama gagal karena tanganku tak sampai, lalu semakin kubungkukkan badanku lagi hingga mukaku hampir menyentuh resleting celananya. Tangan kananku sudah menyentuh sandal yang terjepit tapi masih belum dapat meraupnya. Semakin kubenamkan mukaku diantara kedua pahanya hingga daguku menggeser selakangannya dan tiba-tiba bus bergoyang agak keras sehingga aku hampir terjatuh, untungnya tangan Iswani dengan cepat menarik kepalaku dan kedua pahanya mengapit badanku sehingga kepalaku terhindar dari bagian belakang kursi didepan Iswani.

Tapi akibatnya mulutku menyentuh daerah kemaluannya dan meskipun memakai celana jeans tapi aku yakin dia merasakan sentuhan tersebut karena tarikan tangannya pada bagian belakang kepalaku bertambah erat meskipun bus sudah tak bergoncang lagi. Dan akhirnya kudapatkan sandal yang terjepit itu.

Dengan menopangkan tangan kiriku pada paha kanannya aku bersusah payah untuk berdiri dan akhirnya berhasil kembali ketempat dudukku kembali lalu keberikan sandalnya yang masih kugenggam dengan tangan kananku. Aku duduk lega sambil menghirup udara sebanyak-banyaknya dan kulihat dia memakaikan sandal itu dikaki kanannya serta mengikatkan talinya dengan teliti sambil berbisik, “Terima Kasih, ya!”

Setelah minum dari botol aqua yang ada di tasku, tangan kananku kembali mengelus pahaku bekas kena cubitan Iswani yang masih sedikit perih.

Tanpa kusadari ternyata Iswani melihatnya dan berkata lirih, “Masih sakit ya, maaf ya!”.

Tapi aku tetap diam.

“Aku elus nanti pasti sembuh”, bisiknya sambil mengelus bagian dalam paha kiriku.

Burungku yang sedari tadi tidur tenang mulai menggeliat bangun terangsang oleh elusannya yang semakin lama semakin menuju pangkal paha. Elusannya sekarang berubah arah bagian celana tepat dimana burungku bersembunyi.

Malam semakin larut dan Iswani semakin berani, tubuhnya semakin mendekat ke tubuhku. Tangan kanannya yang sedari tadi diam mulai bergerilya membuka resletingku dan mulai memasuki celana dalamku. Kumiringkan tubuhku agak kekiri dan kutatap wajahnya. Kedua tangannya tetap menggenggam burungku sambil sesekali memainkan telornya.

Tanganku tak mau kalah, kuletakkan tanganku diatas kaosnya dimana payudaranya berada dan kumainkan jari-jari menggoda daerah putingnya. Kulihat bibirnya mulai membuka karena mendesah lirih, tak kusia-siakan kesempatan ini untuk menyodorkan bibirku ke bibirnya dan melumatnya dengan dengan penuh semangat.

Lidahku mulai bersentuhan dengan lidahnya, sesekali kusedot lidahnya dengan bibirku kedalam mulutku dan sebaliknya. Sementara itu tangannya memainkan burungku dengan gerakan mengocoknya. Tangan kiriku tetap menggosok-gosok payudaranya sedangkan yang kanan bergerak kebawah untuk membuka resleting celananya.

Setelah berhasil, kuraba bagian luar celana dalamnya tepat didaerah besarang kemaluannya dan sudah terasa agak basah. Kemudian kumasukkan tangan kananku kedalam celana dalamnya dan jariku mulai bermain-main dengan disekeliling vaginanya. Jari telunjukku mulai menemukan klistorisnya dan memejetnya dengan halus.

Bersamaan dengan itu dia melepaskan ciuman dibibir serta melepas tangan kanannya dan tetap meninggalakan tangan kirinya di celana dalamku. Tangan kanannya mulai merangkul bagian belakang leherku hingga kepalaku tertarik ke bagian lehernya. Dengan cepat kusedot leher kirinya yang menghasilkan reaksi semakin liar. Jari jemariku tetap bermain didalam celana dalamnya hingga pantatnya terangkat sedikit yang merupakan tanda kalau vaginanya sudah tak sabar dimasuki jariku. Dua jariku langsung dengan mudah masuk kedalam vaginanya yang sudah licin dengan mudah.

“Ahh..”, desahnya lirih

Desahannya bagaikan bensin yang membakar semangatku untuk memainkan 2 jemariku dalam liang kenikmatannya makin cepat dan cepat. Akhirnya 2 jariku merasakan banjirnya cairan hangat yang disertai dengan tarikan kedua tangannya pada pergelangan tangan kananku agar kedua jariku tetap menancap tak bergerak didalam liang kenikmatannya yang paling dalam. Dengan napas yang berat dan nada yang putus-putus, Iswani mendesah.

“Mmh.. Hmm.. Tok.. Makasih ya..”

Setelah melepaskan pergelangan tanganku, dia kembali tenang dan kutarik 2 jemariku yang masih basah meninggalkan vaginanya lalu keluar dari celana dalamnya. Aku kembali duduk dan menoleh kekanan melihat keadaan sekeliling dalam bus yang tetap melaju dengan kencang. Kulihat penumpang disekitarku masih terlelap. Kulihat jam di saku jaketku menunjukkan 01.00.

Kurasakan ujung burungku yang masih tegang dan terjepit oleh karet celana dalamku merasa kedinginan oleh hawa AC bus. Berniat memasukkan burungku kedalam celana dalam kulihat Iswani tertlungkup lunglai membelakangiku.

Tiba-tiba bus berbelok ke kanan sehingga tubuhku mengayun kekiri dan merangsek ke tubuh Iswani. Toleh kanan-kiri serta dan sedikit berdiri untuk melihat keadaan penumpang sekelilingku masih terlelap bahkan bangku belakangku kosong tak berpenumpang. Keberanianku semakin bertambah. Kupelorot celana dalamku hingga seluruh batang kemaluanku dapat mendongkak dengan bebas.

Bagian depan tubuhku sudah menggeser punggung Iswani, tapi dia masih tetap bereaksi, mungkin karena sudah lemas. Tanganku bergerak cepat, kurasakan resleting Iswani masih terbuka, tangan kananku kembali masuk celananya tapi tetap diluar celana dalamnya sambil menekan-nekan bagian celana dalamnya yang sangat basah tepat didepan lubang kemaluannya.

Pantat Iswani mulai sedikit bergoyang dan menggeser batang kemaluanku. Sudah tak tahan lagi maka segera kutempatkan kedua tanganku di bagian pinggul celana jeansnya untuk melorotkannya. Usahaku ternyata tak dihalanginya malahan dia cukup membantu dengan sedikit menopangkan pantatnya pada kakinya hingga celananya tak terjepit oleh tempat duduknya.

Sekarang celana dalam dan jeansnya udah merosot sampai paha. Posisinya yang membelakangiku menyebabkan pergeseran nikamat antara batang kemaluanku dengan pantat dan selakangannya. Tubuhku terus merangsek ke tubuhnya dan kedua tanganku sudah berada dalam kaosnya meremas-remas kedua payudaranya meski masih dilindungi Bhnya.

Kurasakan ujung burungku menggeser bagiannya yang sudah amat basah. Kukeluarkan tangan kananku dan memegang batang kemaluanku untuk kuarahkan ke target yang benar. Dengan posisi duduk membelakangi aku dia agak menelungkup bertopang sisi kiri tubuhnya, pantat kiri tetap diatas kursi, pantat kanan sedikit terangkat sehingga lubang vaginanya siap menjadi target misilku. Kudekatkan kepalaku pada telinga kanannya, kuciumi pangkal lehernya. Nafas beratnya makin terdengar seiring dengan desahan halusnya, “Akh.. Ayo Tok, masukin..”

Tanpa menunggu aba-aba ujung misilku yang sudang berada di ambang kenikmatan menerobos masuk. Sebuah jeritan lirih membuat tangan kananku langsung menutup mulutnya, untungnya suara mesin bus masih sangat mendominasi suasana. Misilku masih belum bergerak, 3/4 bagiannya sudah masuk, sisanya menunggu usahaku.

Iswani sudah tak sabar, dia mulai memaju-mundurkan pantatnya tapi tak berhasil karena terhimpit badanku dan kursi. Tiba-tiba bus bergoncang setelah berpapasan dengan truk sehingga turun-naik dari aspal. Akibat goncangan, batang kemaluanku semakin dalam menancap kedalam liangnya dan kuteruskan dengan gerakan maju mundur. Kulepas tanganku dari mulutnya, terdengar desahan halus, “Hmm.. Akh.. ah.. Ah..” Kulihat samar-samar Iswani menggigit bibir bawahnya dengan gigi atas ketika bus melewati rumah-rumah yang berlampu. Tangan kanannya menggengam tangan kiriku.

Gerakanku semakin cepat seiring dengan semakin erat genggaman tangannya. AC bus yang dingin tak dapat menahan butiran keringatku. Sedikit demi sedikit Iswani merubah posisinya dan berusaha duduk diatas kedua pahaku. Kubantu dia dengan mengangkat pinggulnya hingga ia benar-benar mendudukiku, celana dalam dan jeansnya yang kupelorot tadi sudah turun sampai pangkal kaki sehingga bagian bawah kedua pahanya yang mulus saling bergeser dengan bagian atas pahaku yang berbulu.

Sekarang aku tak dapat bergerak tertindih olehnya. Dengan berpegang pada kursi didepannya dia melakukan gerakan naik turun yang berirama seiring dengan goncangan bus. Kenikmatan yang kurasakan benar-benar tiada bandingannya. Cengkeraman dinding vaginanya memberikan sensasi yang luar biasa pada perasaanku. Setiap gerakan naik, kedua pahanya mengapit kedua pahaku, dan batang kemaluanku terasa disedot. Lalu gerakan turunnya mengakibatkan ujung kemaluanku terasa dipaksa membuka hingga bagian mulut ujung kemaluanku menempel pada organnya yang lembut dan basah, dan pangkal batang kemaluanku turut menikmati sentuhan bibir vaginanya.

Gesekan antara paha, pantat serta usapan-usapan telapak tanganku pada bagian depan daerah kemaluannya yang berambut mempercepat klimaksnya. Iswani mulai memperlambat gerakannya, menutup apitan kedua pahanya, merebahkan punggungnya pada dadaku dan menengadahkan kepalanya dipundak kananku.

Karena letak mulutku pas pada telinga kirinya maka kuserobot telinganya dengan ciuman mulutku. Kedua tangannya menggennggam erat kedua tanganku. Seiring dengan desahan halus yang keluar dari mulutnya, kurasakan otot-otot pahanya mulai menegang, jepitan vaginanya pada batang kemaluanku memberikan denyutan-denyutan yang disertai rasa hangat keluarnya cairan yang membasahi seluru batang kemaluanku.

Denyutannya bersambut dengan denyutanku hingga misilku memuntahkan semua amunisinya dengan tekananan yang hebat. Tiga sampai empat kali tembakan misilku didalam liang kenikmatannya dibalas dengan denyutan vaginanya seakan menyedot batang kemaluanku untuk menguras semua isi misilku. Batang kemaluanku kembali berdenyut dan mengeluarkan semua sisa amunisinya hingga benar-benar habis.

Berdua kami menghela napas panjang selagi penisku beristirahat dalam liang kenikmatan miliknya. Iswani kemudian menegakkan badannya dan mengambil beberapa lembar tissu lalu menarik tubuhnya dari pangkuanku ke samping kiriku, ke tempat duduknya. Sambil membersihkan kemaluannya dengan tissu dia mengulurkan sisa tissunya untukku.

Setelah membersihkan dan mengenakan kembali celana kami, aku sempat melihat jam di sakuku, kulihat pk 02.51, sebelum akhirnya tertidur pulas. Terbangun oleh suara gaduh awak bus serta penumpang yang siap-siap turun kulihat jendela bus sudah terang benderang. Kuambil botol aqua dari tas dan minum sampai tak tersisa isinya.

Kupandang Iswani yang duduk disebelah kiriku masih memejamkan mata dengan raut muka kepuasan yang melelahkan. Kulihat busku melewati kota Martapura dan jam disakuku menunjukkan pukul 07.26. Sisa perjalanan kuperkirakan tinggal 1 jam lagi.

“Jam berapa Tok?”, tanya Iswani mengagetkanku.

“Setengah delapan”, jawabku.

“Di Banjarmasin nanti kamu nginap dimana Tok?”, tanyanya lagi.

“Nggak tahu Mbak, kalau udah nyampai baru cari penginapan”, jawabku santai.

“Aku ikut kamu, ya?”, tanya sambil tersenyum menggoda.

Pertanyaan Iswani tadi menutup cerita perjalananku Balikpapan-Banjarmasin dengan bus AC. Jawabanku akan pertanyaannya yang terakhir akan menentukan ceritaku selanjutnya di kota Banjarmasin nantinya.

Related Posts:

Asisten Cantik Pemuas Nafsuku



Cerita Seks Terbaru - Aku menjabat Kepala Cabang perusahaan asing ternama disalah satu kota di Sumatra. Dalam pekerjaan ku, salah satu team ku sebagai asisten ku,bernama Ika sudah bersama ku selama 3 tahun lebih.

Ika sangat menarik, dandanannya cukup simple, namun suka pakai rok mini. Dalam pekerjaan sehari-hari aku dan Ika selalu membicarakan tugas, tidak pernah melenceng ke hal-hal sex, meskipun aku sering mencuri-curi ke arah pahanya yang mulus, yang tidak ter”cover” oleh rok-nya yang mini.

Sering aku menghampiri meja kerjanya untuk membicarakan tugas, dan Ika dengan santainya membicarakan serius tanpa gaya merayu atau apapun. Paha yang terlihat pun tidak ada usaha untuk menutupinya ataupun. Pokoknya hubungan ku “straight” sebatas pekerjaan.

Adalah hal rutin untuk saya berkunjung ke kantor pusat Jakarta untuk urusan rapat dll. Namun kejadian minggu lalu adalah hal yang benar2 berbeda.

Undangan rapat pun tiba dan kantor pusat memanggil kami untuk rapat membicarakan krisis, karena cukup penting maka kantor pusat memanggil beberapa staff cabangku termasuk Ika.

Sengaja aku sampaikan ke Ika bahwa dia aku utuskan untuk hadir di Jakarta, namun dibalik itu aku memang rencanakan untuk hadir, aku booking tiket pesawat secara terpisah.

Pada hari H, aku langsung check in di counter Garuda, saat boarding sengaja aku masuk pesawat paling akhir, sambil jalan di gang aku lihat penumpang dan terlihatlat Ika yang sudah duduk dikursi jendela. Belum selesai dia terkaget akan kehadiranku, aku sudah langsung bilang bahwa aku putuskan untuk ikut rapat. Dalam perjalanan hampir dua jam lebih aku hanya bisa melihat Ika dari belakang, karena aku dapat kursi paling belakang sedangkan Ika ada ditengah.

Saat mendarat di Jakarta, langsung aku menghampirinya dan aku jelaskan lagi bahwa aku putuskan untuk ikut karena pentingnya rapat ini, dan Ika pun hanya mengangguk sembari menjawab “Ya Pak” dengan nada pelan, sambil dalam hati kebingungan (mungkin).

Dari Airport Jakarta langsung kami menuju ke Hotel Mulia tempat kami meeting dan menuju ke salah satu Ballroom untuk mengikuti meeting. Karena waktu yang mepet sekali, kami langsung menuju ke Ballroom tsb tanpa check in kamar terlebih dahulu. Rapat pun berjalan serius dan berakhir sore hari.

Saya langsung suruh Ika untuk check in ke reception, sempat Ika menanyakan apakah saya mau check in kamar juga. Saya jawab nanti saya susul setelah saya menemui atasan saya di Ball room itu.

Selesai berbicara dengan atasan saya, saya menuju ke reception, dari jauh aku melihat Ika dari belakang dengan rok mininya serta terlihat pahanya yang mulus yang sudah aku hafal benar…

Ku dekati Ika dan langsung Ika nanya, Bapak mau check in juga? Aku hanya bilang kamu check in saja dulu, aku nanti nyusul.

Selesai check in Ika menuju lift untuk kekamar, aku ikuti sambil membicarakan topic rapat tadi, Ika pun masuk lift dan memasukkan kartu kamarnya dan menekan tombol lantai 17. Didalam lift aku jelaskan bahwa kamar hanya pesan satu, dan aku tanya Ika apakah dia keberatan kalau aku gabung dikamar dia, plus aku tambahkan sekalian menghemat anggaran kantor cabangku, toh cuman untuk tidur saja.

Ika terlihat bingung namun juga tidak bilang keberatan atau tidak keberatan, sambil jalan ke kamar yang dituju. Sesampainya dikamar aku langsung aja menaruh koper kecilku, dan Ika sempat menanyakan apakah aku serius mau sekamar dengannya.

Aku tegaskan lagi bahwa kalau hanya untuk tidur semalam gak ada masalah. Akhirnya sambil terheran-heran, Ika meng-iya-kan, tanpa menyebut syarat-syarat.

Kami pun mulai melepaskan baju kantor kami, aku lepas dikamar dan Ika masuk ke kamar mandi untuk ganti baju sekaligus membersihkan diri.

Aku hanya bilang sehrian capek kita gak usah keluar makan, kita order room service saja, Ika pun langsung setuju.

Sambil menunggu makanan room service aku pun mandi, namun dalam otak ku hanya terbayang tubuh Ika yang mulus.

Setelah kami makan, Ika pun kembali ke kamar mandi (aku pun tidak tahu apa yang dia perbuat), aku santai sambil nonton Star Sport dikamar, duduk di soaf yang nyaman. Interior hotel yang indah membuat suasana sangat romantis, ditambha sinar lampu yang pas.

Ika pun keluar dari kamar mandi dengan menggunakan daster warna kuning muda, sambil berbaring di ranjang dan ikut menonton Star Sport, Ika menanyakan mengenai posisi tidur, karena ranjang yang kami dapat adalah King Size Bed, aku hanya bilang aku biasa di sebelah kanan, maka Ika pun langsung ke sebelah kiri.

Ika tidak menyukai tayangan sport di TV, dan dia bilang mau tidur. Sepuluh menit kemudian aku pun ke tempat tidur, lampu aku redupkan, dengan hati yang berdebar.

Lima menit, sepuluh menit waktu berlalu aku [pun tidak bisa langsung tidur lelap. Ku lihat Ika pun beberapa kali pendah posisi, yang pasti Ika belum bisa tidur juga.

Setengah jam pun berlalu, kondisi masih sama, kami berdua masih gelisah dalam hati, sampai pada akhirnya aku usap daster Ika warna kuning muda yang sedang bertolak muka dengan aku.

Dengan pelan namun pasti, Ika membalikkan badan dan kontan tangannya membalas usapanku.

Aku langsung mendekat dan memeluk tanpa tolakan sedikitpun dari Ika, malah Ika pun memulai gerakan erotisnya. Aku aba pahanya yang sering aku tatap dikantor kini ada di genggamanku. Tangan jahil ku pun mulai meraba hingga ke arah Miss. V nya.

Tak sabar aku langsung perlahan melepas dastenya yang lembut, dan sekali lagi Ika pun tidak menolaknya, bahkan wajahnya dibuat manja, sehingga aku tak tahan untuk menciuminya. Lepaslah sudah datser kuning muda itu, dan dari wajah aku turun menciumi leher, pundak, dan akhirnya menuju ke ketiaknya yang bersih tanpa bulu, Ika pun mulai mengerang-ngerang nikmat.

Puas mencium kedua ketiaknya, aku menuju toked-nya yang kencang pertanda birahi. Beberapa saat kemudian aku menelusuri perut hingga tiba di Miss V nya yang masih tertutup celana dalam. Kunikmati celana dalamnya nya yang halus di remang-remang kamar Hotel Mulia yang romantis. Ika mengenakan celana dalam biasa (bukan lingerie) warna krem dengan gambar kecil panda lucu. Ku sadari bahwa Ika tidak menyangka kalau malam itu dia ada acara “honeymoon” dengan aku.

Perlahan sambil menikmati celana dalamnya yang biasa, aku melepaskan nya melihat Miss V nya yang ditumbuhi rabut yang natural. Foreplay pun dimulai dengan berbagai posisi dan bertaburan kecupan dari masing-masing insan. Aku sadar bahwa Ika pun sudah siap setelah meraba Miss V nya yang sudah licin sekali.

Aku pun melepas busana secepat kilat dan langsung menancapkan secara perlahan tapi pasti Mr. P ku ke Miss V nya. Wow, beberapa kali goyangan di Miss V yang licin sempat membuat Mr. P ku muntah, tapi aku pakai teknik untuk mengurangi sensitivitas.

Beberapa posisi aku coba sampai pada saatnya Ika yang sedang berada diatasku tiba2 mengerang sambil kurasakan Miss V nya makin menghimpit Mr. P ku, saat itulah Ika mengalami orgasme yang hebat. Tak kuasa aku melihat sambil merasakan Miss. V nya yang lagi action, aku pun mencapai puncaknya, namun aku langsung sadarbahwa aku belum pernah membicarakan soal kontrasepsi yang dia pakai (gak tahu pakai atau tidak), dengan berat hati aku langsung angkat sedikit tubuh Ika agak Mr. P ku keluar segera dai Miss V nya, dan muntah sperma ku di tubuhku sendiri, sedikit mengenai perut Ika.

Tanpa ijin Ika aku langsung tarik daster kuning mudanya untuk mengelap sperma yang berceceran, Ika pun tidak sempat komplain karena dia lemas dan penuh kepuasan….

Dalam hitungan menit, kami pun berdua tertidur lelap tanpa busana, hanya berselimutkan selimut putih tebal yang lembut…

Ketika matahari pagi mulai bersinar, korden Hotel Mulia yang tidak rapat tertutup menembuskan sinar matahari pagi yang mebangunkan kami. Tak tersadarkan aku bangun sambil memeluk perut Ika yang ramping dan mulus. Aku pun mulai mengusap kelembutan kulitnya, kuciumi bibirnya dan Ika pun terbangun. Beberapa pelukan pun terjadi yang membuat Mr. P ku memanjang lagi, tanpa basa basi yang panjang aku pun terlibat dalam permainan yang tidak kalah serunya, kali ini to the point karena semuanya sudah terbuka.

Beberapa kalai kami berganti posisi bagai pegulat profesional, hingga akhirnya posisiku diatas dan terus menggenjot Miss V nya yang licin. Lebih lama dari pergulatan semalam, aku mampu menahan klimaks, Ika pun terlihat sudah mencapai orgasme, dan aku pustuskan untuk memuntahkan sperma ku, sekali lagi diluar Miss V nya, rambut kemaluannya pun terlihat berceceran sperma ku. Sempat kuatir kalau kalau ada sperma yang masuk ke Miss V nya, ceritanya bisa panjang nantinya….

Setelah berpelukan yang bermesraan ala romantic, kami pun segera mandi bersama, mengingat waktu yang harus kami kejar untuk rapat hari kedua, kami pun hanya mandi bersama plus sedikit saling mengusap dengan sabun.

Rapat hari kedua pun dimulai seperti biasa, dan sorenya kami pun kembali ke kota kami. Tidak banyak yang kita bicarakan “About Last night” yang jelas aku menuggu kesempatan untuk “honeymoon” berikutnya.

Related Posts:

Tergoda Tubuh Mulus Pembantuku




Cerita Seks Terbaru - Beberapa waktu yang lalu, karena telah berulang kali dipanggil oleh anaknya di kampung, maka pembantu kami yang sudah tua, Mbok Iyem akhirnya pulang juga ke kampungnya di Jawa Tengah, tetapi sebelum pulang ia berjanji akan membantu kami untuk mencarikan seorang pembantu lain yang berasal dari kampungnya juga, jadi pada saat Mbok Iyem pulang kampung, tidak terjadi kekosongan pembantu di rumah kami. Hal ini penting bagi kami, karena kami berdua, suami isteri bekerja sehingga kami memerlukan seorang pembantu untuk beres-beres di rumah.

Pada hari yang telah ditentukan, maka datanglah seorang pembantu baru yang dijanjikan oleh Mbok Iyem, yaitu seorang gadis kampung yang telah putus sekolah, berumur 18 tahun bernama Lastri. Sulastri bertubuh sedang dengan kulit bersih dan berambut panjang, yang dengan malu-malu memperkenalkan dirinya kepada kami, setelah menerima instruksi ini itu dari isteriku, Lastri pun mulai bersiap untuk kerja.

Memasuki hari Senin, secara kebetulan saya mendapat cuti kantor selama tiga hari, yang mana bisa saya pergunakan untuk beristirahat di rumah. Setelah isteriku berangkat kerja, sayapun santai di rumah sambil baca koran dan mendengarkan radio, sedang Lastri sibuk membersihkan rumah sehabis mencuci pakaian.Sedang saya asyik membaca, tiba-tiba dikejutkan oleh sapaannya, “Maaf Pak.., Saya mau mengepel lantainya”.

“Oh iya, pel aja..”, kata saya sambil terus membaca, tetapi mataku memperhatikan pembantu ini dengan lebih seksama. Lastri mengepel lantai sambil berjongkok dan sesekali merangkak sambil terus mengayunkan tangannya. Saat ia merangkak, terlihat pinggulnya yang besar dengan pantat yang membentuk bulat bergoyang ke kiri dan ke kanan dengan irama yang teratur, celana dalam yang dipakainya terbayang sangat jelas dari balik daster yang dipakainya.

Saat ia berbalik untuk mengepel di bawah kaki saya, terlihat dari belahan dasternya dua buah bukit yang ranum, terbungkus oleh kutang ketat, yang kelihatannya sudah agak kekecilan. Tanpa terasa saya menggosok batang kemaluanku, yang tiba-tiba menjadi tegang. Konsentrasi saya untuk membaca menjadi hilang.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Lastri bersiap-siap untuk membersihkan dirinya dan mengambil handuk serta masuk ke kamar mandi, begitu terdengar suara air yang terguyur di kamar mandi, saya cepat-cepat meloncat bangun dan berjalan cepat-cepat ke arah kamar mandi. Dari sela-sela pintu kamar mandi terdapat celah yang bisa dipakai untuk mengintip ke dalam.

Ternyata pemandangan di dalam kamar mandi begitu asyiknya, Sulastri ternyata mempunyai badan yang bersih mulus dengan kedua payudaranya yang ranum keras dengan puting yang mengarah ke atas berwarna coklat muda, pinggulnya yang besar sangat seksi dengan bulu-bulu halus di atas kemaluannya. Lastri sibuk menggosok-gosok badannya tanpa sadar ada mata yang sedang menikmati tubuhnya yang ranum.

Dengan berdebar saya terus mengintip Lastri yang sesekali menunduk untuk menggosok kakinya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Nafsu saya naik ke kepala, saya mulai mengelus batang kemaluanku sampai tegang. “Aah, enaknya kalau bisa memeluk dan menancapkan batang penisku di vaginanya”.

Sedang asyik mengintip, saya teringat kalau di lemari saya masih ada menyimpan sebotol obat perangsang bermerek ‘Spanish fly’ oleh-oleh teman dari luar negeri.

Cepat-cepat saya ke kamar mengambil obat tersebut dan membawanya ke dapur, dan benar saja dugaanku bahwa Lastri memang sudah menyiapkan teh hangat bagi dirinya sendiri di situ. Segera saya tuangkan spanish fly itu ke dalam minuman Sulastri dan saya tambahkan gula sedikit agar dia tidak curiga.

Saya kembali duduk di kursi depan dan pura-pura membaca sambil membayangkan tubuh mulus Lastri sambil mengelus batang penisku yang sudah tegang, saya benar-benar sudah bernafsu sekali untuk menyetubuhi Lastri. Sekitar setengah jam kemudian, saya mendengar erangan halus yang berasal dari kamar Sulastri, “Heehh.., heehh”.

Segera saya menghampiri kamarnya dan pura-pura bertanya, ” Lastri.., ada apa dengan kamu..?”.

Lastri sambil mengeluh menjawab, “Aduuh Pak.., perut Saya.., hheehh”.

“Kenapa..?”, sambil bertanya saya segera saja masuk ke dalam kamarnya, Lastri kelihatan pucat dan keningnya berkeringat, sedang dalam posisi merangkak sambil memegang perutnya.

“Aduuh.., aduuh.., perut saya.., Pak”.

“Mari Saya tolong..”, kata saya, sambil berdiri di belakangnya dan tunduk serta memegang perutnya dengan kedua tangan untuk mengangkatnya berdiri. Saat berdiri sambil memeluknya dari belakang, penisku yang sudah tegang dari tadi menempel pada celah pantatnya, Lastri agak kaget juga, tapi ternyata dia diam saja sambil terus mendesah.

“Ayo saya gosok perut kamu.., biar hangat”, kata saya sambil tangan kananku terus bergerak menggosok perutnya sedangkan tangan kiriku mengangkat dasternya dari bawah. Saya memasukkan tangan kiriku ke dalam daster itu dan berpura-pura akan menggosok perutnya juga tapi saya segera menurunkan tangan saya untuk menyibakkan celana dalamnya dan mulai meraba bulu-bulu halus yang bertebaran di sekitar vaginanya.

Saat tangan saya menyentuh vaginanya, Lastri menggelinjang keras dan mendesah panjang, “aah.., Paak..”, seraya menekankan pantatnya yang montok ke penisku yang sudah menanti dengan tidak sabar. Tangan kananku pun mulai masuk ke dalam sela-sela kancing daster, naik terus ke atas dan menemukan payudaranya yang ranum, yang ternyata tidak terbungkus oleh kutangnya, segera saya meremas payudaranya.

“Las,.., ayo Saya gosok sambil tiduran”, kata saya.

“Hee.. Eeh”, katanya.

Saya tuntun Lastri ke tempat tidur dan membaringkannya dengan kedua kakinya tetap terjuntai di lantai. Secara cepat saya menyibak dasternya dan segera menarik turun hingga celana dalamnya terlepas. “Aduuh.., Paak”, katanya sambil menggerakkan pinggulnya.

“sst..”, kata saya sambil menundukkan kepala dan mencium vaginanya yang persis di depan mataku.

“aarkkh..”, seru Lastri sambil membuka kakinya lebih lebar lagi dan kemudian secara cepat menutupnya lagi sehingga kepalaku terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Saya mulai menjilat vaginanya, lidahku mulai menjalar ke kanan dan ke kiri menyibakkan kedua belah bibir vagina Lastri sampai akhirnya saya menemukan clitorisnya. Kedua tangankupun secara gencar mulai bergerilya meremas kedua payudaranya sambil sesekali mempermainkan putingnya yang langsung mengeras.

“Paak..”, Lastri keenakan sambil mulai menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan bagaikan sangat kegelian, dan tiba-tiba dari vaginanya memancar cairan, yang segera saya jilat habis.

“Las.., buka dulu yaa bajunya”, kata saya sambil berdiri dan dengan cepat mulai membuka celana dan kaosku. Sementara saya berdiri telanjang, penisku benar-benar tegang dan keras. Mata Lastri terbelalak memandang penisku yang besar dan berdiri.

“Paak.., Lastri takut”, katanya.

“sstt.., nggak apa-apa Las..”, kata saya sambil membantu Lastri membuka bajunya.

Karena kakinya masih menjuntai di pinggir tempat tidur, segera saya mengambil bantal dan mengganjal pantatnya sehingga vagina Lastri sekarang menyembul dengan clitorisnya yang mengkilap karena jilatan lidahku. Segera saya arahkan penisku ke lubang vaginanya dan berusaha untuk menekannya masuk, sementara tanganku meremas payudaranya sedangkan mulutku mulai memagut bibirnya.

Ternyata lubang vagina Lastri sempit sekali, sehingga baru kepala penisku yang masuk, ia sudah menjerit kesakitan dan berusaha menggeliatkan badannya yang mungil. Saya menahan geliatan badannya dan terus berusaha memasukkan seluruh penisku ke vaginanya yang sempit dengan menarik keluar masuk kepala penisku.

Biarpun vagina Lastri telah basah oleh cairan yang keluar dari tubuhnya, saya tetap juga mengalami kesulitan untuk menembus pertahanan vagina Lastri ini. Sambil memeluk tubuhnya, mulutku bergesar ke arah telinga Lastri, dan secara tiba-tiba saya menggigit cuping telinganya dengan agak keras. Secara refleks, Lastri kaget sekali, “Aduh..”, tetapi bersamaan dengan itu saya menekan penisku sekuat tenaga masuk ke dalam vaginanya.

Lastri kaget dan terdiam, tetapi saya kembali memagut bibirnya dan menyedot lidahnya sambil mulai menaikkan pantatku sedikit sedikit, kemudian turun menekan sampai ke ujung. Aduh nikmatnya bukan alang-kepalang, vagina Lastri benar-benar sempit sekali bagaikan jepitan halus yang menjepit dengan ketat serta berdenyut-denyut terus-menerus. Setelah beberapa kali naik turun, cabut sedikit, tekan lagi.., Lastripun mulai menikmati permainan seks ini, sambil mengerang-erang, dia juga mulai menggoyangkan pinggulnya. Kedua belah kakinyapun turut menari-nari, kadang menjepit kakiku, kadang dia menjepit pinggangku.

“Aarkhh.., ppaak.., enaak”, kata Lastri, sambil terus menggoyangkan pinggulnya, sehingga penisku yang berada di dalam vaginanya terasa bagaikan diremas-remas dengan keras. Akhirnya sayapun tidak tahan lagi, saat badannya menjadi kejang karena dia sampai pada puncak kenikmatan, sayapun mempercepat gerakan naik turun sampai cairan maniku terasa menyembur-nyembur ke dalam vagina Lastri. Akh, kita berdua sungguh lunglai setelah tiba pada puncak kenikmatan. Ternyata setelah selesai baru saya tahu kalau ternyata Lastri masih perawan dan belum pernah dijamah oleh lelaki lain.

Selama masa cuti tiga hari, saya tetap betah di rumah. Dan kalau istriku sudah berangkat kerja, maka Lastri dan saya mulai mempraktekkan berbagai macam gaya bersetubuh. Lastri ternyata murid yang sangat pandai untuk diajar dan selalu bernafsu untuk mengulang dan mengulang lagi. Hal ini berlangsung selama enam bulan, kadang larut malam, kadang pagi hari kalau saya lagi kepingin menikmati tubuhnya, saya ijin dari kantor, sampai akhirnya Lastri dipanggil pulang oleh keluarganya untuk dikawinkan di kampung.

Related Posts:

Pengalaman Kencan Dengan Temanku Yang Cantik



Cerita Seks Terbaru - Namaku Kasan aku punya kisah indah pada tahun 1979. Usia saya boleh dibilang masih cukup muda untuk mengenal yang namanya bercinta. Saya baru berumur 13 tahun.

Saya mempunyai seorang tetangga cewek dia bernama Ita. Dari bentuk tubuhnya boleh dijamin semua laki-laki yang melihatnya pasti akan berdecak kagum. Semlohai kata orang. Dia tingginya yaach kira-kira 155 cm, dan berat 48, pokoknya ideallah. Lebih ideal lagi ternyata payudaranya wah ukuran gedhe (king size).

Wajahnya lumayan enggak jelek-jelek amat walaupun tidak berkategori cantik juga sih, tapi bodinya sangat semlohai, bahenol kata cowok-cowok yang memandangnya. Setiap cowok pingiin dekat sama si Ita. Berbagai upaya dilakukan oleh beberapa cowok, engga ada yang berhasil mendekatinya. Hanya heran saya itu, ternyata dia ada perhatian sama saya, maklumlah tetangga dekat dan cukup handsome lagi, sehingga inilah kemenangan saya.

Suatu saat ketika dia sedang mandi di sumur wajar sajalah karena orang desa engga punya kamar mandi, saya pas berada di dekat sumur itu, maka kesempatan bagi saya untuk melongok tubuhnya. Ternyata benar-benar wah, payudaranya, tengah-tangah pahanya yang mulai ditumbuhi bulu-bulu halus dan pinggulnya bak vespa!

Saya sangat bersemangat mengintip dia mandi, karena asyiknya dia mandi engga tahu bila kuperhatikan.Oh betapa bahenolnya dia, melebihi bintang film India. Bahkan Ratna Sari Dewi pun kalah sebagai madame de syuga, Ita pantas mendapat julukan madame de syurga. Ini setelah kejadianku dengannya yang cukup asyik sehingga ingin aku berbagi cerita.., pengin tahu? terusain ajaa.

Suatu hari, hujan rintik-rintik. Dia cerita bila dia pingin ditemani di rumahnya karena semua anggota keluarganya sedang pergi ke tempat neneknya yang baru hajatan. Biasanya setiap dia sendiri pasti minta sayalah yang menemani di rumahnya. Pernah saat saya sedang berusaha mendekati dan meraih tubuhnya, ee dia teriak, dan sayapun gagal menjamah tubuh semlohainya itu.

Saya pamit pada orang tua saya dan ternyata diijinkan tanpa ada kecurigaan apa-apa. Saat itu jam dua siang, tapi cuaca yang mendung kelihatan seperti sudah jam enam petang. Dengan senang hati saya masuk ke rumahnya lalu pintu saya kunci pakai palang kayu.

“Lho kok dikunci?” dia bertanya

” Ya .. biar amanlah, soalnya saya kan masih kecil, nanti kalau ada maling saya takut sehingga biar engga ada orang lain masuk .. yaa.. kukunci saja. Engga apa-pa khan? ” komentarku.

” Iya.. ya.. sudah duduk dulu saya tak membuat minum ” sahutnya

” Wah terima kasih ” jawabku.

Maka dia pun membuat minuman dan saya telah mempersiapkan sebuah buku porno yang saya dapat dari teman sekolah SMPku. Dan mulailah aku membaca dengan diterangi lampu teplok .

“San, Kau baca apa sich? Kayaknya asyik banget.” begitu ucap Ita sambil mendekatikiu dengan membawa segelas kopi panas.

“Boleh dong aku ikut membaca?” tanyanya .

” Wah ini bacaan cowok je. Cewek endak boleh nanti ndak semaput..”

Saya pancing biar penasaran. Dia terdiam saat itu, tapi menjulurkan kepalanya ke arahku. Dulu pernah dia itu kupegang payudaranya saja, dia berteriak dan memaki-maki, maka kini agar dia tidak berteriak bila kupegang, maka saya buat penasaran dulu.

“Kasih doong, masak sih pelit amat..” dia berkata.

“Okelah boleh kau baca.. tapi syaratnya jangan jauh-jauh dari saya..” kataku

“Mengapa?” tanya Ita

“Eh, ngga apa-apa kok.” jawab saya bingung mau menjelaskan.

Lalu dia pun mulai membaca. Dia kaget ketika membaca ada adegan yang syuur, tapi ternyata dia masih melanjutkan bacaannya.

“Wah-wah-wah, kesempatan nih..?” pikir saya dalam hati.

Tapi saya sudah senang sekali, apalagi saya melihat Ita mulai sesak napasnya. Mukanya bersemu merah tanda berahi mulai menjangkiti dirinya. Saya yang sudah sejak tadi terbawa sedikit birahi langsung menyenggolkan tangan saya pura-pura mau ambil gelas ke payudaranya.

” Aaahh ” Ita merintih.

Saya tidak jadi ambil gelas tapi malah parkir di bukit indah itu, yang kemarin ketika saya pegang dia berteriak, tapi sekarang malah merintih.

Tiba-tiba saja Ita langsung mendekatiku dan segera menempelkan badannya pada badanku. Yach sudah otomatis saya akan merespon juga donk. Tanganku makin aktif menjelajahi bukit yang king size itu. Kemudian kubuka kancing baju atasnya yang berada di punggung sambil memeluk dadanya. Ita makin merintih, ketika puncak bukit itu tertekan dadaku.

Saya makin leluasa membuka bajunya, bra-nya dan.. payudaranya segera menyembul sang king size, maka bibirkupun mendekat dan mengulum puncak king size indah itu.

” Mmm “

” Hhh! Hhh! Hhh! ” napasnya makin memburu, dan bukunya sudah jatuh.

Tangan saya mulai lebih berani lagi menelusuri seluruh lekuk tubuhnya dari dada, perut, pinggul. Lalu ke depan.

Kuselusupkan ke CDnya yang udah kendor. Ita makin merintih, terlebih manakala jariku meremas bulu halus yang kemarin kelihatan. Ita makin menggelinjang, dengan segera kubuka seluruh pakaiannya, sambil kubimbing berdiri, karena tingginya sama, maka segera ketika berdiri pelukanku tepat pada dua bukit kembarnya itu.

Ita kuajak berjalan ke amben yang di dekat kursi tadi. Sembari berjalan sungguh sangat nakal tangan dan bibir saya. Bibir mengulum bibir Ita, tangan meremas bukit indah Ita dan tangan satunya bermain di hutan yang halus itu. Begitu Ita kududukkan di amben maka saya sembari nyopoti kaus yang kupakai, celana dan CD-ku sekaligus tanganku nyomoti bukit indah itu, pokoknya refleklah saudara-saudara!

Tanpa sadar tangan saya mencoba mencopot CD terakhir Ita, Dia makin melenguh panjang pendek

” Hhhss, hhss, hhss. “

Akhirnya kami berdua bugil gil. Lalu saya terus bermain dengan bukit indah di bibir dan tangan satu meranjah-ranjah hutan halus itu, sementara tangan lain menekan, memilin, mengelus pokoknya apa saja dilakukan yang penting tidak membuat sakit dulu.

“Uhg ugh uhg ugh” Keluh Ita ketika satu jariku menyentuh jari kecil pada belahan di antara pahanya. Kini dia tidak memaki lagi, tapi melenguh-nguh-nguuh!

Tubuh mulusnya kini bersimbah keringat, rambutnya yang terurai panjang menambah gairah, tapi bau keringatnya waoow, orang desa sih, maka tanganku yang satu kemudian mencari-cari botol parfum yang memang tadi udah kusiapkan. Lalu sert.. sert. Kusemprot dulu dengan parfum tubuhnya, sehingga seger dan wangii. Berikutnya tanganku beraktivitas lagi. Tapi ternyata ada penolakan dari Ita.

” San .. udah San tolong udah san, jangan diteruskan ” katanya.

” Ah.. masak saya harus gagal sih menikmati tubuh indah yang udah dalam dekapan ini? ” batinku. ” Gimana caranya ya? “

Ita sudah mengepitkan pahanya rapat sekali, tapi dia masih berada di bawah saya, maka sayapun nyessel banget kenapa tadi pakai semprot-semprot dulu.

Dengan sisa semangat yang masih menggebu saya peluk Ita erat-erat, puncak bukit kecoklatannya saya kulum lagi, lidah saya mainkan di situ, dan Ita mengerang halus, maka saya makin bersemangat. Tangan satu mulai menelusup ke tengah-tengah pahanya yang sudah dikepit itu, ah susah sekali menerobos kepitan itu. Lama-kelamaan bibir saya yang aktif itu ada gunanya ternyata. Pahanya makin melemah dan jariku berhasil menerobos kembali pada belahan diantara hutan halusnya itu.

Ita mengerang lagi

” Ohh.. jangngngan ..” tapi tangannya memeluk tubuhku erat sekali.

Ketika jariku menerobos lebih dalam lagi maka tangan Ita kini sudah berada pada pinggulku menarik ke arah selangkangannya.

Kini dengan mudah kusibakkan paha mulus itu. Jariku bisa dengan leluasa memainkan perannya dan saat menyentuh lubang maka jari itu bermain lebih lincah, sehingga Ita melenguh lagi.

” Oohh.. tolong jangngngaann “

Kudapati jari itu sudah basah lendir kini, aku heran kok banyak lendirnya ya? Ita melenguh lagi

” Oohh jangngngaann .. ” Kupikir isyarat agar aku jangan lama-lama lagi, maka serta merta kudekatkan selangkanganku dengan laras panjang yang membara dan kini mulai menyentuh belahan paha itu. Hangat kurasa kena lendir yang banyak. Lalu mulailah saya sibakkan lebih lebar lagi paha mulus itu dan kepala itu mulai menyelusup diantara dua belahan. Hangat, licin-peret, lunak sekalli terasa, dann Jess laras itu kini menusuk belahan padat kenyal.

” Ohh ” bersamaan kami berdua memekik. Saya memekik keenakan, Ita memekik juga enak bercampur sari, dangdut, keroncong, perih, ngilu dll (katanya kemudian setelah acara kami ini selesai).

Saya terdiam beberapa saat kubiarkan laras panjang itu menyoblos masuk dan makin masuk dan makin ambles.. bless.

” Aduh! ” Ita berteriak ketika tercoblos laras lunak tapi kenyal itu.

Ada lelehan dingin terasa mengaliri batang itu, tapi sedikit demi sedikit kutekankan pada tempat paling lunak sedunia itu bagi batang larasku ini. Seluruh batang sudah tertanam dan berdenyut-denyut, rasanya pinginn sekali bergerak-gerak, tapi rasa enak itu muncul dan ketika denyutan laras itu makin mengeras, Ita terpekik

” Iiih .. ” setelah sekian lama akhirnya dialah yang memulai gerakan pada pantatnya ternyata sudah tidak sakit lagi dan mulai menikmati arti terobosan batang laras yang perkasa, kenyal, lunak hangat dan berdenyut itu.

Gerakan-gerakan kami makin liar hingga kami berdua semakin basah oleh keringat. Akhirnya terjadi pelukan yang sangat kencang dari Ita, bersamaan dengan itu kemudian pucuk larasku terasa sangat ngilu dan saya merasa melepas sesuatu dari pucuk itu .

” Aahh! ” Ita terpekik lagi, ketika semprotanku melanda rahimnya.

Saya terjelepok dalam pelukan hangat tubuh semlohai itu. Pahanya yang seperti buah labu putih panjang dan halus seperti balon mau meletus, kimi sedang mengepit erat pahaku, dan celah diantara paha itu kini menjepit kuat sekali laras panjang rudalku. Ada rasa berdenyut-denyut dari pangkal laras sampai ke ujung yang diliputi oleh selimut empuk dinding celah gua Ita itu.

Kami berdua melepas napas panjang keenakan dan yang paling puas adalah saya telah berhasil manaklukkan singa betina nan buas yang kini telah jinak dalam pelukanku, sementara mulutnya dengan lahap menelan daging mentah dan segar serta kenyal punyaku.

Pokoknya siip lah! Sangat menyejukkan hati dan menenteramkan jiwa ketika pelukan kami semakin erat dan daging kenyal terus terselip di lorong gua basah nan nikmat.

Permainan ternyata dilanjutkan lagi sampai tiga babak sehingga waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 sore. Hujan turun makin lebat, tetapi kami berdua yang tanpa selembar benangpun tidak merasakan dingin bahkan panas membara dan bergeloraa. Berkali-kali Ita memekik-mekik Permainan berakhir ketika kami tertidur dan malam hari terbangun kedinginan tanpa ada lembaran kain yang menutupi tubuh kami.

Untunglah seluruh keluarga Ita tidak pulang karena hari hujan dan ternyata Ita terbiasa sendirian di rumah.Tahu kayak begini udah tak kerjain dulu-dulu tanpa harus ada acara tip-ngintip segala. Ternyata enaknya engga ada dijual di toko manapun juga. Sekian..

Related Posts:

Bersetubuh Dengan Foto Model Seksi




Gudang Cerita Seks Dewasa - Cerita ini bisa dibilang merupakan pengalaman pribadiku. Sebuah hubungan ‘gelap’ dengan seorang gadis bernama Imel. Dibilang hubungan ‘gelap’ karena aku sendiri sudah beristri dan beranak, dan aku kenal baik dengan ayah Imel yang juga merupakan rekan bisnisku. Tapi aku sebelumnya belum pernah ketemu Imel karena dia sekolah di luar kota.

Keluarga Imel merupakan keturunan Tionghoa yang cukup lumayan bisnisnya. Perkenalanku dengan Imel berawal pada saat aku menghadiri peresmian salon & butik milik Mei dimana aku terlibat dalam pembuatan sistem back-officenya, Mei adalah adik ipar Imel.


Wajah Imel terlihat mirip presenter Yuanita Kristiana tapi sedikit lebih kurus dan pendek, sedang Mei berwajah manis biasa dan badan sedikit lebih berisi dibanding Imel. Kami sempat ngobrol lama pada acara itu dan selanjutnya tdk pernah ketemu lagi selama kira2 sebulan.

Pada suatu siang saat aku sedang hunting foto Mei menelponku supaya aku mampir ke kantornya krn ada sesuatu yg hendak dibicarakan mengenai program office-nya, dan aku pun langsung meluncur kesana menemuinya.

Sesampainya di kantor Mei kami langsung membicarakan pekerjaan kami di ruangan dia.

Selang beberapa saat datang Imel sambil membawa bungkusan.

“Eh…, ada mas Anto.. Kebetulan nih, aku bawa burger.. Kita lunch sekalian yuk..” kata Imel.

“Ah, aku sudah makan kok barusan..” jawabku basa-basi.

“Gak apa2, mas.. Temenin ci Imel tuh, kebetulan aku ada janji sama client nih..” sahut Mei.

“Oke deh kalo begitu..” jawabku.

“Kita makan di atas aja yuk, mas.. Sambil liat ruang senam yg baru..” ajal Imel.

“Atas mau dibuat sanggar ya?” tanyaku sekenanya.

“Nggak kok, mas.. Tu ci Imel pengen punya ruang senam pribadi aja..” sahut Mei.

“Oooo, gitu..” jawabku sambil manggut2.

“Udah sana ke atas temenin ci Imel, kelaparan tuh..!” kata Mei.

“Ha..ha..ha.. Ayuk, mas..! See U Mei..!” sahut Imel sambil keluar ruangan diikuti aku.

Kami naik ke lantai atas dan masuk ke sebuah ruangan berukuran kira2 8X6m. Lantainya karpet abu2 dan temboknya dilapisi bahan peredam warna hitam. Ruangan itu kosong, hanya ada satu meja kerja & laptop di pojok, sofa panjang dgn satu meja di depannya, dan lemari kecil disamping meja kerja dgn seperangkat home-theatre di atasnya.

Sebuah kaca yg besar terpasang di salah satu sisi dinding, ukurannya hampir memenuhi satu sisi dindingnya. Beberapa lampu dinding tampak terpasang dan di langit2 terdapat 6 lampu sorot kecil. Indah sekali, batinku sambil melihat sekeliling ruangan.

“Silahkan duduk, mas.. Aku setel musik dulu” kata Imel sambil menyalakan CD dan alunan piano Richard Clayderman mulai terdengar sayup.

“Suka lagu2 gini mas?” kata Imel sambil membuka bungkusan burgernya dan menyiapkan untuk kami berdua.

“Suka.. Apalagi ndengerin sambil cari inspirasi..” jawabku sambil meletakkan tas kameraku.

“Wah, suka fotografi ya..?” tanya Imel.

“Hobi aja sih, gak buat profesi. Kalo ada yg pake sih ga nolak.. Hehehe..” jawabku sambil makan.

“Hobi kalo menghasilkan kan bagus tuh..” kata Imel sambil ikut makan.

Kami pun makan sambil ngobrol kesana-kemari, bercanda dan kadang main tebak2an. Setelah selesai makan Imel segera membersihkan sisa2 dan bungkus makanan kami.

Mendadak dia bertanya kepadaku “Mas, aku kasih job foto mau?”

“Emmm…, gimana ya? Job foto gimana? Kalo acara2 resmi atau wedding aku belum pernah sih..” jawabku ragu.

“Foto aku..! Aku ingin difoto sendiri, privat..!” kata Imel.

“Maksudnya kamu mau difoto seperti model gitu..?” tanyaku.

“Iya, tapi khusus buat aku pribadi lho.. Berapa harganya, mas..?” balas Imel.

Wah, aku belum pernah dapat job foto model gini, batinku bingung.

“Gampang soal itu deh.. Kayak sama siapa aja, lagian buat eksperimen aku juga..” jawabku sekenanya.

“Bener nih..? Kalo iya, kita mulai aja..!” kata Imel.

“Sekarang? Lokasinya mau dimana?” tanyaku.

“Disini aja, kira2 bagus gak suasananya? Kalo diluar berarti harus cari lokasi dulu deh..” kata Imel.

Aku melihat sekeliling ruangan. Tampaknya layak juga untuk foto session. Dinding, lampu ruang yg bisa diatur, suasana, semua oke sih.

“Oke, bisa kok disini kalo mau..” kataku.

“Siiipp…! Sebentar, aku make-up dan cari baju dulu ya..” kata Imel sambil keluar ruangan.

Aku segera menyiapkan kamera SLR-ku dan perlengkapannya, lalu mengambil sample seting pencahayaan disitu (mirip profesional? Hahaha..!)

Tak beberapa lama Imel masuk kembali, kali ini dia tampak lebih cantik dengan dandanannya. Dia memakai celana jeans pendek sekali dan t-shirt besar warna putih. Pahanya yang mulus semakin kelihatan jelas dan rambutnya yang bergelombang sebahu dibiarkan terurai.

Pundaknya yg putih nampak terbuka sebagian karena t-shirtnya yg lebar itu. Tidak nampak adanya tali BH membuatku semakin penasaran. Pikiranku mulai melayang kemana-mana nih..

“Kok melamun sih…? Gimana penampilanku?” kata Imel membuyarkan pikiranku.

“eh.. mmm.. Bagus kok..” jawabku gugup.

“Keliatan sexy gak, mas..?”

“Sexy kok, kamu juga keliatan cakep..” jawabku polos.

“Ihh… Mas Anto jangan ngeledek, ah..”

“Bener kok, Mel.. You’re look so beautiful & sexy..!” jawabku.

“Kita mulai aja ya..” ajak Imel sambil pasang gaya.

“Kita ambil sample dulu ya..” jawabku sambil mulai jepret dia beberapa kali.

Setelah sepakat dengan hasilnya, kami melanjutkan sesi foto kami. Imel nampak luwes dalam bergaya.

Dalam beberapa pose dia nampak ingin tampil sexy dengan menurunkan belahan pundaknya, membuatku makin penasaran saja.

Akhirnya aku pun berkomentar juga “Yang lebih menantang dong, Mel…”

“Oke…” jawab Imel.

Kemudian dia memasukkan tangan ke dalam t-shirtnya lalu melempar sesuatu ke lantai. Wow..! itu tadi ternyata BH tanpa talinya, Imel sekarang tdk pakai BH. Aku kembali melihatnya, tambah kelihatan sexy karena putingnya kelihatan menonjol dibalik t-shirtnya.

“Ready..?” tanyaku.

“Oke..” jawab Imel.

Imel mulai berpose lagi, kali ini semakin berani. Dia mulai melorotkan t-shirtnya sehingga nyaris kelihatan payudaranya, belum posenya yg membuat laki2 bergetar.

Tak berapa lama Imel membuka retsleting celananya sehingga CD-nya yg berwarna merah kelihatan. Dia terus bergaya dengan pose yang semakin menantang.

“T-shirtnya buka aja, Mel..” kataku tanpa sadar.

“Malu, ah mas..!” jawab Imel.

“Gak apa2.. kan ini cuma buat pribadi aja…” kataku.

“Malu sama mas Anto, tau..!” kata Imel.

“Gak apa2 kok.. Kayak sama siapa aja..” jawabku semakin berani.

“Oke lah..” jawab Imel sambil membuka t-shirtnya sambil membelakangiku.

“Ok, pose gitu ya.. Muka noleh ke kamera dong..” kataku.

Aku ambil gambarnya beberapa kali dalam pose itu.

“Hadap samping, Mel..” kataku.

Imel pun berpose menghadap samping dengan tangan menutupi dadanya dan wajah ke kamera. Setelah beberapa kali jepretan, aku memintanya menghadap kamera. Imel pun menurut dengan tangan tetap di dada. Uuhh… Membuat semakin penasaran nih, batinku.

“Jangan ditutupi dong, Mel..” kataku.

Imel tidak menjawab tapi langsung berpose dengan berkacak pinggang. Payudaranya yang tidak terlalu besar tapi kencang dan bagus bentuknya dengan puting menantang langsung kelihatan.

Aku sempat terpana melihat pemandangan itu, betul2 topless.an..” kata Imel sambil tersenyum.

“Ehh… i..i..iya..” jawabku gugup sambil siap untuk memotret. Kurasakan adik kecilku mulai mengeras juga. Wah, gawat nih.., batinku.

Setelah beberapa jepretan kami lalu beristirahat dan Imel mengenakan t-shirtnya lagi. Kami melihat hasil jepretanku di kamera sambil duduk di lantai karpet.

“Kurang jelas mas, kecil2 banget..” kata Imel.

“Liat pake laptop aja, ntar aku sambungin..” jawabku.

Imel berdiri mengambil laptop di meja, langsung aku sambung ke kamera dan aku transfer foto2 tadi.

Kami melhat hasil dari awal sambil saling berkomentar hasilnya. Sampai pada foto topless Imel terdiam sambil mengamati satu persatu, aku pura2 cuek aja.

“Mas, foto lagi yuk..” mendadak Imel berkata padaku.

“Oke…” jawabku.

“Tapi….” kata Imel sambil menatapku, ada keraguan di mata dan nada bicaranya.

“Kenapa, Mel..?” tanyaku.

“Aku mau difoto naked, telanjang..! Tapi yang kelihatan art-nya gitu.. Kira2 gimana, mas..?” jawab Imel.

Aku sempat kaget, bingung, dan mungkin girang campur aduk jadi satu.

“Eeee… bisa kok.. Lagian kamu punya tubuh yang bagus, pasti ntar keliatan indah hasilnya..” jawabku sekenanya.

“Ah.. Mulai tuh gombalnya…” kata Imel tersipu.

“Suer… Bener kok.. Kamu cakep, punya body bagus, mulus.. Kurang apalagi coba..?” kataku sambil berharap mudah2an dia jadi difoto.

“Oke lah… Ayuk, kita mulai..” kata Imel sambli berdiri. Yess..!! Aku bersorak dalam hati.

Imel mulai melepas t-shirt, celana pendeknya, lalu CD-nya sambil membelakangiku. Aku langsung mengambil gambarnya dari posisi belakang sambil mengarahkan gayanya. Imel menurut saja dengan arahanku dari mulai menghadap samping sampai ke kamera tapi dengan pose tangan tetap menutupi dada dan bagian bawahnya. Imel nampak enjoy dengan posenya yg semakin berani. Adik kecilku kembali terasa tegang, tapi tidak kuhiraukan karena asyik memotret.

“Open semua aja, Mel.. Nanggung..” kataku nekat. Imel kembali tersenyum dan perlahan melepas kedua tangannya dari dada dan bawahnya. Wow..! Perfect..!

Body Imel proporsional walaupun bisa dibilang agak kurus. Payudaranya tidak terlalu besar tapi bagus bentuknya, pantatnya pun sedang, jembinya kelihatan tipis dan rapi. Aku masih tertegun melihat pemandangan itu ketika Imel berkata “Tuh, kan.. Malah melongo.. terusin gak nih..?!”

“i..i..iya.. Terusin.. Habisnya kamu perfect, Mel..” jawabku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.

Lalu kami mulai lagi sesi pemotretannya. Kali ini Imel benar2 pose telanjang. Dia nampak enjoy dengan posenya, bahkan semakin lama semakin berani dan menantang. Kulihat sekilas dia merasa horny juga. Aku pun jadi semakin berani mengambil gambar bagian2 vitalnya dari dekat dan berbagai posisi. Adik kecilku terasa semakin berontak tapi aku tak peduli sambil terus mengambil gambar Imel.

Setelah berapa puluh jepretan kami pun kembali istirahat duduk di lantai sambil melihat hasil sesi kami. Kali ini Imel tidak langsung mengenakan bajunya, dia hanya menutup dadanya dengan t-shirtnya. Aku disampingnya dengan perasaan tidak karuan. Bagaimana tidak? Ada mahluk manis dan sempurna telanjang bulat disebelahku!

Satu persatu dia mengamati fotonya di laptop dengan serius, seakan sedang menilai bentuk tubuhnya sendiri.

“Sempurna, Mel..” kataku tanpa sengaja terlepas.

“Ah, mas bisa aja.. Biasa aja kaleee..” kata Imel sambil mencubit pahaku.

“Yakin, Mel.. Ga bohong kok..” jawabku.

“iihhhhh, genit ah..!!” kata Imel merajuk sambil memukuli pahaku.

“Kamu tuh yg jadi genit kalo gini.. Cewek genit kan sukanya gitu..” jawabku.

“Tuhhhh kan… Malah ngeledek, awas lho..” Kata Imel sambil memukuli pundakku dengan tangan satu karena satunya memegangi t-shirt di dadanya.

Aku tertawa sambil memegang tangan yg memukuliku. Tanpa sadar tangan satunya berusaha memukulku juga sehingga t-shirtnya terlepas, aku langsung terdiam melihat payudaranya. Melihatku terdiam Imel langsung sadar dan segera melepas tangannya dan menutupi dadanya sambil tersipu melihatku.Aku menatap wajahnya yg tersipu itu, Imel nampaknya jadi salah tingkah dan terdiam menatapku juga.

Perlahan aku memegang kedua tangan yg menutupi dadanya lalu kulepas dari dadanya. Imel diam saja sambil kami bertatapan tapi wajah kami semakin mendekat entah siapa yg duluan. Lalu kukecup bibir tipisnya, dia diam saja sambil memejamkan matanya. Kali ini kucium bibirnya dan dia mulai membalas ciumanku, akhirnya bibir kami saling bertaut. Tak berapa lama Imel melepas tangannya dari peganganku dan langsung memeluk leher serta kepalaku. Ciuman bibirnya bertambah ganas, nafasnya pun jadi semakin cepat. Hmmm.. Imel mulai naik nih.., batinku. kami pun saling berpelukan sambil saling bermain mulut dan lidah.

Tanganku perlahan mulai gerilya di dada Imel. Kuraba dan kuelus payudaranya sambil sesekali memainkan putingnya, kadang kuremas perlahan. Imel semakin ganas menciumku dan semakin erat memelukku. Kemudian perlahan kurebahkan tubuhnya di lantai karpet sambil kami tetap saling berpagut.

Dengan posisi Imel yang rebah semakin memudahkan tanganku untuk menjelajahi tubuh mulusnya. Sambil terus berpagut bibir tanganku mulai memainkan payudaranya, kanan kiri bergantian. Kuremas perlahan dan kumainkan putingnya yg makin mengeras.

Lalu kulepas bibirku kemudian mulut dan lidahku mulai menjelajahi leher Imel, setelah puas terus turun ke arah payudaranya. Kukecup, jilat dan hisap payudara Imel satu persatu sementara tanganku mulai menjelajah ke selangkangan Imel. Imel mulai mendesah dan menggeliat merasakan naik birahinya ketika tanganku menyentuh pintu meqinya. Aku terus mempermainkan payudara Imel dgn mulutku sementara jariku memainkan pintu meqinya. Imel semakin menggelinjang sambil mendesah-desah dgn mata tertutup menikmati permainan ini.

Kemudian perlahan kuarahkan lidahku turun ke arah perut Imel, kujelajahi bagian perutnya dengan lidah dan mulut sampai akhirnya berhenti di dekat meqinya. Lalu aku beranjak dan duduk di depan selangkangan Imel dan segera kubuka lebar kedua kakinya. Kujilati mulut meqinya yg mulai basah perlahan sambil sesekali kumasukkan lidahlu kedalam lubangnya. Ternyata meqi Imel tidak berbau sama sekali dan dia sepertinya sudah bukan perawan, membuat aku semakin asik memainkannya. Imel semakin menggelinjang sambil memegang kepalaku, mulutnya terus mengeluarkan desahan2 kenikmatan “oooohhhh… aaahhhhh.. Masss… uuuuhhh….”

Aku terus memainkan lidahku di meqi Imel yang semakin basah oleh cairannya. Tak berapa lama dia menggelinjang hebat dan meqinya tampak semakin membanjir oleh cairannya dan desahannya semakin bertambah keras “aaaahhhh…! uuuuuhhh…massss…! Terusssss….! ooooouuughhhh…!!”

Rupanya dia sudah orgasme oleh lidahku. Seketika itu juga aku teringat pintu sudah dikunci atau belum, kuatirnya ada orang mendengar dan masuk. Aku menghentikan aktivitasku dan bermaksud mengunci pintu.

Imel ikut bangun menatapku dan berkata dengan nada protes, “Kok berhenti sih.. Kenapa..?!”

“Pintu udah dikunci belum tuh?”

“Udah.. Tadi aku kunci kok..”

“Mel, aku mau nanya sesuatu boleh?” tanyaku pelan, aku ingin yakin dia masih perawan ato tidak.

Kalo masih, aku gak mau nerusin ini. Aku gak mau merusak dia juga.

“Nanya apa, mas..?” sahut Imel sambil memegang tanganku.

“eemmmm.. Kamu masih virgin gak?”

“Emang kenapa mas? Bedanya apa?”

“Aku gak mau merusak kamu kalo kamu masih virgin, Mel…” jawabku.

“Aku udah gak virgin kok.. Tenang aja..” kata Imel sambil mulai menciumi leherku dan tangannya mulai membuka kancing bajuku. Aku diam saja menikmati cumbuan Imel disekitar leherku sementara bajuku sudah mulai terlepas semua. Imel terus turun ke dadaku dan mulai menghisap putingku sambil kuelus pelan rambutnya yg harum, semakin membuatku sangat ingin ‘meng-eksekusi’ dia.

Perlahan Imel mendorongku hingga rebah dilantai sambil mulutnya terus mencium dan menjilati dadaku serta tangannya mulai meraba kedalam celanaku, setelah tangannya medapatkan kontolku langsung dipegangnya dan dipijit-pijit lembut. Kemudian Imel mulai membuka retsleting celanaku, tampak ujung kontolku menyembul dari balik CD-ku. Tak berhenti sampai situ Imel segera melorotkan celana dan CD-ku, aku pun langsung membantu melepasnya.

Sejenak Imel menatap kontolku yg sudah berdiri tegak dan keras dgn pandangan yg tak kumengerti. Ukurannya sih biasa, gak gede2 amat, tapi mengacung dgn sangat keras. Perlahan Imel mulai mengelus kontolku, kemudian menjilatinya dengan lembut, sangat nikmat sekali jilatannya. Lalu Imel mulai memasukkan kontolku ke mulutnya memulai prosesi BJ-nya. Serasa sekujur tubuhku seperti kesetrum sampai ubun2 menikmati BJ Imel, perlahan tapi pasti mulutnya maju-mundur mengulum kontolku sambil sesekali dijilati dan dikocok pelan kontolku.

“oohhh, Mel… Kamu hebat, sayang…” kataku disela-sela desahanku menikmati BJ-nya.

Lalu kuraih dan kuangkat tubuh Imel yg sedang mem-BJ-ku naik ke atas tubuhku hingga posisi kami jadi 69, posisi favoritku. Meqi Imel kini tepat di wajahku dan segera kujilati, Imel kembali menggelinjang diatas tubuhku. Semakin kerap aku memainkan meqinya dengan lidahku Imel semakin ganas dalam BJ-nya, mungkin disebabkan karena birahinya yg semakin tinggi.

Cukup lama kami dalam posisi itu hingga akhirnya Imel kembali menggelinjang keras sambil melenguh panjang dan meqinya bertambah basah menandakan dia mengalami orgasme lagi. Kontolku yg sedang di BJ Imel pun semakin merasakan sesuatu yg akan keluar tapi aku masih berusaha menahannya, akhirnya kuhentikan aktivitasku dan berguling kesamping menurunkan tubuh Imel. Kini dia tergeletak pasrah di lantai, semakin membuatku ingin segera menerkamnya. Aku merebahkan diri disampingnya dan kembali menjilati putingnya sambil meremas-remas payudaranya. Tangan Imel meraih kontolku lalu meremas dan mengocoknya.

Tak lama kemudian Imel menarik tubuhku untuk menindihnya, rupanya dia sudah ingin dieksekusi tapi malu untuk mengatakannya. Aku pun segera menindihnya tapi tak kumasukkan kontolku ke meqinya sambil kutatap Imel, tampak pandangannya seperti sedang mengharapkan sesuatu. Kuciumi leher Imel sambil menusuk-nusukkan kontolku ke permukaan meqinya, sengaja tidak kumasukkan dulu supaya dia tambah penasaran. Rupanya Imel sudah tidak tahan, kakinya semakin lebar mengangkang membuka jalan untukku.

Perlahan kugenjot pinggangku dan masukkan kontolku ke meqinya secara bertahap. Imel memelukku erat ketika perlahan meqinya dimasuki kontolku. Meqi Imel terasa agak sempit tapi enak sekali rasanya.

Akhirnya kutekan penuh pinggangku sehingga kontolku masuk semua ke meqinya.

“auuhh..mas..aaaahhhh..!!” desah Imel sambil mempererat pelukannya.

Aku mulai menggenjotnya perlahan, lalu tambah cepat, lalu pelan lagi, terus menerus. Imel nampak merem-melek sambil terus mendesah menikmati genjotanku. Setelah bosan posisi itu aku segera bangkit dan kucabut kontolku lalu kutekuk kaki Imel keatas. Kemudian sambil jongkok kumasukkan kontolku lagi dan kembali kugenjot.

“ooowhhh…punyamu keras sekali masss…aaahhh…aku suka…uuuhh..” kata Imel disela desahannya.

“Punyamu juga enak, Mel..” jawabku sambil terus menggenjotnya. Payudara Imel bergerak naik-turun seiring genjotanku, segra kuraih keduanya dan kuremas-remas perlahan. Imel jadi semakin terangsang dan mendesah-desah tak karuan.

Beberapa lama kemudian kucabut kontolku dan membalikkan badan Imel supaya nungging.

“Jangan lewat pantat, mas… Gak mau..” kata Imel kuatir.

“Gak, Mel.. Tenang aja..” jawabku.

Segera kumasukkan kontolku lagi ke meqinya setelah Imel dalam posisi nungging langsung amblas ke dalam, Imel melenguh panjang

“uuuuuugghhhh…masssshh.. “.

Segera kugenjot Imel dalam posisi doggy, dia tambah mendesah-desah tak karuan. Rupanya posisi ini memberikan sensasi yg hebat buat dia. Benar saja, tak sampai 5 menit dia mengalami orgasme lagi sampai wajahnya tertelungkup ke lantai. Posisi seperti ini membuat dia jadi lebih tinggi nunggingnya. Aku pun berhenti dan berdiri. Kumasukkan lagi kontolku ke meqi Imel yg sedang nungging. Bleeesss….. Langsung kugenjot lagi dengan irama biasa dan lama2 menjadi cepat. Imel kembali mendesah-desah tak karuan. Dia nampaknya pasrah mau dibuat seperti apa.

Setelah puas kulepas kontolku lalu kubaringkan Imel lagi di lantai. Kutindih dia lagi dgn posisi misionaris. Kembali kuhujamkan kontolku kedalm meqinya. Langsung kugenjot cepat karena aku sudah tidak tahan ingin segera menyemburkan maniku. Imel rupanya paham dengan maksudku, kakinya segera melingkar di pinggangku dengan erat. Rasanya semakin enak sekali meqi Imel. Terus kupercepat genjotanku sambil berbisik ke Imel, “Keluarin diluar atau dalam, Mel..?”

“Terserah, mas…aku gak peduli, ah..” jawab Imel disela-sela deshan nafasnya yg memburu. Pikiranku sempat bimbang juga, aku gak mau kalo Imel sampai hamil juga. Bisa panjang sekali nanti urusannya, pikirku.

Lalu kulepaskan lilitan kaki Imel di pinggangku dan kunaikkan ke depan dadanya, terus kugenjot lagi dia dengan cepat. Imel semakin hebat menggelinjangnya menandakan dia hampir sampai orgasme. Semakin kupercepat genjotanku karena kurasakan sesuatu akan segera menyembur.

“Massss…massss…uuuhhh…aa agghh..uuuhhhhhhhh.. .maassss…!!!” Imel memekik tanda dia sudah orgasme lagi. Kupercepat lagi genjotanku sampai terasa klimak. Sebelum laharku menyembur, kulepas kontolku dari meqi Imel dan beringsut ke atas badan Imel. Aku sudah tidak tahan, akhirnya..

“aaaahhhh… Mel…aku keluarrrr…!!” dan.. Crot..crot..crot..crot.. Beberapa kali aku menyemburkan maniku di dada dan wajah Imel. Dia tidak menolak sama sekali, bahkan ikut mengocok kontolku dan itu membuatku semakin kegelian.

Tak lama kemudian Imel meraih t-shirtnya dan membersihkan cairan maniku di wajah dan dadanya. Aku pun berbaring di sisinya. Lalu Imel memelukku sambil berkata, “Terima kasih ya mas, pengalaman ini indah sekali…”

“Sama-sama, Mel… Kamu suka..?”

“Ehhmmmm…, baru kali ini aku merasakan seperti ini. Dulu sama mantanku gak kayak gini. Payah dia, cuma mau enaknya sendiri..” sungut Imel.

Setelah ngobrol2 sejenak sambil berbaring di lantai kami pun segera mengenakan baju dan aku juga berkemas bersiap2 untuk pulang. Sebelum membuka pintu Imel memegang tanganku dan memberikan ciuman di pipiku, baru kami keluar dan turun. Di bawah nampak Mei sedang berdiri di depan kantornya. Dia agak terkejut melihat kami berdua.

Judi Poker Online “Lho, dari mana aja kalian dari tadi..?” tanya Mei. Aku baru ingat ternyata tadi cukup lama juga aku dengan Imel. Makan + ngobrol kira2 1 jam-an, sesi foto 1,5 jam-an, sesi ‘bercinta’ hampi 1 jam-an, istirahat 30 menitan, kira-kira 4 jam lebih!

“Dari atas lah…emang mau dari mana lagi..” jawab Imel. Kulirik Imel nampak dia mengerlingkan sebelah mata ke Mei dan kulihat raut Mei jadi berubah agak melongo dan bertanya-tanya. Wah, jangan2 Imel nanti cerita ke Mei tentang peristiwa tadi. Tapi kubuang pikiran itu dan segera berpamitan pada mereka berdua.

Aku pun pulang dengan perasaan puas sekali. Hunting foto yang akhirnya dapat obyek bagus + bonusnya.Sejak itu Imel kadang kontak kalau sedang ingin ditemani, entah untuk teman ngobrol atau ‘yang lain’…

Related Posts: